3 Kemitraan Pemasaran Kopi dan Kakao Berhasil Terjalin di Bali

udin abay | Sabtu, 25 Juni 2022 , 19:54:00 WIB

Swadayaonline.com - Kondisi sektor pariwisata Bali kembali menggeliat, mulai menunjukkan “Nyawa” kembali setelah hampir 2 tahun “tertidur” akibat dampak pandemi Covid19. Kondisi ini berikan dampak positif bagi hilirisasi komoditas perkebunan di Bali, menggerakkan semangat dari para kelompok tani atau subak komoditas kopi dan kakao di Bali untuk menjalin kemitraan pemasaran dengan offtaker atau perusahaan ekspor. Hal tersebut mendorong Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan, khususnya Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, gelar pertemuan Capacity Building Petani dan Business Matching Pelaku Ekspor Perkebunan di Provinsi Bali mulai tanggal 20-21 Juni 2022, dengan tema Penguatan Hilirisasi dan Akses Pasar Komoditas Kopi dan Kakao di provinsi Bali. 

“Bali sudah mulai “bangun” lagi setelah 2 tahun, berjuang bertahan, apalagi sektor pariwisata yang menjadi andalan provinsi Bali sempat mati suri akibat pandemi. Tahun ini, perlahan-lahan kami mulai bangkit, terutama di sub sektor perkebunan yang mulai menunjukan kinerja penyerapan pasar yang signifikan, utamanya komoditas kopi dan kakao,” ujar I Gusti Agung Bagus Adiyasa, Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali, dalam sambutannya mewakili Kepala Dinas (20/06).

I Gusti Agung Bagus menambahkan, “Kami atas nama pemerintah provinsi Bali mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan atas pemilihan Bali sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan Capacity Building Petani dan Business Matching Pelaku Ekspor Perkebunan. Tentunya pertemuan ini menjadi sarana sekaligus penyemangat kami bersama dengan pelaku usaha dan para pekebun di Bali untuk lebih memperkuat kemitraan, hilirisasi dan akses pasar komoditas unggulan perkebunan di Bali,” ujarnya.

“Kementerian Pertanian melalui Ditjen. Perkebunan terus mendorong dan memfasilitasi terbentuknya kemitraan pemasaran yang berkelanjutan utamanya dalam menyerap produk perkebunan ditingkat petani oleh pelaku usaha atau offtaker,” ujar M. Fauzan Ridha, Subkoordinator Kelompok Pemasaran Internasional, yang mewakili Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan pada pertemuan tersebut. 

Dari hasil pertemuan tersebut diketahui bahwa, Di Bali ini tercatat terdapat 3 kemitraan pemasaran yang sukses berhasil ditandatangani yaitu Kesepakatan kerjasama pemasaran kopi robusta antara UPH Giri Manik Pertiwi dengan pelaku usaha CV. Pusaka Bali Persada, Kesepakatan kerjasama pemasaran biji kakao fermentasi antara Kelompok Tani Buana Mekar dengan Koperasi Kerta Samaya Samaniya, dan Kelompok Tani Manik Amerta Buana dengan Koperasi Kerta Samaya Samaniya.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi mengatakan bahwa Saat ini tercatat ekspor kopi Indonesia meningkat 0,9% dari sisi volume dan meningkat 3,6% jika dilihat year on year tahun 2020 dibanding 2021, sedangkan untuk kakao terjadi penurunan ekspor yang signifikan terutama dari sisi volume atau menurun 31,6%. “Komoditas kopi kedepan kami melihat masih akan terjadi peningkatan ekspor seiiring dengan peningkatan konsumsi kopi dunia, sedangkan untuk kakao, tantangan yang perlu dibenahi tentunya persoalan produksi dan produktivitas,” kata Dedi.

Untuk komoditas kopi dan kakao, Lanjut Dedi, yang masih menjadi tantangan kedepan adalah dari sisi standarisasi mutu terkait kadar MRLs yang dipersyaratkan seperti isoprocarb, glyphospate, klorpirifos dan klorpirifos-metil di kopi serta cadmium dan klorpirifos dan klorpirifos-metil di kakao. “Tentunya penanganan GAP dan GHP ditingkat petani akan terus menjadi perhatian kami di Kementerian Pertanian khususnya Ditjen. Perkebunan,” katanya.

Bali merupakan salah satu Kawasan pengembangan Kopi dan Kakao Nasional yang menjadi fokus kebijakan Kementerian Pertanian khususnya Ditjen. Perkebunan, dalam memperkuat Hilirisasi dan akses pasarnya. “Kedepan, Peluang terbesarnya adalah bagaimana menggandeng sektor pariwisata dan sub sektor perkebunan agar menjadi nilai tambah dan daya tarik tersendiri untuk meningkatkan akses pasar dan investasi. Tentunya promosi menjadi hal yang sangat penting untuk dapat memperkenalkan produk perkebunan di provinsi Bali, di tahun 2022 ini mudah-mudahan peluang promosi dalam Odicoff (one day with Indonesia Coffee, Fruit and Floriculture) akan terlaksana secara optimal,” harap Dedi.  Humas Ditjenbun