Antisipasi Iklim Ekstream, Kementan Lakukan Pelatihan Guna Mendorong Pertanian Cerdas Iklim

udin abay | Rabu, 06 Juli 2022 , 17:50:00 WIB

Swadayaonline.com - Salah satu faktor yang mempengaruhi Budidaya Pertanian adalah faktor Cuaca atau Iklim. Saat ini  Indonesia sedang mengalami Iklim Ekstream yang tentunya akan berdampak bagi Budidaya Pertanian jika tidak dilakukan Antisipasi. Terkait itu sebagai langkah Antisipaai Kementan melakukan beberapa upaya salah satu nya dengan mengadakan  pelatihan  guna mendorong pertanian cerdas iklim pada 5/7/2022 yang dihadiri oleh Koordinator Irigasi Padi dan Rawa  Direktorat Serealia, Akademisi Universitas Padjajaran dan Penyuhul BBPP Pangandaran. 

Perlu diketahui Pertanian Cerdas Iklim adalah suatu pendekatan yang Mentransformasikan dan Mengorientasikan ulang dengan  sistem Produksi Pertanian dan rantai nilai Pangan sehingga keduanya dapat mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan Ketahanan Pangan dalam kondisi perubahan iklim.

Rahmat Koordinator Irigasi Padi dan Rawa  Direktorat Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengungkapkan Kegiatan bududaya padi mendukung pertanian cerdas iklim di mulai dari sejak Revolusi hijau yang dimana pertanian dimulai secara masif akan tetapi tidak memperdulikan dampak terhadap pencemaran lingkungan sehingga terjadi pencemaran dari input agrokimia, emisi GRK dari lahan pertanian dan menyebabkan kerusakan dan degradasi lahan.

"Terdapat 3 pendekatan yang perlu dilakukan dalam penerapan pertanian cerdas iklim yang pertama adalah water management, soil managemnt, crop management.
kita terus mendorong kegiatan kegiatan budidaya mendukung cerdas iklim, seperti budidaya padi organik, padi bebas residu, padi ramah lingkungan, dan budidaya tanaman sehat" ungkap rahmat

Sementara itu Anne Nurbaity, dari Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Univ Padjajaran mengatakan Implementasi pertanian cerdas iklim melalui pendekatan soil management perubahan iklim dapat berdampak terhadap penurunan dan stagnasi produksi pertanian yang mengancam Ketahanan Pangan sehingga diperlukan reformasi sistem pertanian dengan menerapkan pendekatan climate smart agriculture/pertanian cerdas iklim.

"Kesehatan tanah merupakan  sebagai ekosistem utama dalam menjamin keberlangsungan hidup tanaman hewan dan manusia. Sehingga kita harus sering mengevaluasi kesehatan tanah kemudian kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi tanah tersebut" ucap Anne

Pada kesempatan yang sama Saeful iman, Penyuluh Pertanian Pertama BPP Pangandaran menjelaskan bahwa dengan Pemanasan Global menimbulkan terjadinya kecenderungan peningkatan suhu udara di permukaan bumi yang dapat disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pemakaian bahan bakar fosil di banyak sektor, kegiatan pertanian dan peternakan yang menhasilkan gas mentan, tempat pengolahan akhir sampah, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, penggunaan CFC sebagai berbagai mesin pendingin.

" Dari perubahan alam tersebut dapat berdampak pada banyak sektor termasuk pertanian yang dapat mengakibatkan menurunya hasil pertanian kegagalan panen dan tanaman, peningkatan gangguan organisme pengganggu tanaman" terang saiful.

Terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menyambut baik kegiatan ini karena menurutnya Iklim Ekstream perlu mendapat perhatian yang serius karena sektor pertanian sangat bergantung terhadap iklim.  Diharapkan  adanya langkah- langkah yang konkret untuk mensolusi Iklim Ekstream ini, sehingga produksi tetap terjaga. Apalagi seluruh dunia sedang dihadapkan dengan ancaman krisis pangan global jadi perlu adanya langkah-langkah yang inovatif dan efektif.

"Saya berharap sosialisasi semacam ini dapat di replikasikan ke daerah-daerah sehingga petani di daerah bisa menerapkan langkah-langkah antsipasi menghadapi Iklim Ekstream ini, karena pertanian itu memang sangat bergantung dengan kondisi Iklim dan sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo setiap langkah atau upaya pengamanan produksi perlu dengan inovasi, tekhnologi dan trobosan-trobosan yang tetap memperhatikan faktor lingkungan" tutup Suwandi. HMS TP