Petani Purbalingga Sukses Terapkan Teknologi CSA

udin abay | Senin, 01 Agustus 2022 , 18:27:00 WIB

Swadayaonline.com - Setelah terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian,  para petani di Kecamatan Bukateja  Kabupaten Purbalingga yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Melati di Desa Bukateja pada musim tanam ini akan menerapkan teknologi CSA  pada budidaya tanaman padinya.

CSA adalah Climate Smart Agriculture) atau pertanian cerdas iklim yang memang diharapkan bisa meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman serta dapat meningkatan pendapatan petani pada lahan sawah irigasi menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, “Saya mendorong adanya berbagai inovasi dan teknologi seperti Climate Smart Agriculture atau CSA untuk menghadapi perubahan iklim.”

Sejalan dengan inovasi dan teknologi CSA, Mukodam, Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, menyampaikan arahannya ketika menghadiri acara FFD tanam perdana di demplot CSA SIMURP di Desa Bukateja.

“Kegiatan CSA bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, mengajarkan cara budidaya pertanian, khususnya tanaman pangan yang ramah lingkungan, mengurangi gagal panen,  mengurangi emisi gas rumah kaca serta pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani, khususnya di daerah irigasi Banjar Tjahyana Weerken (BTW),” kata Mukodam.

Sementara itu Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Bukateja, Ely Budiarto, di lokasi tanam perdana menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan demplot penerapan CSA  berada di 56 kelompok tani dengan rincian poktan inti 24 kelompok, poktan  replika 24 kelompok dan poktan satelit 8 kelompok. 
“Jika produktivitas rata-rata pada tahun sebelumnya di lahan demplot CSA mencapai 7,2 ton per hektar, tahun ini diharapkan produktivitas dapat mencapai 7,5 sampai 8 ton per hektar,” ujar Ely.

Kegiatan FFD tanam perdana di demplot CSA,  juga dihadiri Kapolsek dan Koramil setempat, penyuluh dan petani di wilayah Kecamatan Bukateja.

Penyuluh Pertanian di wilayah binaan Desa Bukateja, Nurochman, pada kesempatan tersebut menjelaskan mengenai teknologi CSA yang diterapkan, antara lain penggunaan bibit dari Varietas Unggul Baru (VUB),  sistem Jarwo 2:1, pengairan berselang dan penggunaan AWD, pemupukan menggunakan bahan organik serta pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan secara terpadu.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembanga Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi di beberapa kesempatan sering menyampaikan, akibat dari perubahan iklim ekstrem, terjadi serangan hama penyakit tanaman di mana-mana dan sehingga menyebabkan sistem produksi di sentra pangan dunia terganggu.

“Gunakan smart farming agar dapat menggenjot produksi pertanian kita. Climate Smart Agriculture  (CSA) dapat menyelamatkan produksi pertanian kita,” tegas Dedi. SY/HRI/YNI