Kearifan Lokal dan Diversifikasi Pangan ala Kampung Adat Cireundeu

udin abay | Selasa, 30 Agustus 2022 , 12:24:00 WIB

Swadayaonline.com -:Diversifikasi pangan menjadi salah satu solusi dari krisis pangan global akibat perubahan iklim. Tidak hanya Indonesia, seluruh negara di dunia akan menghadapi ancaman serius ini.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengajak semua pihak untuk turut berkontribusi terhadap upaya tercapainya ketahanan pangan. Ia juga berkomitmen akan memperkuat komoditi lokal untuk kemandirian pangan demi meingkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan dalam negeri.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, turut menyerukan pandangan serupa. “Pangan lokal menjadi salah satu cara untuk tetap bertahan di tengah ancaman krisis pangan,” katanya. Lebih dalam, Dedi memberikan contoh pemanfaatan pangan lokal yakni dengan mengolah menjadi produk yang lebih bernilai jual dan dapat dikonsumsi.

Kampung Adat Cireundeu menjadi salah satu contoh pemanfaatan pangan lokal sebagai pengganti beras. Masyarakat Cireundeu telah memanfaatkan singkong sebagai pengganti beras dari padi sejak 1918, jauh sebelum adanya isu krisis pangan yang kini melanda.

Pesona Adat

“Hidup selaras dengan alam”, menjadi prinsip bagi masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Desa Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat. Masyarakat Cireundeu juga menganut tiga konsep kehidupan yakni “Hutan yang tidak boleh dieksploitasi, hutan tua harus dijaga, hutan yang dapat dimanfaatkan warga untuk pembukaan ladang”.

Berlokasi di dataran rendah, Kampung Adat Cireundeu dikelilingi oleh tiga gunung, di antaranya: Gunung Gajahlangu, Gunung Kunci, dan Gunung Cimenteng dengan luas 60 Ha. Kini Cireundeu telah banyak dikenal sebagai destinasi edukasi yang juga memberikan pesona inspiratif bagi pengunjungnya.

Rasi, atau beras singkong menjadi salah satu produk utama mereka. Siapa sangka, masyarakat Kampung Adat Cireundeu telah mengonsumsi beras singkong sejak 1918 dan terus berlanjut hingga saat ini.

Kang Yana, Tokoh Adat Masyarakat Cireundeu, menyatakan ini adalah kebiasaan yang telah dilakukan secara turun temurun. “Sudah lebih dari seratus tahun masyarakat tidak lagi mengonsumsi beras padi. Kami tetap sehat dengan mengonsumsi beras singkong,” katanya.

Olahan ala Cirendeu

Eksploitasi sumber daya alam oleh Belanda memaksa Masyarakat Cireundeu mencari pengganti beras. Di samping itu, kondisi geografis di Kampung Adat Cireundeu tidak memungkinkan adanya lahan sawah.

Meskipun seringkali dianggap sebagai bahan pangan yang termajinalkan, masyarakat Cirendeu mampu menepis stigma tersebut. Berbekal kemampuan dalam mengolah dan berinovasi, masyarakat menyulap singkong sebagai bahan pangan pokok dan olahan yang bernilai jual.

Pengolahan singkong juga dilakukan dengan memperhatikan rotasi produksi untuk mencegah terjadinya kekurangan. Kampung Adat Cirendeu tidak memiliki sawah. “Sumber kekuatan tidak hanya di jagung, singkong, dan beras, namun ada di semua makanan”, menjadi prinsip mereka.

Pembuatan Beras Nasi

Pembuatan rasi dimulai dari pemilihan singkong yang dapat diolah menjadi nasi. Singkong yang telah dipanen kemudian dikupas, dicuci, dan diparut. Setelah itu singkong diperas menggunakan kain, dijemur hingga kering, dan digiling.

Rasi pun siap dimasak dengan cara dituang ke wajan dengan tambahan air, dan diadon hingga merata. Selanjutnya rasi dikukus hingga 15-20 menit.

Meskipun menganut prinsip hidup berdampingan dengan alam, masyarakat adat Cireundeu tetap terbuka pada inovasi dan perubahan zaman. Ini dibuktikan dengan berbagai produk olahan lainnya yang dibuat oleh masyarakat, mulai dari eggroll, saroja, cireng, renggining, dendeng kulit singkong, dan lainnya. Produk khas Cireundeu ini telah dipasarkan dengan omzet mencapai 10-12 juta per bulan.

Kang Yana dan Sudrajat, perwakilan dari Kampung Adat Cirendeu juga telah membagikan kisah serta tips dan trik pengolahan beras singkong pada Bertani on Cloud (BOC) volume 184 oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang.

Warga Kampung Cirendeu berharap kebiasaan mengkonsumsi singkong sebagai bahan pokok ini dapat menginspirasi masyarakat untuk mengganti beras dengan bahan pangan lainnya. SY/DRY/YKO