Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Atribut Benih Kopi

udin abay | Rabu, 31 Agustus 2022 , 11:35:00 WIB

Swadayaonline.com -:Benih merupakan salah satu faktor penentu produksi tanaman selain dari dukungan faktor-faktor produksi lainnya seperti pupuk, bahan pengendali organisme pengganggu tumbuhan (OPT), air, cahaya, dan iklim. Dalam pemilihan benih  aspek penting yang perlu diperhatikan adalah pemilihan varietas dan klon unggul serta kejelasan sumber benih. Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul kopi masih kurang optimal dan masih ditemui banyak petani menggunakan benih asalan. Kondisi tersebut mengakibatkan tanaman lebih rentan terhadap serangan OPT sehingga produksinya rendah bila dibandingkan menggunakan benih unggul (Listyati dkk., 2013).

Pengetahuan petani terhadap benih unggul kopi berkaitan erat dengan kinerja benih kopi yang beredar di masyarakat, baik benih dari varietas unggul yang sudah dilepas maupun benih lokal yang selama ini banyak digunakan oleh petani. Kinerja tersebut tidak terlepas dari atribut-atribut yang melekat pada benih tersebut, baik dari sisi potensi produksi, daya tumbuh, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kemudahan dalam pemeliharaan, dan lain-lain (Hasibuan dkk, 2013). Pengetahuan petani terhadap atribut benih juga tidak terlepas dari hasil penginderaan petani terhadap benih kopi tersebut. Tingkat pengetahuan petani terhadap atribut benih dianalisis untuk mengetahui sejauh mana petani mengetahui atribut-atribut benih kopi yang dipilih untuk usahatani.

Hasil penelitian terhadap petani kopi di Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung mengelompokkan atribut benih menjadi 7 variabel antara lain jenis varietas, ukuran benih, umur panen, umur produktif, produktivitas, ketahanan terhadap OPT dan daya adaptasi.  Adapun pengetahuan petani terhadap atribut benih dikategorikan ke dalam 5 kelas, yaitu sangat tidak tahu, tidak tahu, cukup tahu, tahu dan sangat tahu dengan rincian interval kelas sebagai berikut : 1,00 – 1,80 (Sangat tidak tahu);  1,81 – 2,60 (Tidak tahu); 2,61 – 3,40 (Cukup tahu); 3,41 – 4,20 (Tahu); 4,21 – 5,00 (Sangat tahu). Tingkat pengetahuan petani terhadap atribut benih secara keseluruhan diklasifikasikan cukup tahu dengan perolehan skor rata-rata sebesar 3,38.

Standar tinggi tanaman untuk benih tanaman kopi dari perbanyakan generatif (biji) adalah minimal 15 cm, untuk benih tanaman kopi dari perbanyakan vegetatif (grafting) tinggi tanaman minimal 20 cm sedangkan untuk benih tanaman kopi hasil setek (cutting) tinggi tanaman minimal 15 cm (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016). Pada atribut ukuran benih sebanyak  50,65% petani berada pada kategori cukup tahu, sedangkan sebanyak 49,35% petani berada pada kategori tahu. Tanaman kopi arabika rata-rata mulai berbuah pada umur 3-4 tahun. Produktivitasnya  mulai  naik maksimal setelah berumur 5 tahun ke atas dan sudah bisa dipanen. Untuk variabel umur panen, tingkat pengetahuan petani responden mempunyai kategori cukup tahu sebanyak 54,55%, 41,55% termasuk kategori tahu dan 3,90% termasuk kategori sangat tahu.

Umur produktif adalah masa tanaman menghasilkan produksi maksimal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menyebutkan bahwa usia ideal tanaman kopi yang produktif yakni  5 sampai dengan 20 tahun. Hasil penelitian Fatma (2011) menunjukkan adanya pengaruh nyata umur tanaman terhadap hasil produksi usahatani kopi. Jumlah produksi kopi akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai umur optimal kopi berproduksi dengan puncaknya setelah tanaman kopi berumur 9 tahun. Untuk pengetahuan umur tanaman kopi berproduksi maksimal, sebanyak 1,30% petani berkategori tidak tahu, 24,68% petani cukup tahu, 54,55% petani tahu dan 19,48% petani berkategori sangat tahu.

Produksi dan produktivitas yang tinggi menjadi harapan petani dalam usahatani kopi arabika. Potensi produksi dari benih yang akan ditanam petani menjadi pertimbangan petani sebelum memulai usahatani. Tingkat pengetahuan petani responden terhadap produktivitas kopi arabika mengenai produktivitas kopi arabika masing-masing varietas yang ditanam petani adalah sebanyak 9,10% petani termasuk kategori tidak tahu, 9,10% petani termasuk kategori cukup tahu, 75,32% petani termasuk kategori tahu dan 9,10% petani termasuk kategori sangat tahu. Produksi kopi arabika di Desa Pulosari berbeda-beda tergantung usia tanaman. Untuk varietas Andungsari dan Kartika yang usia tanaman sudah diatas 15 tahun, produktivitas rata-rata 1,5-2 kg per pohon per tahun sedangkan untuk varietas TimTim (Gayo 1) dan Ateng yang rata-rata masih dalam umur produktif, produktivitas rata-rata 4-10 kg per pohon per tahun.

Tingkat pengetahuan petani terhadap ketahanan tanaman kopi arabika terhadap OPT memiliki persepsi bobot yang cukup tinggi dengan skor 3,39 dan termasuk kategori cukup tahu. Serangan hama dan penyakit dapat menggangu produktivitas tanaman kopi. Hasil evaluasi tingkat pengetahuan petani tentang ketahanan terhadap hama dan penyakit dari varietas kopi arabika yang dibudidayakan menunjukkan sebanyak 36,36% petani termasuk kategori tidak tahu, 5,19% petani termasuk kategori cukup tahu, 45,45% petani termasuk kategori tahu dan 12,99% petani termasuk kategori sangat tahu. Hama yang sering menyerang tanaman kopi arabika di Desa Pulosari adalah penggerek buah kopi (PBKo).

Kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda atau cuaca ekstrim menunjukkan daya adaptasi yang tinggi dari tanaman tersebut. Pengetahuan petani mengenai kemampuan adaptasi tanaman kopi arabika terhadap lingkungan penanaman, sebanyak 27,27% petani termasuk kategori cukup tahu, 68,83% petani termasuk kategori tahu dan 3,90% petani termasuk kategori sangat tahu. Secara umum, rata-rata tingkat pengetahuan petani terhadap atribut-atribut benih berada pada kategori cukup tahu sampai dengan tahu. Tingkat pendidikan dan pengalaman petani dalam berusahatani kopi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam hal ini.

Selain tingkat pendidikan dan pengalaman petani, pengetahuan petani terhadap atribut-atribut benih kopi juga dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh petani. Kemajuan teknologi saat ini melalui sosial-sosial media baik visual maupun audiovisual dapat dimanfaatkan oleh petani dalam memperoleh informasi seluas-luasnya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya kopi. Namun, belum semua petani bisa mengakses internet. Oleh karena itu sosialisasi terkait penggunaan bahan tanam atau benih unggul kopi arabika yang sesuai dengan kondisi lahan penanaman, informasi sumber benih kopi yang telah ditetapkan pemerintah dan produsen benih kopi yang terdaftar hendaknya dilakukan secara berkesinambungan baik oleh instansi yang berwenang maupun oleh asosiasi-asosiasi petani melalui penyebaran leaflet serta kunjungan rutin penyuluh atau petugas lapangan.

Dina Fithriyyah, SP., MP. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Muda)