Kampung Jarwo Buah Karya Penyuluh Gandeng Mantan Preman

udin abay | Jum'at, 23 September 2022 , 17:51:00 WIB

Swadayaonline.com - Memasuki Desa Karumbu, terlihat hamparan sawah yang rumpun tanaman padinya ditanam berbaris dengan jarak rapih mengundang perhatian siapa pun yang melintasi jalan desanya.   Desa Karumbu dicanangkan beberapa waktu lalu sebagai Kampung Jarwo oleh kelompok tani di desa itu yang dipimpin oleh Khiyatudin (46 tahun), dikenal dengan panggilan om Gama, mantan preman yang kini aktif sebagai mitra penyuluh. Gagasan membuat Kampung Jarwo ini bermula dari diperkenalkannya sistem tanam jajar legowo di desa itu oleh Nuryani, SST, penyuluh pertanian lapangan yang ditugaskan di Desa Karumbu. Desa yang terletak di pelosok Tenggara Kabupaten Bima, tepatnya di Desa Karumbu Kecamatan Langgudu.  

Nuryani ditugaskan di Desa Karumbu sejak tahun 2019.  Desa yang merupakan salah satu lokasi IPDMIP ini kegiatan pertaniannya memanfaatkan air yang bersumber dari Dam Diwu Sadundu.  “Saya memulai dengan menelusuri tentang monografi Desa Karumbu untuk mengetahui potensi serta komoditas unggulan Desa Karumbu dan ternyata di Desa Karumbu pun memiliki Dam yang di namai Dam Diwu Sadundu”, tuturnya.

Melihat potensi wilayah desa seluas 10,34 km2 dengan luas lahan sawah 364,22 hektar ini, Nuryani, yang biasa disapa Yani mulai menyusun rencana kerja dan mensosialisasikan tentang rancangan kegiatan IPDMIP kepada pemerintah desa.   Ia mulai melakukan kunjungan lapangan dan menemui petani.  “Di kunjungan pertama saya menemui kelompok tani Tolo O’o, saya hanya duduk dan mendengarkan cerita – cerita saja tanpa mengeluarkan satu katapun apalagi memperkenalkan diri”, kisahnya.  Pada kunjungan itu, Yani melihat ketua kelompok tani menunjukkan sikap tidak peduli dengan kehadiran penyuluh.   Ketua kelompok tani inilah Gama, dikenal sebagai seorang mantan preman yang melanjutkan usaha orang tuanya sebagai petani setelah keluar dari penjara karena kasus penganiayaan.  Tapi Yani berkeyakinan, tidak ada yang tidak mungkin dalam menjalankan niat melakukan perubahan untuk memperbaiki keadaan.  

Saat pertemuan pertama itu, Yani merasa tertantang dengan ucapan Gama, “Kalau penyuluh yang di tempatkan di Desa Karumbu ini, perempuan atau laki – laki dinilai malas dan tidak mampu memberikan perubahan kepada petani disini, lebih baik tidak usah ada!”.   Ucapan itu membuat Yani kembali mendatangi Kelompok Tani Tolo O’o dan menggali informasi lebih jauh siapa dan bagaimana pengalaman dari ketua poktannya.    

Penerapan teknis budidaya padi sawah kelompok tani yang dipimpin Gama masih secara konvensional dan hasil produksinya hanya 2 – 3 ton/ha. Gama mengaku baru lima tahun belajar bertani.  Sebelumnya ia preman jalanan yang akrab dengan minuman beralkohol dan perbuatan kriminal.  Ia menyadari tujuan hidupnya setelah mengalami kecelakaan yang menyebabkannya terluka parah.  Ia terjun ke pertanian untuk menyakinkan masyarakat desanya bahwa ia sudah insyaf dengan cara bertani di lahan milik orang tuanya seluas 1,30 ha.  Gama bertani padi dan palawija dengan produksi yang masih rendah.   

Turut mendukung semangat Gama, pemerintah desa selama ini selalu mengikutsertakan Gama dalam setiap kegiatan gotong royong, acara adat dan kegiatan sosial lainnya.  Gama juga diberi kepercayaan memimpin sebagai ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) dan ketua kelompok tani Tolo O’o.  Ia juga menyandang atribut sebagai penyuluh swadaya.  

“Om Gama adalah orang pertama yang saya targetkan untuk ikut serta dalam kegiatan SL di Desa Karumbu”, ujar Yani.  Ia melihat ketua kelompok tani ini adalah sosok yang mempunyai keinginan untuk belajar asalkan ada buktinya.    

Berbekal pengetahuan setelah mengikuti pelatihan penyegaran bagi penyuluh dari IPDMIP yang diadakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di tahun 2019, Nuryani memulai pembicaraannya tentang rangkaian kegiatan yang akan dilakukannya bersama kelompok tani di Desa Karumbu.   Sekolah Lapangan adalah salah satu kegiatan yang pertama kali dilakukan bersama Kelompok Tani Tolo O’o.  Ia menjelaskan tentang penerapan pola jajar legowo 4:1 di Laboratorium Lapangan, cara menggunakan alat caplak untuk menggaris, dan bertanam dalam kondisi lahan kering. Agar barisan tanaman lurus, Nuryani mengarahkan untuk menggunakan tali rafiah.

Produksi padi di Laboratorium Lapangan SL menunjukkan hasil yang tinggi, meningkat hingga 15% dari biasanya.  Melihat itu, Gama semakin tertarik.  Di tahun 2019 itu juga, Gama menggerakkan 54 orang petani anggotanya untuk menerapkan teknik tanam jajar legowo di lahan garapan mereka masing-masing. Usaha tersebut awalnya banyak menghadapi tantangan dari anggotanya karena banyaknya ruang kosong di lahannya yang tidak ditanami. Alhasil, sawah Garapan Kelompok Tani Tolo O’o seluas 10,40 hektar semua menerapkan teknologi sistem tanam jajar legowo 4:1.  Untuk meningkatkan produksi padi, Yani juga mengajarkan petani cara membuat pestisida nabati dan mengaplikasikan kegunaannya di kegiatan SL. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal terbentuknya Kampung Jarwo, dimana seluruh sawah ditanam dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. 

Niat dan tekad kuat Yani untuk meningkatkan kemampuan petani di Desa Karumbu dalam berusahatani melalui penyuluhan berbuah manis.  Dengan pendekatan yang tepat, Yani berhasil meyakinkan Gama yang akhirnya menjadi mitranya dalam berbagai kegiatan penyuluhan.  

Semangat Gama untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuannya dalam berusahatani berhasil mematahkan anggapan buruk tentang “pensiunan preman”. Hal ini diakui Yani tidak terlepas dari dukungan yang diberikan oleh Kisman, SP Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian pada masa itu yang selalu memberi motivasi dan arahan kepada para penyuluh, staf lapangan dan petani dengan kehadirannya di lapangan saat kegiatan Sekolah Lapangan berlangsung.  “Beliau juga memberikan apresiasi kepada Kelompok Tani Tolo O’o melalui Ketua kelompoknya, atas kemajuan serta kekompakkan petani anggotanya”, ujar Yani.  

Jumlah petani  yang menerapkan sistem tanam jarwo di Desa Karumbu sekarang ini sebanyak 350 orang (130 orang perempuan) dan sebanyak 50 orang diantaranya berusia  muda.  Saat ini Yani mulai mengarahkan sasaran penyuluhannya kepada kaum pemuda tani.  Ia mengajak ketua karang taruna Desa Karumbu dalam kegiatan penyuluhannya.  Sementara itu, Gama terus belajar mengembangkan pengalamannya  dengan mencoba menerapkan sistem tanam jajar legowo super 2:1. 

Kegiatan usahatani di Desa Karumbu hingga saat ini masih digerakkan secara manual.  Di desa itu belum ada peralatan mesin untuk pengolahan tanah.  Untuk mengatasi terbatasnya tenaga kerja, Yani melatih para buruh tani cara bertanam dengan sistem jajar legowo.   Pada kunjungan tim konsultan ke desa itu, disarankan untuk dibentuknya kelembagaan petani yang mengarah pada korporasi petani dengan mengembangkan koperasi usahatani.  “Perlu dilakukan pengembangan kegiatan kelompok tani dalam bidang usaha dan kemitraan bukan hanya dalam hal budidaya, dan bahkan menjadi wadah penyedia sarana dan prasarana serta modal usaha tani bagi anggotanya”, itu arahan yang diterimanya, tambah Yani.  Ia pun mulai membahas gagasan tersebut dalam pertemuan kelompok tani.

Area kampung jarwo di Desa Karumbu sekarang ini berkembang semakin meluas.  Abdul Haris, SPt Koordinator Jabatan Fungsional (KJF) Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Bima menuturkan, “Sistem tanam jajar legowo sudah meluas di Desa Karumbu.  Selain Kelompok Tani Tolo O’o dengan luas 10,4 ha, juga Kelompok So Sariwu seluas 15 Ha, dan So Nanga No seluas 20 ha”.   Ma’ruf Belo, salah seorang penyuluh pada Dinas Pertanian Kabupaten Bima menambahkan bahwa sementara ini juga dilakukan pengembangan kampung jarwo di Desa Rupe Poktan Luru Mbolo Desa Rupe seluas 12 ha.  Lokasi kampung jarwo tersebut semuanya berada di Daerah Irigasi Diwu Sasundu. IPDMIP