Penyerapan Ayam Hidup Peternak Mandiri Kecil dan Mikro, NFA: Terus Dorong Sampai Harga StaBIL
udin abay | Senin, 26 September 2022 , 20:52:00 WIBSwadayaonline.com - Upaya stabilisasi harga live bird atau ayam hidup di tingkat peternak terus digenjot oleh Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) melalui aksi penyerapan dengan melibatkan lebih banyak perusahaan perunggasan nasional. Sampai hari ini tidak kurang dari 5 perusahaan unggas nasional telah melakukan penyerapan sebanyak 15.490 ekor ayam hidup atau sekitar 26 ribu kg dari peternak mandiri mikro dan kecil di sejumlah lokasi.
Langkah ini merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan Rakor Ekosistem Perunggasan yang dilaksanakan NFA serta dihadiri kementerian dan lembaga terkait, asosiasi, koperasi peternak, BUMN, dan pelaku usaha perunggasan lainnya, pada 20-21 September 2022. Dalam kesempatan tersebut disepakati langkah penyerapan ayam hidup melalui Nota Kesepahaman Penyerapan Live Bird yang ditandatangani asosiasi, 10 perusahaan BUMN dan swasta, serta disaksikan perwakilan Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Satuan Tugas Pangan Polri.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, melalui keterangannya Senin, (26/09/2022), di Jakarta, mengatakan, penyerapan ini bertujuan untuk mengembalikan harga ayam hidup ke harga wajar sesuai dengan Harga Acuan Pemnbelian/Penjualan (HAP) yang telah disepakati, yaitu di angka Rp 21 ribu - Rp 23 ribu/kg, mengingat harga ayam hidup pada bulan ini sempat menyentuh angka Rp 15 ribu/kg.
“Aksi ini juga sebagai bentuk komitmen perusahaan integrator dalam melakukan penyerapan ayam hidup milik peternak mandiri mikro dan kecil sesuai Nota Kesepahaman Penyerapan Live Bird antara NFA bersama asosiasi serta 10 perusahaan yang terdiri dari BUMN dan swasta,” ujarnya.
Berdasarkan data yang diterima, 5 perusahaan yang telah melakukan aksi penyerapan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sebanyak 7.840 ekor atau 12 ribu kg, PT Malindo Feedmill sebanyak 2.560 ekor atau 5 ribu kg, PT Super Unggas Jaya sebanyak 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia sebanyak 1.742 ekor atau 3 ribu kg, dan PT Japfa Comfeed sebanyak 1.920 ekor atau 3 ribu kg.
Arief menjelaskan, proses ini dilakukan secara business to business (B to B) langsung antara peternak/koperasi dengan perusahaan. NFA dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator atau penghubung, agar proses penyerapan hasil ternak dilakukan secara efektif di titik yang tepat.
“Dalam hal ini, penyerapan kami fokuskan para peternak mandiri mikro dan kecil yang mengalami kesulitan jual akibat harga jatuh. Untuk data lokasi peternak, kami telah bekerja sama dengan asosiasi Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) dan Gopan (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional),” ujarnya.
Arief mengatakan, jatuhnya harga live bird turut dipengaruhi surplusnya stok ayam hidup nasional saat ini. “Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, sampai dengan akhir September 2022, stok daging ayam ras kita surplus sekitar 602 ribu ton,” ujarnya.
Namun demikian, ia menegaskan, seharusnya dalam kondisi apapun, baik surplus maupun defisit, peternak mendapatkan HAP yang wajar dan stabil. “Karena stabilitas dan kewajaran harga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha dan semangat mereka (para peternak ungags mandiri mikro dan kecil) dalam menjalankan usaha peternakan,” ujarnya.
Menurut Arief, aksi penyerapan ini akan terus dilakukan sampai harga ayam hidup di tingkat peternak kembali stabil. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk membangun kolaborasi dan sinergi dalam rangka memperkuat ekosistem pangan nasional guna menghindari krisis pangan. Untuk itu, ia meminta agar 10 perusahaan yang telah sepakat melakukan penyerapan terus melakukan aksi tersebut.
“Volume minimum penyerapan rata-rata 1-3 truk per hari untuk tahap awal. Untuk Japfa 18 truk di tahap awal. Selain itu, waktu dan lokasi penyerapan juga telah disepakati bersama sesuai nota kesepahaman,” ungkapnya. Humas NFA