Sinergi Kearifan Lokal dengan Perkembangan Teknologi dari Penanganan OPT hingga Pengolahan

udin abay | Rabu, 26 Oktober 2022 , 21:17:00 WIB

Swadayaonline.com - Kebutuhan karet alam sebagai bahan baku industri terus meningkat seiring pertumbuhan industri dan ekonomi dunia. Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan serangan hama dan penyakit tanaman, serta faktor lainnya (Plantation, 2012). Para petani cenderung melakukan budidaya berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan secara turun temurun sesuai dengan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelum saat ini. 

Menurut Sidabutar (2016), petani memiliki tata nilai atau perilaku hidup lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan pertanian. Kearifan lokal mampu memberikan ciri khas di suatu daerah atau desa sehingga mampu dikenal oleh masyarakat luar, pembudidayaan karet secara kearifan lokal mampu meminimalkan biaya karena dengan memanfaatkan alam dan kerjasama antar masyarakat, dan ramah lingkungan. Melalui kearifan lokal, tanpa sengaja petani mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian karena petani mampu menemukan bibit karet yang mampu bertahan terhadap serangan hama, penyakit dan memaksimalkan produksi.

Petani tradisional dalam beradaptasi dengan lingkungan mengembangkan kearifan lokal berupa pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktifitas serta peralatan, sebagai hasil pengalaman yang dihayati oleh segenap masyarakat pendukungnya dan yang menjadi pedoman bersikap maupun bertindak dalam mengelola sumber daya alam. Kearifan lokal yang saat ini masih dipraktikkan pada budidaya karet, meliputi kegiatan pembukaan Lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penyadapan, pemanenan dan pasca panen, serta pemasaran. 

Pembukaan Lahan 

Kearifan lokal yang dilakukan oleh petani dalam kegiatan pembukaan lahan dilakukan dengan doa, ritual-ritual, cara-cara tradisional, larangan-larangan. Ritual yang dimaksud yaitu mengawali kegiatan pembukaan lahan dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa (TYME), dan mencari hari “baik” bagi masyarakat sekitar, dan tidak menggunakan alat untuk pembukaan lahan dari besi bekas kecelakaan atau lainnya. 

Selain itu pembukaan lahan juga menghindari cara pembakaran. Hal ini sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahwa “hari baik” dikaitkan dengan cuaca atau iklim sekitar sehingga kondusif untuk ditanami karet, alat bercocok tanam yang digunakan juga haruslah baik dan bersih. Hal ini untuk mencegah adanya penularan serangan penyakit yang berasal dari kontaminasi penggunaan alat. Kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) juga telah diterapkan untuk memitigasi terjadinya kebakaran lahan yang mampu merusak keseimbangan plasma nutfah ekosistem lahan karet.

Berdasarkan pedoman budidaya karet, lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini, dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.

Pembibitan dan Penanaman

Pembibitan yang masih dilakukan oleh petani sampai sekarang yaitu membibitkan karet dengan cara pembibitan berasal dari biji karet sedangkan pembibitan yang tidak lagi dilakukan ialah pembibitan dengan cara pembibitan cabutan (dari anakan getah yang tumbuh dikebun karet).
Hal ini cukup sejalan dengan teknik pembibitan yang dilakukan pada praktik budidaya saat ini yaitu dengan memilih benih untuk batang bawah yang berasal dari klon-klon anjuran GT 1, PR 300, PR 228, AVROS 2037 dan LCB 1320. Biji diambil dari areal kebun yang berumur lebih dari 10 tahun. Kebun biji harus bebas dari gulma, pembersihannya dapat dilakukan dengan cara kimiawi atau manual satu bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengambilan biji, harus dilakukan pembersihan biji yang ada di areal kebun. Rotasi pengumpulan biji pada satu areal paling lambat 2 hari sekali. 

Pengujian kesegaran biji secara acak, yaitu diambil 100 butir biji karet dari satu karung goni, kemudian dipecah dengan palu atau batu untuk dinilai kesegarannya. Apabila belahan biji karet masih putih murni sampai kekuning-kuningan dinilai baik, apabila berwarna kekuning-kuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik antara 70-90%. Metode pemilihan biji karet dengan cara: (1) biji dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70-100 cm pada kotak kayu berukuran 40 cm x 40 cm x40 cm. Apabila biji melenting keluar melewati dinding kotak, dinilai biji tersebut baik; atau (2) biji dipantulkan di atas lantai semen, jika memantul maka biji baik. (3) Merendam biji di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka biji karet tersebut masih baik.

Kegiatan penanaman yang masih dilakukan oleh petani dari dahulu hingga sekarang ialah Penanaman tanaman karet dilakukan dengan pembuatan tugal (Saputra et al., 2013). Pemeliharaan dan Pengendalian serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Kegiatan pemeliharaan didahului dengan membaca doa meminta keselamatan kepada TYME, setelah itu menyiangi kebun dari gulma yang ada di dalam kebun yang mengganggu pertumbuhan tanaman; menggemburkan tanah yang ada di sekitar pohon karet; melakukan pemupukan di sekitar pohon karet menggunakan pupuk kotoran hewan; membuang tunas yang tidak diperlukan pada pohon karet; pengendaliaan hama di kebun dilakukan dengan cara memagar kebun dan mengusir hama pengganggu serta alat-alat yang digunakan dalam pemeliharaan pisau, cangkua dan tajak, menembak dengan gobok (Senjata api rakitan) dan mengusir dengan menggunakan kalentong (kaleng yang dipasang memakai kayu antara pohon tanaman).

A.    Gulma
Penyiangan gulma dilakukan dengan melihat tinggi dari semak-semak atau ilalang dan tidak dilakukan pada saat padi akan dituai (dipanen), hal ini dikarenakan jika melakukan sebelum padi siap dituai maka dapat mengakibatkan binatang dan hama yang berada di kebun karet lari dan pindah ke areal pesawahan yang sedang masak. Penyiangan yang dilakukan hanya 1-3 kali dalam setahun dan penyiangan dilakukan setelah padi siap dituai (dipanen). Jika tinggi semak-semak atau ilalang sudah melebihi pinggang petani, maka itu harus segera dilakukan penyiangan atau manobeh ilalang (menebas ilalang)

B.    Hama
Hama yang sering menyerang tanaman karet diantaranya adalah babi, rusa, monyet, anai-anai (rayap) dan terkadang juga sapi yang dilepas begitu saja. Penanggulan hama tersebut yaitu: 1) Memagari sekeliling kebun karet dengan kayu atau kawat besi, 2) Menunggu di lahan atau menetap di rumah panggung, 3) Membuat jerat. Hama yang menyerang tanaman biasanya pada umur 1-5 tahun atau tinggi tanaman karet sekitar 1-3 meter. Selain menyerang tanaman karet, hama tersebut juga menyerang tanaman sisipan seperti padi, ubi, cabe, sayur-sayuran dan lain-lain. 

C.    Penyakit
Penyakit pada tanaman karet yang sering menyerang tanaman karet adalah jamur atau cendawan atau penyakit jamur akar putih. Penyakit jamur akar putih merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya dan merugikan petani. Pengendalian penyakit pada jamur akar putih yang dilakukan oleh petani menggunakan agens pengendali hayati (APH) berupa Trichoderma spp. dan penggunaan tanaman antagonis, salah satunya tanaman lidah mertua (Sansiviera sp.).

Penyadapan

Sebelum melakukan kegiatan penyadapan meminta keselamatan kepada TYME dan berdoa di kebun yang sudah siap dilakukan penyadapan bersama-sama petani lain. Membuat lopek sogan (lepat yang dibuat dari beras ketan dicampur dengan pisang). Lopek sogan dioles-oleskan ke pohon karet. Cara-cara tradisional yang dilakukan dalam penyadapan ialah sebelum melakukan kegiatan penyadapan petani memakai obat nyamuk, membuat polan (garis sadap). Polan dibuat pada tanaman karet yang sudah berusia 5 sampai 7 tahun saat akan dilakukan penyadapan, memasang sudu kemudian petani melakukan kegiatan manakiak dimulai dari pangkal kebun sampai pohon karet siap ditakiak semuanya. Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan seperti dilarang menyadap pada hari hujan, dilarang melakukan kegiatan penyadapan ada warga yang meninggal dan dilarang membuat pisau sadap dari besi yang tidak tahu asal usulnya. 

Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

Pemanenan dan Pasca Panen

Kearifan lokal yang dilakukakan dalam kegitan pemanenan dan pasca panen getah karet yang masih dilakukan ialah dengan cara memanen getah karet yang sudah beku dan terkumul didalam penampungngan, sedangkan memanen getah karet yang masih cair tidak lagi dilakukan oleh petani sampel dalam kegiatan pemanenan getah karet.

Pemanenan dan pasca panen dilakukan dengan cara menyiapkan ember, jerigen yang telah dipotong atasnya, tali atau akar, dan cuka getah, menyiapkan kayu untuk penyanga tali dan kayu untuk diletakkan diatas tali didalam palubang. Kayu yang berukuran sekitar 7 cm sampai 10 cm dan sekitar berdiameter 3 cm digunakan untuk penyangga sisi kiri dan kanan tali yang telah dipasang didalam palubang.

Sebelum melakukan kegiatan pemanenan petani membersihkan palubang, mengumpulkan santan getah karet atau getah karet cair sekitar Pukul 05.00 – Pukul 09.00 dan dikumpulkan sekitar setengah ember besar untuk digunakan pencampuran cuka yang nan-tinya disiramkan ke getah yang telah terkumpul didalam palubang agar getah menyatu dan beku, melakukan kegiatan pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan mengumpulkan getah karet yang ada didalam caluang menggunakan ember atau jerigen yang telah disiapkan. Setelah ember atau jerigen penuh dimasukkan ke dalam palubang, setelah palubang penuh dan dibiarkan getah tersebut membeku.
Antares M. Prawira, dan Farriza Diyasti