Kurangi Ketergantungan Impor, Petani Klaten Gencar Tanam Kedelai

udin abay | Rabu, 26 Oktober 2022 , 22:36:00 WIB

Swadayaonline.com - Tahun 2022 memang istimewa, sebuah awal kebangkitan setelah dua tahun dilanda pandemic Covid 19, namun kegiatan pertanian tidak pernah berhenti berproduksi. Tak hanya padi, Pemerintah Kabupaten Klaten juga tengah gencar menanam kedelai. Satu di antaranya di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, yang dikenal sebagai penghasil kedelai. Bahkan, pada musim ini naik hingga 2 kali lipat sekaligus awal menuju swasembada kedelai di tahun 2026.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), menegaskan pengembangan produksi kedelai harus dilakukan. Karena, kedelai adalah bahan baku utama tahu tempe yang menjadi favorit masyarakat Indonesia. "Masyarakat kita rata-rata pemakan tahu tempe. Jadi kedelai ini tidak boleh bersoal”, ujarnya.

Ia mendorong perajin tahu dan tempe untuk menggunakan kedelai lokal pasalnya kualitasnya lebih bagus dibandingkan dengan kedelai impor.
"Kami siapkan pasokan kedelai lokal, produksi kita genjot. Kedelai kita pendek-pendek, manis dan disukai masyarakat sehingga ke depan dorong budidayanya. Sesuai arahan Presiden Jokowi, hal ini untuk penuhi kebutuhan pengrajin tahu tempe. Kita carikan jalan keluarnya agar harga tahu tempe dengan kedelai lokal harganya terjangkau," lanjutnya.

Dalam situasi seperti ini, solusinya adalah mengurangi ketergantungan impor kedelai, caranya saat ini terdapat program dari Kementan yaitu menanam satu juta hektar untuk menghasilkan satu juta ton kedelai dan petani harus memanfaatkan peluang ini.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan terus mendorong peningkatan kualitas produksi kedelai, diversifikasi pangan lokal sangat dibutuhkan, terutama untuk meningkatkan eksistensi produksi dengan buat organik. “Harga kedelai bagus, ayo tanam kedelai segera,” kata Dedi

Tahun 2022 memang istimewa, sebuah awal kebangkitan setelah hampir dua tahun dilanda pandemi, namun kegiatan pertanian tidak boleh berhenti. Tak hanya padi, Pemkab Klaten gencar menanam kedelai. Satu di antaranya di Desa Burikan, Kecamatan Cawas yang dikenal penghasil kedelai. Bahkan, tahun ini pada musim ini naik hingga 2 kali lipat sekaligus awal menuju swasembada kedelai di dapat tercapai di tahun 2026.

Kedelai termasuk komoditas tunai yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, bahkan seiring dengan perkembangan industri pangan dewasa ini dapat menjadi komoditas agribisnis yang memberikan prospek cerah.

Dalam penerapan lima aspek sumber pertumbuhan produksi kedelai, terdapat pula beberapa kendala utama. Salah satu diantaranya adalah ketersediaan benih tidak memenuhi enam tepat Mutu, Varietas, Jumlah, Tempat dan Harga). Mutu benih ditentukan secara genetis, fisiologis, dan fisik. secara genetis, benih harus memiliki sifat-sifat sesuai dengan deskripsi varietas yang bersangkutan.

Sedangkan untuk mendapatkan benih bermutu secara fisiologis dan fisik diperlukan penanganan pra dan pascapanen yang baik, meliputi teknik bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, gulma, waktu panen, cara panen, pasca panen dan penyimpanan benih.

Terlepas dari hal tersebut, petani di Desa Burikan Kecamatan Cawas melakukan inovasi sederhana dalam penyimpanan benih kedelai. Seperti  disampaikan Ketua Kelompok Tani Mardi Tani. Petani di Burikan sudah biasa menyimpan kedelai untuk ditanam tahun depan, inovasi sederhana ini sudah lama dilakukan sejak ada sekolah lapang kedelai tahun 2013.

Hal senada juga disampaikan Tutwuri  Handayani, koordinator BPP Kecamatan Cawas ,  “ Untuk memproduksi benih kedelai benih yang bermutu, diperlukan pengetahuan praktis tentang teknik produksi benih serta pemahaman terhadap peraturan perbenihan. Untuk menghasilkan benih kedelai bermutu tinggi, diperlukan pengelolaan pertanaman maksimal meliputi pemilihan lokasi yang tepat, musim tanam, kultur teknik, waktu tanam, penanganan pascapanen, dan seleksi yang ketat, dan hal itu  dirasa rumit petani belum mampu sehingga petani memilih untuk menyimpan secara mandiri dengan inovasi sederhana  yaitu disimpan dengan  abu / sekam bakar yang diberi koran sebagai pembatasnya,“ jelas Wuri. 

Bersamaan dengan acara Gerakan Merdeka Panen Kedelai, Bupati Klaten Sri Mulyani menyempatkan praktik bersama petani dipandu oleh penyuluh bagaimana menyimpan benih kedelai secara sederhana dengan abu dan kertas koran. Ia menyampaikan bahwa inovasi sederhana ini sangat mudah dilakukan dan berharap inovasi ini bisa diadopsi oleh petani yang lain khususnya petani  di wilayah Kecamatan Cawas.

“Inovasi ini ternyata sangat mudah sekali hanya cukup dengan ember yang diberi abu lalu dilapisi kertas koran kemudian kedelai dimasukkan dilapisi koran dan abu lalu tutup rapat simpan, gampang sekali oleh sebab itu silahkan ditiru inovasi sederhana ini, semoga ke depan  petani bisa mandiri benih kedelai,”pungkasnya. TUTH/YNI