Tingkatkan Kesejahteraan Petani, PERHIPTANI Sumsel Perkenalkan Konsep CFP

udin abay | Kamis, 19 Januari 2023 , 11:30:00 WIB

Swadayaonline.com - Modal yang terbatas, terjerat tengkulak, pengetahuan, sikap dan Keterampilan petani yang terbatas, kesulitan mendapatkan sarana produksi, sarana penanganan hasil yang terbatas, harga jual saat panen raya rendah, merupakan permasalahan yang saat ini dialami petani. 

Sedangkan permasalahan lain yaitu petugas penyuluh yang  sebagian besar baru sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terbatas, pendapatan yang petugas terbatas sehingga perlu tambahan insentif dan reward sehingga motivasi petugas meningkat.

Dari permasalahan pada petani dan penyuluh tersebut, Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) Sumatera Selatan membuat konsep Corporate Farming Plus (CFP) yang mampu meningkatkan produksi, produktifitas, kualitas, efisiensi, kontinuitas dan nilai jual, dikelola oleh korporasi mulai dari pembiayaan, sarana produksi,pendampingan sampai pemasaran dengan mengedepankan kebersamaan, keterbukaan, kemandirian serta pertanian ramah lingkungan yang berkelanjutan menuju petani sejahtera penyuluh bahagia.

Konsep tersebut mengedepankan peningkatan kesejahteraan petani dan penyuluh melalui peningkatan produksi, produktifitas, kualitas dan kontinuitas produk serta inovasi teknologi. Keterbukaan, kebersamaan dan saling menguntungkan. Kemandirian, menekan penggunaan bantuan, subsidi dari pemerintah. Mendorong pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta paket program komprehensif, meliputi pembiayaan, sarana produksi, pendampingan, pengawasan dan pemasaran.

CFP nantinya bekerjasama dengan Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, Perhiptani Sumatera Selatan, Bank Sumatera Selatan Bangka Belitung (BSB), Korem Garuda Dempo, PT. Simco Anugerah Mandiri,  dan Petan.

Melalui CFP tersebut, nantinya petani akan mendapat modal tersedia dengan akses KUR yang mudah dan bunga rendah, difasilitasi korporasi. Petani dilatih terlebih dahulu, sarana produksi disiapkan korporasi dengan harga standar pasar. Sarana prasarana tersedia dan lengkap sesuai kebutuhan, dan jaminan pasar dengan harga layak.

Sedangkan bagi petugas penyuluhan nantinya akan mendapat pembekalan, pemberian insentif dan reward pada petugas yang produktivitas melampaui target yang ditentukan (insentif dan reward berasal dari korporasi). Dengan pendekatan CFP, sedapat mungkin untuk operasional tidak menggunakan dana APBD maupun APBN. Mendidik petani menjadi mandiri dengan mengedepankan penggunaan sarana produksi non subsidi.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meminta para penyuluh pertanian untuk secara aktif mengawal dan mendampingi petani. Menurutnya, peran penyuluh sangat penting dalam meningkatkan produktivitas petani. Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan, penyuluh pertanian diharapkan dapat berperan sebagai garda terdepan dalam menjalankan dinamika pembangunan pertanian, bertugas mendampingi, memotivasi dan membina masyarakat tani dalam peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petanian.

“Tugas ini dilaksanakan dengan menumbuhkan dinamika petani secara berkelompok, memberikan pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dan aksebilitas terhadap sumber informasi teknologi, pemasaran dukungan permodalan dalam mengembangkan usaha taninya, sehingga petani mau berubah perilakunya kearah yang lebih baik. Penyuluh pertanian harus diberdayakan dan difasilitasi serta di imbangi dengan fungsi-fungsi lain seperti pelayanan, dan pengaturan sehingga kegiatan penyuluhan pertanian dapat berjalan lancar dan memberi manfaat yang efektif dalam membantu petanian mencapai kemandirian,” terangnya. Hasan latuconsina