Kementan Siapkan Pest List OPT Pisang untuk Mendorong Ekspor Pisang Indonesia

udin abay | Sabtu, 20 Mei 2023 , 14:23:00 WIB

Swadayaonline.com - Pada proses ekspor komoditas hortikultura, pemutakhiran pest list adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi. Pest list merupakan salah satu persyaratan Sanitary and Phytosanitary-WTO (SPS-WTO) yang harus dipatuhi oleh negara-negara anggota WTO dalam perdagangan produk pertanian. Pest list berisi informasi mengenai jenis-jenis OPT yang ada di suatu negara atau wilayah, statusnya, dan cara pengendaliannya.

Untuk menyiapkan pest list yang akurat dan terkini, Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan langkah strategis, salah satunya adalah melaksanakan surveilans atau pengamatan OPT secara rutin dan berkala di berbagai sentra produksi hortikultura potensi ekspor. Dengan melakukan surveilans OPT, dapat diketahui jenis-jenis OPT yang ada di Indonesia, statusnya, dan cara pengendaliannya. 

Tim Ditjen Hortikultura telah melakukan Surveilans OPT di Bogor dan Cianjur pada Senin-Rabu kemarin (15/5-17/5), tepatnya di Desa Tangkil, Kec. Caringin, Kab. Bogor dan di  Desa Majalaya, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Komoditas buah yang menjadi target surveilans adalah pisang, yang mana adalah komoditas potensial ekspor namun sering terhambat masalah OPT.

“Betul pisang merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia yang memiliki potensi pangsa ekspor yang besar. Akan tetapi, pisang itu rentan terhadap serangan OPT yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksinya. Oleh karena itu, surveilans OPT ini perlu dilakukan untuk mengetahui potensi adanya OPT, dan tentunya kita harus melakukan kajian terkait pencegahan dan penanganannya,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto.

Prihasto menambahkan, bahwa saat ini Ditjen Hortikultura terus berkomitmen untuk mendukung peningkatan ekspor komoditas hortikultura. Dengan surveilans OPT, pest list yang akurat dan terbaru dapat disiapkan.

"Pest list yang kami siapkan akan menjadi acuan bagi negara tujuan ekspor untuk memenuhi persyaratan SPS-WTO. Kami berharap dengan adanya pest list ini, ekspor komoditas hortikultura Indonesia semakin meningkat dan sesuai dengan persyaratan negara tujuan,” tambah Prihasto.

Surveilans OPT ini diprakarsai oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura dab bekerja sama dengan berbagai pihak,  antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Satuan Pelayanan (Satpel)  BPTPH Wilayah I Cianjur, petugas POPT, dan kelompok tani. 

Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra berharap surveilans OPT yang diprakarsai oleh timnya dapat bermanfaat, terutama untuk menjaga kualitas produk hortikultura.

"Semoga surveilans OPT ini bermanfaat sekaligus dapat 
memberikan informasi kepada petani dan eksportir mengenai cara mengenali, mencegah, dan mengendalikan OPT pada komoditas hortikultura. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas produk hortikultura dapat terjaga dan daya saingnya dapat meningkat di pasar internasional," terang Jekvy.

Beberapa tahun terakhir, pengembangan pisang di Indonesia terkendala oleh adanya gangguan OPT, seperti layu fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. cubense), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), bercak daun sigatoka kuning (Mycosphaerella musicola), Kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus), penggerek bonggol pisang (Cosmopolites sordidus) dan ulat penggulung daun (Erionota thrax). Kehadiran OPT ini tentunya sangat merugikan karena dapat menghambat ekspor pisang Indonesia. 

Entomologist IPB University, Dewi Sartiami menuturkan bahwa selain digunakan dalam penyusunan draf pest list, surveilans juga menjadi sarana penambahan informasi mengenai pengenalan sifat, karakter dan bioekologi OPT bagi petani dan peserta yang terlibat. 

“Setelah mengikuti surveilans ini kami tentunya berharap dapat menghasilkan data yang bisa menjadi rujukan yang dapat bermafaat bagi dunia akedemik dan terkhusus untuk kepentingan negara," pungkas Dewi. HMSH