Memahami Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Benih

udin abay | Selasa, 13 Juni 2023 , 18:42:00 WIB

Swadayaonline.com - Benih yang bermutu dengan pertumbuhan yang baik menjadi prasyarat penting untuk mendukung keberhasilan program pengadaan benih bermutu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu benih diantaranya adalah faktor genetik, lingkungan tumbuh, pemanenan, proses prosesing benih, periode konservasi, periode simpan, dan saat distribusi. Dengan memahami faktor tersebut diharapkan dapat mempertahankan mutu benih secara optimal ketika saat masak fisiologis.

Mutu Benih merupakan tolok ukur dari faktor yang mempengaruhi benih tersebut saat proses pembentukan benih sebelumnya. Sadjad (1980) mengatakan bahwa benih merupakan hasil dari upaya mengatasi hal-hal yang menurunkan mutu benih, mulai dari saat benih terbentuk sampai ditanam kembali. Sedangkan Delouche (1984) menambahkan bahwa mutu benih merupakan hasil dari proses pembentukan benih pada tahapan sebelumnya.

Kualitas benih dapat membuat usahatani menjadi lebih efisien dan efektif. Menanam benih yang memiliki vigor tinggi merupakan faktor awal dalam keberhasilan pertanaman di lapangan. Pada umumnya petani/pekebun memilih benih atas dasar penampilan fisik benihnya, seperti berdasarkan ukuran, berat dan warna kulit benih. Vaughan dan Delouche (1986) menyatakan bahwa berat jenis dan berat benih mempunyai pengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh benih, dilaporkan bahwa pada benih padi yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi menghasilkan viabilitas dan kecepatan tumbuh benih yang lebih cepat dari pada benih yang memiliki berat jenis yang lebih rendah.

Mutu benih dibagi dalam beberapa jenis, yaitu mutu genetik, mutu fisiologis dan mutu fisik (Sadjad, 1990). Mutu fisiologis ditentukan secara alamiahnya dan proses kemunduran di dalam benih. Kemunduran benih merupakan proses yang terjadi terkait dengan waktu, kemunduran yang telah terjadi tidak dapat dipulihkan kembali dan laju kemunduran benih bervariasi berdasarkan kelompok benih dari jenis yang sama dan diantara individu benih dalam kelompok yang sama.

Hal yang mempengaruhi mutu benih diantaranya oleh faktor genetik, diawali dengan penyerbukan yang terjadi saat proses pembentukan benih. Sifat-sifat yang diturunkan dari karakter pohon induk mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Beberapa varietas dari kelompok tanaman polong-polongan lebih peka terhadap kerusakan mekanis dari kulit benih yang dimilikinya. Kondisi saat di lapangan saat benih ditanam di lahan pertanaman, diantara kondisi yang mempengaruhi dengan tercampurnya benih dengan benih varietas lain, tercampur dengan benih lain, tercampur dengan material lainnya yang terbawa ke dalam kelompok benih yang dipanen. Faktor lingkungan tempat tumbuh diantaranya kesuburan tanah, nutrisi yang diberikan (pemupukan), ketersediaan air, drainase, temperatur dan suhu lingkungan.

Berdasarkan Copeland (1996) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang baik akan mempengaruhi mutu benih yang baik secara nyata, faktor lingkungan tersebut diantaranya kesuburan tanah, keseragaman, drainase, pemupukan. Tanah yang tidak seragam akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak seragam pula, berarti kemasakan benih menjadi tidak seragam. Temperatur dan ketersediaan air mempengaruhi ukuran, daya viabilitas dan vigor benih. Ketersediaan air umumnya secara tidak langsung mempengaruhi vigor benih yang berpengaruh terhadap komposisi kimia benih. Kadar nitrogen benih biji-bijian umumnya menurun jika air yang diberikan saat bertumbuhan vegetatif meningkat. Kandungan fosfor yang cukup akan mempengaruhi viabilitas dan vigor benih.

Penentuan kematangan benih untuk dipanen dari pohon induknya adalah dengan melihat kemasakan benih secara fisiologis, hal ini terjadi saat benih mencapai berat kering maksimum. Setelah terjadinya masak fisiologis maka secara alamiah benih akan mengalami penurunan, hal ini perlu dilakukan penanganan yang baik sehingga benih masih dapat dipertahankan mutunya sampai dengan akan ditanam kembali. Hal ini diperlukan proses penyimpanan yang baik ataupun saat periode konservasi saat benih dipindahkan ke tempat yang berbeda.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas mutu benih salah satunya adalah temperatur, kelembaban dan curah hujan. Masing-masing ataupun secara bersama-sama faktor tersebut akan mempengaruhi benih. Benih yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi memiliki daya simpan yang lebih baik daripada yang berkadar protein/lemak yang tinggi. Hal ini disebabkan proses degradasi kandungan kimia benih sebagai cadangan makanan bagi benih itu sendiri.

Penentuan waktu panen merupakan hal yang sangat krusial, karena saat inilah benih terpisah secara struktural dengan pohon induknya, walaupun sebagian benih telah mengalami putusnya funikulus dari pohon induknya sejak terjadi masak fisiologis. Saat dilakukan pemanenan hal-hal yang menjadi perhatian seperti metode panen, waktu panen, kadar air benihnya saat akan dipanen dan prasarana-sarana panen. Dengan penanganan panen yang tepat dapat mempertahankan mutu benih sampai dengan saat akan ditanam kembali.

Setelah benih dilakukan pemanenan maka diperlukan prosesing benih, diantaranya pemisahan benih dari daging buahnya (ekstraksi benih), pengeringan benih (seed drying), pemisahan benih dari komponen terbawa lainnya (seed grading), dan perlakuan benih (seed treatment). Prosesing benih juga bertujuan untuk mempertahankan mutu benih dan membuat performa benih menjadi lebih baik. Dengan ini menjadikan benih memiliki nilai tambah yang baik dan secara fisiologis dapat mempertahankan mutu benih.

Hal yang dapat menentukan mutu benih adalah pengemasan benih. Teknik pengemasan  benih  berbeda  dengan  pengemasan barang di  mana dalam  pengemasan benih  hal  yang perlu  diperhatikan  adalah mempertahankan viabilitas benih tersebut agar saat dilakukan proses budidaya dapat  menghasilkan  tanaman  yang  berkualitas  dan  memiliki  daya  tumbuh tinggi. Benih yang dikemas dengan baik diharapkan tidak mengalami perubahan yang drastis baik secara fisiologis maupun biokimia.

Prinsip dasar dari pengemasan benih adalah mempertahahankan viabilitas dan vigor benih dan yang menjadi salah satu tolok ukur adalah kadar air benih.  Pengemasan benih sendiri bertujuan untuk melindungi benih dari faktor biotik dan abiotik disekitar benih. Mempertahanan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan maupun pengangkutan (Lodong et al.  2012). Jenis dan jumlah benih, tipe kemasan, lama penyimpanan, suhu penyimpanan dan kelembaban areal penyimpanan yang akan menjadi penentu terkait bahan, metode mapun alat pengemas benih (Justice dan Bass, 2002). Benih yang dikemas dengan kemasan yang tertutup dapat meminimalisir pengaruh dari lingkungan terutama kelembaban.  Namun benih dengan pengemasan terbuka akan mudah terpengaruh karena adanya perubahan dari luar atau lingkungan.

Setelah benih diproses kadang kalanya benih itu sendiri tidak langsung di butuhkan untuk penanaman dalam waktu dekat, sehingga diperlukan proses penyimpanan. Periode simpan memiliki rentang waktu dan kondisi simpan yang sangat beragam, hal ini yang menyebabkan benih mengalami tingkat penurunan yang beragam. Daya simpan benih dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor innate, induced dan enforced (Sadjad, 1984). Faktor innate merupakan faktor yang berhubungan dengan sifat genetik benih sedangkan faktor induced yang berhubungan dengan kondisi lingkungan simpan benih. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa faktor lingkungan simpan terdiri atas faktor abiotik dan biotik.  Faktor biotik meliputi benih, serangga gudang dan cendawan sedangkan faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban, dan komposisi gas. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan benih adalah kondisi ruang simpan (seed storage), vigor awal benih, kadar awal benih, kelembaban nisbi dan suhu ruang simpan, serta serangga hama dan cendawan gudang, semuanya akan menentukan kemampuan benih untuk bertahan hidup dalam penyimpanan.

Setelah dibahas diatas, terkait mutu benih ditentukan mulai dari proses penyerbukan sampai dengan akan ditanam kembali. Diperjalanannya benih dipengaruhi oleh banyak kondisi, penanganannya dan serta karakter dari benih itu sendiri, diantaranya sifat genetis, jenis dan varietas, sumber benih/lot benih, lahan pertanaman benih, kondisi lingkungan pertanaman di lapangan, proses panen, penanganan prosesing benih, pengemasan benih dan penyimpanan benih.

Dengan pemahaman faktor yang mempengaruhi mutu benih ini, diharapkan menjadi informasi yang dapat digunakan petani/pekebun untuk dapat menentukan produk benih yang akan digunakannya, serta dapat menambah khazanah pengetahuan bagi petugas pengawas benih dalam melaksanakan tugas pengawasan benih.

Oleh:

Saipulloh, SP, M.Si (Pengawas Benih Tanaman)

Drs. Nono Suharyono (Pranata Humas Ahli Madya)