Dukung Program SIMURP Kementan, Petani Kebumen Berlatih Pembuatan Pupuk Organik

udin abay | Rabu, 04 Oktober 2023 , 21:29:00 WIB

Swadayaonline.com - Program SIMURP (Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project) tahun 2023 dari Kementerian Pertanian RI melalui penerapan Teknologi CSA (Climate Smart Agriculture) merupakan praktik pertanian yang cerdas iklim. Hal ini dilakukan dengan harapan bisa menekan Emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari residu kegiatan pertanian. Salah satunya dengan penggunaan pupuk organik, yang diharapkan bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia berlebihan dan berdampak pada pencemaran lingkungan. 

Pupuk organik telah menjadi fokus utama dalam pengembangan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, yakni melalui program strategis Genta Organik. Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia, banyak kelompok tani di seluruh dunia beralih ke penggunaan pupuk organik sebagai alternatif yang lebih baik daripada pupuk kimia. 

Kelompok Tani  (Poktan) Mukti Tani dan Poktan "Tunggal Makaryo menjadi salah satu contoh kelompok tani yang berkomitmen untuk mengembangkan pupuk organik dan bertempat di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan, Kebumen.

Mengenali Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang berasal dari sumber-sumber alami. Seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, dan bahan organik lainnya. Pupuk ini kaya akan nutrisi dan mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan tanaman.

 Penerapannya dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan produksi pertanian, dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pupuk kimia berlebihan. 

Poktan Mukti Tani dan Tunggal Makaryo menggunakan berbagai bahan baku alami yang mudah didapat di sekitar lingkungan mereka untuk pembuatan pupuk organic. Beberapa di antaranya ialah pupuk kendang. Dengan mengumpulkan kotoran hewan dari ternak yang mereka pelihara, seperti sapi dan ayam, untuk digunakan sebagai bahan pupuk organik. 

Proses pembuatan pupuk organik, setelah mengumpulkan bahan-bahan organik, Poktan Mukti Tani dan Tunggal Makaryo mengikuti proses pembuatan pupuk organik yang meliputi mengumpulkan bahan organic, mengumpulkan pupuk kandang, pupuk hijau, sisa tanaman, dan serasah yang ada di sekitar lahan pertanian mereka. 

Bahan organik tersebut kemudian dikomposkan dengan bantuan mikroorganisme pengurai yang menguraikan bahan-bahan tersebut menjadi kompos yang kaya akan nutrisi. Sebelum digunakan, kompos yang dihasilkan diuji untuk memastikan kualitasnya dan memastikan bahwa tidak ada bahan berbahaya atau patogen yang bisa merusak tanaman. 

Penerapan pupuk organik, setelah kompos siap, pupuk organik tersebut diaplikasikan ke tanah dengan cara dicampurkan atau ditebarkan di sekitar akar tanaman. 

Menurut Endang Mareta, penyuluh pertanian yang mendampingi kedua Poktan tersebut, manfaat pupuk organik yakni meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi polusi lingkungan, penggunaan pupuk organik mengurangi risiko pencemaran tanah dan air dengan zat-zat kimia berbahaya yang umumnya ditemukan pada pupuk kimia. meningkatkan kualitas produk pertanian, dan penghematan biaya. 

Dengan berfokus pada pembuatan dan penerapan pupuk organik, Poktan Mukti Tani dan Tunggal Makaryo telah menunjukkan komitmen mereka untuk mengembangkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, selalu menekankan jika tujuan dari pembangunan pertanian diantaranya adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir mensejahterakan masyarakat. 

"Petani Indonesia tidak boleh tertinggal karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan PPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan tantangan Pembangunan pertanian, climate change, degradasi lahan, saprodi terbatas, pupuk kimia mahal, produksi tidak efisien dan menurun.

Ia menambahkan Program SIMURP utamanya ditujukan untuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap climate change.

“Oleh karena itu, di dalam SIMURP disajikan berbagai inovasi teknologi yang betul-betul adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Juga mampu beradaptasi dari cekaman biotik yaitu tahan hama penyakit, maupun abiotik yaitu kekeringan dan banjir serta intrusi air laut,” jelas Dedi.

Program SIMURP tahun 2023 telah memberikan pelatihan teknis dari narasumber seperti Endang Mareta dari BPP Buayan telah berkontribusi dalam mendorong kemajuan pertanian berkelanjutan di daerah ini. EM/YNI