Dari Jabar Hingga Papua Selatan, Puluhan Penyuluh Tingkatkan Kapasitasnya di BBPP Kementan

udin abay | Selasa, 28 November 2023 , 10:01:00 WIB

Swadayaonline.com - Penyuluh pertanian memiliki peran penting dalam membangun sektor pertanian di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan efisiensi pertanian menjadi salah satu tugas dan fungsi utama penyuluh pertanian sebagai garda terdepan.

Seperti yang disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, penyuluh adalah pahlawan pangan dan garda terdepan menuju swasembada pangan. Amran menekankan agar penyuluh tidak mengeluh dan harus merubah mindset serta keluar dari zona nyaman untuk meraih kesuksesan.

“Dulu kita pernah berswasembada, bahkan Indonesia pernah diberikan penghargaan oleh FAO karena berhasil swasembada dan sekarang saatnya kita harus melanjutkan,” katanya.

Mentan Amran menambahkan bahwa ketahanan pangan merupakan bagian dari ketahanan negara, dan krisis pangan dapat menjadi krisis keamanan dan politik. Pangan dianggap sebagai senjata, dan tujuan ke depan adalah menekan impor bahkan menyetopnya, serta meningkatkan ekspor.

Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa SDM pertanian seperti widyaiswara, dosen, petani, penyuluh pertanian, praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan kapasitasnya untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian. Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, sebagai bagian dari BPPSDMP turut mengambil peran dalam peningkatan kapasitas SDM pertanian. Melalui berbagai program pelatihan yang diselenggarakan, BBPP Lembang membekali aparatur dan non-aparatur pertanian dengan tujuan utama peningkatan kompetensi.

Salah satunya melalui Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh Pertanian Ahli yang selama 21 hari mulai 1-21 November 2023.

Pelatihan diikuti oleh 30 orang penyuluh pertanian ahli dari lima provinsi, yakni: Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Barat, dan Papua Selatan. Pelatihan dilakukan dengan metode klasikal di BBPP Lembang dan praktik lapang di Kabupaten Bandung.

Fasilitator berasal dari Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan), Widyaiswara, dinas/instansi yang relevan, dan para praktisi. Peserta mendapat 168 JP yang terdiri dari 14 materi inti, yaitu: Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian, Pendidikan Orang Dewasa (POD), Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian, Ketenagaan Penyuluhan Pertanian, Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem, Programa Penyuluhan Pertanian, Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan (RKTP), Materi Penyuluhan Pertanian, Media Penyuluhan Pertanian, Metode Penyuluhan Pertanian, Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Petani & Kelembagaan Ekonomi Petani, Evaluasi Pelaksanaan & Dampak Penyuluhan Pertanian Serta Pelaporan, Pengembangan Profesi Penyuluh Pertanian, dan Pengemasan Data & Informasi Berbasis Internal.

Untuk memberikan motivasi dan pandangan baru kepada peserta, pembelajaran diawali dengan penyampaian materi dasar Pengembangan Budaya Kerja dan Kode Etik Penyuluh Pertanian. Materi dibawakan oleh Kepala BBPP Lembang, Ajat Jatnika.

Peserta juga dibekali dengan materi Kebijakan Pembangunan Pertanian yang disampaikan oleh Muhamad Amin, Kepala Puslatan. Pada kesempatannya Ia menyampaikan strategi kebijakan nasional yang dilakukan Kementerian Pertanian, terlebih pasca Covid-19 dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. 

Selama proses pembelajaran peserta terbagi menjadi tiga kelompok besar. Masing-masing kelompok wajib menyelesaikan seluruh penugasan yang diberikan selama pelatihan. Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem menjadi salah satu materi yang menjadi dasar dalam menyusun programa penyuluhan di wilayah praktik kompetensi.

Bertempat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cangkuang dan BPP Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, peserta melakukan observasi lapang secara berkelompok.

Usai serangkaian pelatihan dasar ini, diharapkan para penyuluh mampu menyusun program penyuluhan pertanian sesuai dengan potensi dan kebutuhan di wilayahnya masing-masing.

Di akhir pelatihan, Lukas Waremba, salah satu peserta asal Kabupaten Boven Digoel menyampaikan penilaiannya terhadap jalannya pelatihan. Disampaikannya “pelatihan ini sangat bermanfaat. Setelahnya kami akan kembali ke wilayah masing-masing dan kembali menjadi motivator serta guru bagi petani”. Ia menutup dengan ucapan terima kasih kepada seluruh Widyaiswara dan panitia yang terlibat.

Pelatihan ditutup pada Selasa (21/11) oleh Kepala BBPP Lembang. Pada arahannya Ajat Jatnika mengingatkan bahwa penyuluh harus adaptif terhadap perubahan yang terjadi. “Setelah mengikuti pelatihan selama 21 ini peserta diharapkan dapat memiliki kepekaan dan kemampuan beradaptasi dengan diri sendiri maupun komunitas yang dihadapi,” pungkasnya. DRY/YKO