Potensi Perdagangan Kredit Karbon di Perkebunan Karet

udin abay | Kamis, 30 November 2023 , 09:18:00 WIB

Swadayaonline.com - Dalam menghadapi perubahan iklim, Indonesia berkomitmen tinggi untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional dan berperan dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara global.  Oleh karena itu diperlukan dukungan komitmen bari berbagai pihak, baik pemerintah sektor swasta, NGO maupun masyarakat untuk mendukung perubahan iklim, diantaranya melalui mekanisme penurunan emisi dengan skema perdagangan karbon.
Tanaman karet sebagai salah satu komoditas strtategis, selain sebagai sumber pendapatan masyarakat dan devisa negara juga membuka kesempatan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sentra-sentra ekonomi baru. Pembangunan kebun karet berfungsi untuk pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. 
Selain itu karet merupakan salah satu  komoditas pertanian yang memberikan andil dalam penurunan emisi melalui penyerapan karbon adalah tanaman karet, sehingga serapan karbon tanaman karet berpeluang mendapatkan konpensasi melalui mekanisme perdagangan karbon.  Apabila dihitung mulai dari proses pembibitan tanaman karet, telah diserap karbon sebanyak 33,23 kg CO dan diemisikan karbon sebanyak 10,94; 10,75; dan 10,78 kg CO-e untuk setiap 2 kg karet remah, karet sit, dan lateks pekat yang dihasilkan berturut-turut. Hal ini menunjukkan budidaya tanaman karet memberikan andil positif dalam penyerapan karbon dari atmosfer dan menekan pemanasan global (Cahyo et al., 2016). 
Analisa jumlah karbon yang dihasilkan/ diserap dalam proses budidaya dan pengolahan lateks tanaman karet ini dapat digunakan untuk menetapkan Carbon Footprint (CF) proses budidaya tanaman karet. CF yang merupakan indikator dari emisi gas rumah kaca dapat digunakan secara komprehensif untuk mengukur total emisi gas rumah kaca dari keseluruhan siklus suatu proses produksi (Finkbeiner, 2009; Dong et al., 2013). Hasil analisa CF dapat diaplikasikan dalam level yang berbeda dalam rantai supply (Huang et al., 2009; Dong et al., 2013). Pada level produk, hasil analisa CF dapat membantu konsumen membangun kepedulian untuk mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan. Pada level korporasi, hasil analisa CF dapat mendorong suatu perusahaan untuk meningkatkan citra produknya dengan mengadopsi strategi yang dapat mengurangi emisi karbon. Pada level nasional, Analisa CF dapat memfasilitasi partisipasi yang tepat dalam negosiasi internasional dalam hubungannya dengan iklim (Peters, 2010; Dong et al., 2013). 
Kegiatan    Akumulasi Serapan CO2    Akumulasi Emisi CO2
Produksi bahan tanam    0.363 kg CO2-e/tree    1.83 kg CO2-e/tree
Persiapan lahan         28.54 kg CO2-e/tree
Penanaman karet         0.00774 kg CO2-e/tree
Pemeliharaan tanaman karet         71.16 kg CO2-e/tree
Akumulasi serapan karbon pada kayu karet (umur 25 tahun)    2,278.17 kg CO2-e/tree     
Total    2,278.53 kg CO2-e/tree    101.54 kg CO2-e/tree
Sumber : Pusat OenelitianSembawa 2023

Oleh karena itu, hal-hal yang perlu dilakukan guna menginformasikan perdagangan karbon ke masyarakat teruama petani, antara lain : Pelatihan tim Puslit Karet mengenai mekanisme Carbon Trading; Sosialisasi ke petani dan I,entifikasi  perkebunan karet rakyat yang berpotensi untuk mengikuti Carbon Trading, Seleksi calon petani dan calon lahan, Pelatihan ke petani mengenai skema Carbon Trading di perkebunan karet, Registrasi  (Sistem Regristrasi Nasional/SRN) serta pendampingan dan monitoring.

Elis Yuningsih (Pengawas Mutu Hasil Pertamian Ahli Muda)