Penyuluh dan Petani Millenial Buktikan Pertanian Ramah Lingkungan Mampu Tingkatkan Produktivitas

udin abay | Jum'at, 01 Maret 2024 , 19:50:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus menerus melakukan terobosan-terobosan melalui program-program andalannya. Salah satunya dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan seperti yang dilakukan para petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Kabupaten Kediri merupakan salah satu wilayah penghasil beras terbesar di Jawa Timur.  Bagaimana tidak, tanah yang subur membuat hasil produk pertanian Kabupaten Kediri tak hanya untuk mencukupi kebutuhan lokal. Melainkan juga jadi penopang lumbung pangan Jawa Timur (Jatim) hingga nasional.

Salah satu produsen beras di kediri adalah Kelompok Tani "Tani Makmur Tosaren". Dengan mengembangkan varietas Sertani 13A dengan umur tanaman sekitar 100 hari, hasil ubinan Kelompok Tani Makmur Tosaren mampu mencapai 4,94 kg setara 7,9 ton per hektar. Dari hasil ubinan tersebut berarti produktivitas padi di Kediri tersebut masuk dalam kategori bagus.

Menurut Ketua Kelompok Tani Makmur Tosaren dan juga merupakan Ketua KTNA Kabupaten Kediri, Yohan Pramuda Arifianto yang juga Ketua KTNA Kabupaten Kediri saat ditemui di lokasi panen, Kamis (28/022024) menjelaskan bahwa hasil panen yang didapat dapat ditingkatkan lagi.

Saat ini kami mengejar potensi beras sehat, bukan kuantitasnya,” ujarnya.

Ketika ditanyakan terkait penggunaan pupuk, Agus Fatoni selaku penyuluh yang mendampingi Yohan mengatakan bahwa rata-rata petani di Kediri telah memanfaatkan  pupuk kalium humat serta pupuk organik. 

“Kami berupaya untuk menjaga kualitas tanah dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti pupuk", jelas Fatoni begitu biasanya disapa.

 Selain memproduksi panen kita juga terus berupaya memperbaiki tanah. Karena makanan yang sehat berasal dari budidaya yang sehat. Ini sebagai upaya mendukung pola hidup sehat bagi kita dan generasi selanjutya.

 Untuk itu saya memberi keyakinan kepada petani bahwa membudidayakan tanaman yang ramah lingkungan tanpa bahan kimia bisa diterapkan dan hasilnya sangat memuaskan, seperti diterapkan Yohan, jelas Fatoni lagi.

 Rata-rata pH tanah mengalami kenaikan dari sebelumnya. Jika semula pH 4 – 5, kini menjadi pH 5,5 – 6, kandungan bahan organik didalam tanah juga meningkat, penggunaan pupuk dan pestisida kimia sangat minim, serta hasil panen rata-rata menunjukkan peningkatan antara 10-20 persen.

Tak hanya pupuk, Yohan juga menggunakan asap cair serta bahan formulasi dari limbah rumah tangga. Bahan-bahan tersebut  menjadi andalannya untuk meningkatkan hasil produksi dan penanganan hama penyakit.

Yohan beserta anggota kelompoknya  memanfaatkan penggunaan mekanisasi pertanian, seperti rice transplanter di awal tanam dan combine harvester di waktu panen. Dengan demikian, sangat mempengaruhi efisiensi biaya dan efektivitas waktu serta tenaga kerja yang digunakan. Karena dengan memanfaatkan alat dan mekanisasi pertanian, bibit dan pupuk dengan kualitas baik maka akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi kita, urai Fatoni

Terakhir, Fatoni mengajak para petani untuk menghasilkan beras terbaik agar kualitas pangan yang tersaji di meja makan pun terjaga. AF/NF