Antusiasme Petani Banjar, Dukung UPSUS Antisipasi Darurat Pangan Nasional

udin abay | Senin, 10 Juni 2024 , 20:38:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan Program Upaya Khusus (UPSUS) Antisipasi Darurat Pangan Nasional. Salah satunya melalui peningkatan produktivitas padi di lahan rawa melalui Perluasan Areal Tanam (PAT) dengan kegiatan pompanisasi dan tumpang sisip (tusip) padi gogo lahan perkebunan. 

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa pengembangan lahan rawa merupakan komitmennya untuk mempercepat kebutuhan masa tanam dalam waktu dekat ini. Pengembangan lahan rawa ini dikelola melalui Optimasi Lahan (Oplah) yang diharapkan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) IP dan produktivitas.

“Tolong bantu percepat tanam percepat produksi sehingga kita tidak perlu impor", ucapnya. 

Kami akan bentuk brigade, ada combine harvester, excavator, traktor dan lain-lain.  Saya mau pemuda-pemuda yang mengelola, nanti bagi hasil sehingga pemuda untung, petanipun untung.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi terus mendorong realisasi kegiatan UPSUS di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) qgar dapat membantu meningkatkan produktivitas padi dalam antisipasi darurat pangan nasional.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap kita harus mampu memproduksi pangan kita sendiri", tegasnya. 

Kabupaten Banjar sebagai salah satu kabupaten lokasi Program Perluasan Areal Tanam (PAT) mempunyai target untuk kegiatan pompanisasi seluas 4.000 Ha dan tusip padi gogo perkebunan seluas 305 Ha. 

Pada saat melakukan kunjungan kerja ke lokasi pompanisasi di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Standarisasi Program Strategis Kementan, Abd. Haris Bahrun mengatakan bahwa lahan sawah yang ada sebagian besar adalah sawah lebak dengan tingkat produktivitas 7,9 ton/Ha untuk varietas unggul dan 5,1 ton/Ha untuk varietas lokal.  

Dari target tanam 3.569 Ha saat ini baru mencapai 1.951 Ha.  Akan tetapi seluas 572 Ha lahan yang sudah tertanam terdampak banjir. Hal ini dikarenakan air yang masuk ke lahan sulit untuk dikeluarkan sehingga diperlukan normalisasi saluran irigasi. Selain permasalahan banjir, petani juga kekurangan ketersediaan benih dan bahan bakar solar untuk alsintan, ungkapnya.

Abd. Haris menyarankan agar Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Banjar melakukan koordinasi dengan Dinas PUPR terkait normalisasi saluran irigasi terutama untuk ketersediaan pintu-pintu air dan untuk ketersediaan benih akan dikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk ketersediaan bahan bakar solar, Babinsa agar dapat membantu petani dalam mendapatkan solar bersubsidi. 

"Keberhasilan program ini akan berhasil jika  mendapatkan dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, penyuluh pertanian dan petani.
Ketersediaan pangan adalah tanggung jawab bersama", tegasnya.

Saat ini Kementan melalui ABT telah menyiapkan anggaran sebesar 5,8 T yang akan dihibahkan kepada petani untuk peningkatan produktivitas. Dan saat ini Kementan telah menyiapkan 100.000 pompa, apabila Kabupaten Banjar masih tersedia lahan yang mempunyai sumber air permukaan segera untuk diusulkan kembali untuk program ini, ungkap Abd. Haris.

Abd. Haris berharap melalui kegiatan pompanisasi ini, petani mampu meningkatkan IP sehingga kita mampu mencukupi kebutuhan pangan yang dicirikan dengan ketersediaan beras yang cukup dan kalo perlu surplus. Guna memenuhi kebutuhan beras ini, diperlukan minimal 1 juta luas tanam agar kita tidak perlu melakukan impor beras. Apalagi dalam kondisi darurat pangan saat ini, negara-negara impor beras seperti Vietnam dan China sedang mengalami El Nino sehingga hasil pertaniannya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak dijual keluar. 

"Ketercukupan pangan nasional dapat terpenuhi apabila kita harus mampu memenuhi ketersediaan pangan kita sendiri melalui peningkatan produksi padi nasional", tutupnya. ML/NF