Bioindustri di Minahasa Jadi Solusi Kegiatan Usahatani Pateni

udin abay | Kamis, 20 Desember 2018 , 10:02:00 WIB

Swadayaonline.com - Kabupaten Minahasa tepatnya di desa Kembuan Kecamatan Tondano Utara, mengembangkan program Bioindustri integrasi tanaman jagung dan ternak sapi. Tim kerja memperkenalkan teknologi kandang sapi dan pengolahan limbah ternak untuk tanaman.

Menurut Kepala BPTP Balitbangtan Sulawesi Utara Dr. Ir. Yusuf,MP. Dalam satu kesempatan saat diskusi di Minahasa menjelaskan bahwa, kegiatan ini adalah program yang diusung oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), dan diimplementasikan oleh BPTP di 33 provinsi di Indonesia.

Masih menurut Yusuf, dari kegiatan bioindustri ini, diharapkan kegiatan usahatani petani terbantukan dengan pola ini. Karena dengan kegiatan ini usahatani petani dengan ternak, tidak akan ada yang terbuang. Karena, output dari satu subsistem akan menjadi Input dari subsistem lain.

Lebih lanjut beliau menguraikan, dari hasil yang dilakukan tim kerja kegiatan ini dapat dilihat, rancangan kandang pemeliharaan ternak dan pengolahan limbah secara simultan. Sudah menghasilkan pupuk padat dan cair dan sudah diimplementasikan petani dalam usahatani Jagung.

Yusuf berharap agar tim kerja dalam kegiatan ini harus optimal mendampingi petani. Sehingga tujuan kita untuk menjadi solusi bagi permasalahan petani terutama dalam kelangkaan pupuk dalam usahatani dapat diatasi dengan mengajak petani menggunakan olahan pupuk dari kegiatan bioindustri ini. Dengan demikian kita mengambil peran dalam kemandirian ekonomi petani, tutup Yusuf

Ditempat yang lain, peneliti peternak Ir. Derek J. Polakitan, MSi. ketika dikonfirmasi menjelaskan, bahwa penanganan limbah dalam kandang denga n tepat dan benar, maka kotoran (feses) cair dan padat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Permasalahan bau tidak enak dalam kandang dapat diatasi serta petani ada sumber pendapatan baru dari feses itu. Lebih lanjut Polakitan menjelaskan, bahwa dalam pendampingan sebagai Peneliti Peternakan, petani terus diajarkan konsisten mengolah feses padat dan cair dari sapi. Agar dengan terus diulang dan diulang keterampilan petani terus dibangun.

Saat ini menurut Polakitan, petani sudah menghasilkan pupuk cair dan padat dan sudah melakukan pengemasan dan siap di pasarkan. Hasil dari kotoran ternak ini setelah diolah sudah digunakan petani dalam kegiatan usahatani.

Biaya usahatani dari unsur pupuk sudah dapat ditekan. Petani semakin terampil dalam mengolah limbah ternak ini, dan sumber pendapatan baru tercipta pada petani. Masih menurut Derek, bahwa hasil dari olahan feses di kegiatan bioindustri di kembuan Tondano, sudah digunakan kelompok tani di Minahasa Utara untuk tanaman padi, Jagung dan Bawang Merah. Dan hasil dari produk tanaman yang beberapa waktu lalu dipanen Gubernur Sulawesi Utara, dengan menggunakan pupuk hasil olahan dari bioindustri di Minahasa, tutup Polakitan.

Kegiatan pendampingan pada kegiatan bioindustri, yang dilakukan Peneliti Peternakan saat melakukan pengolahan pupuk, juga dihadiri oleh tim embrio ternak cipelang Bogor, yang melakukan supervisi hasil IB para inseminator Minahasa di kelompok Makaaruyen. Karena kelompok makaaruyen sebagai pelaksana bioindustri dan juga ternak mereka masuk pada kegiatan Siwab. SY/HMSL