Jaga Supply Demand, Tiga Negara Produsen Karet Sepakat Tekan Impor

udin abay | Sabtu, 09 Maret 2019 , 20:43:00 WIB

Swadayaonline.com - International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang beranggotakan tiga negara produsen karet alam dunia, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia bertujuan tercapainya harga karet alam yang remuneratif bagi produsen dan menjaga keseimbangan supply-demand karet alam.

"Kesepakatan ITRC untuk jangka pendek yaitu mengurangi ekspor karet, sebanyak 240 ribu ton untuk tidak di ekspor. Komposisinya negara Thailand 124.000 ton, Indonesia 98.000, dan Malaysia 18.000 ton. Prinsipnya bulan April 2019 kesepakatan tersebut akan dilaksanakan", ujar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono pada acara silaturahim dan dialog Presiden Joko Widodo dengan petani karet di Balai Penelitian Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan.

Hadir pada acara tersebut Menteri Perekonomian, Menteri Perhubungan, Menteri PUPR, Teten Maduki, Pramono Anum, Gubernur Sumsel, Bupati Banyuasin, Asosiasi Benih Perkebunan, dan lainnya. (9/3/2019)

Untuk meningkatkan konsumsi, menurut Kasdi, Kementerian PUPR akan bersinergi dengan untuk melakukan pembelian karet petani untuk digunakan sebagai campuran pembuatan aspal dan dunia usaha juga akan menggunakan karet untuk pembuatan sarung tangan atau sepatu, atau bantalan kereta, sehingga harga karet akan naik dan petani lebih sejahtera.

"Dari wacana ITRC tersebut, hasilnya harga karet 2 minggu ini naik. Selain itu penggunaan karet untuk campuran pembuatan aspal sudah dilakukan di tiga provinsi. Kalau seluruh provinsi dan kabupaten semuanya menggunakan karet untuk campuran aspal, maka serapan karet akan lebih banyak lagi", tegas Kasdi.

Wacana jangka panjang, negara ITRC bersepakat akan melakukan replanting kebun karet. Untuk negara Thailand akan mereplanting 65.000 heltar pertahun, Malaysia 25.000 hektar pertahun, dan Indonesia mempunyai potenai replanting secara keseluruhan 700,000 hektar dengan usia pohon 20-25 tahun.

Dari replanting tersebut, Kasdi megatakan petani karet akan dikerjasamakan dengan industri pengolah kayu untuk penjualan kayu hasil replanting. Dirinya juga menambahkan, dalam replanting tersebut tidak dilakukan 100 persen ditanami karet, tetapi 60 persen ditanami karet dan sisa ditanami tanaman lain seperti kopi atau sayuran bahkan palawija untuk menambah pendapatan petani sambil menunghu masa panen kebun karetnya.

Kasdi mengatakan, perlunya diversifikasi atau olahan karet perlu digalakkan saat ini, agar pihak swasta bisa mengambil karet dari petani. "Disini peran pengolahan dan pemasaran adalah kuncinya. Sedangkan replanting yang akan dilakukan pemerintah melalui dana APBN tahun ini 50.000 hektar. Namun tetap perlu dibangun logistiknya dalam bentuk cluster berbasis benih karet", tambahnya. SY