Gelar Konsolidasi, Kementan Terima Kritik dan Saran Mahasiswa Pertanian Se-Indonesia

udin abay | Rabu, 09 Oktober 2019 , 18:27:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar konsolidasi dengan para mahasiswa yang bergabung dalam Badang Eksekutif Mahasiswa (BEM) di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk mengakselerasi program-progam di Kementan. Birawana Wita Wicaksana, Mahasiswa IPB mengatakan, kritik dan saran terhadap program dan kinerja kementan meripakan dari hasil survei dan data dari Ekspedisi Petani Nusantara, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman IPB di 18 provinsi swlueuh wilayah Indonesia, serta data dari Konsolidasi Mahasiswa Pertanian Nusantara dari masing-masing daerah.

"Dari hasil survei dan data, terdapat 35% program dan kegiatan yang sesuai dengan keinginan petani seperti pertanian organik dan alsintan yang banyak memberikan respon. Konsolidasi ini merupakan lanjutan dari konsolidasi tahun sebelumnya berkat kerjasama BEM IPB dan Himpunan Alumni IPB yang menjembatani dengan Kementan. Niat kami membawa keresahan dan evaluasi petani disetiap daerah untuk disampaikan secara langdsung ke Kementan", ujarnya.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti mengatakan, lima atau 10 tahun ke depan, para mahasiswa akan menjadi penerima tongkat estafet dari para pelaku kepentingan di kementan untuk melanjutkan membangunan pertanian berikutnya. "Jika nanti ada support mahasiswa di Kalimantan Selatan misalnya mereka ingin terlibat dalam Program Serasi, kami libatkan mereka," ujarnya pada acara Konsolidasi yang bertajuk "Kedaulatan Pangan untuk Indonesia yang Berdaulat" di Jakarta, Rabu (9/10).

Kementan, kata Idha, selalu mendukung mahasiswa untuk terlibat dan mengawasi program-program prioritas pemerintah. Bahkan Kementan sangat berharap mahasiswa bisa terlibat secara kongkrit. "Kami sangat ingin nanti mahasiswa terlibat dalam program Upus Pajale, yang merupakan program prioritas Kementan. Bukan hanya itu, tapi juga program lainnya, seperti Upsus Siwab, Serasi, Bekerja dan Petani Milenial," katanya.

"Jadi kami ingin mengajak mahasiswa melihat kegiatan-kegiatan pertanian yang ada saat ini dan tentu saja bagaimana menyikapinya serta melihat selam lima tahun ini keberhasilnya. Dan sebagai pemegang estafet melanjutkan ke depan. Soal kritikan dari mahasiswa, Kementan sangat terbuka. Meksi program-program Kementan sudah menunjukkan produktivitas yang baik, tidak bisa memungkiri masih ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah", tambahnya.

"Kami sikapi dengan baik, misalnya alih fungsi lahan, traktor atau alsintan yang tidak tepat guna seperti yang disampaikan para mahasiwa tadi," ujar Idha. Namun begitu, dirinya menekankan agar mahasiswa juga memahami struktur pemerintahan agar tidak bercampur baur. Misalnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatur terkait pasar dan harga dan pemerintah daerah terkait alokasi alsitan, distribusi pupuk dan benih.

"Jadi kadang-kadang permasalahnya bukan hanya di kementan saja, terkait dengan distribusi pupuk, seperti yang disampaikan tadi semakin kurang kuantitasnya. Semakin berkurang ini karena memang pupuk ini diajukan melalui RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)," ujar Idha. DY/ESAPT