Dirjen PKH: Impor Daging dari India Aman

udin abay | Kamis, 07 Desember 2017 , 16:21:00 WIB

Swadayaonlinr.com - Untuk mendukung terwujudnya swasembada protein hewani asal ternak, pemerintah mendorong para pelaku usaha dan generasi muda milenia untuk ikut mensukseskannya. Direktur Jenderal Perternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita pada acara Seminar Outlook Industri Peternakan 2018 yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) di Ice BSD, Serpong, Tangerang, mengatakan permasalahan terkait unggas dan sapi sebenarnya tidak hanya cukup di komentari tapi dikerjakan bersama. “Ketika tidak bersinergi, maka kita tidak akan selesa-selesai,” tambahnya. (7/12/2017)

“Kritik itu bagus, agar saya bisa berhati-hati dalam mengambil keputusan.agar kedepannya peternakan dan kesehatan Indonesia berjaya. Ukuran keberhasilan program yang pemerintah lakukan adalah berapa peningkatan populasi  ternak yang bisa dihasilkan, apakah sudah mampu menekan impor daging dan unggas, ruminansia dan produknya?. Bahwa populasi ternak di Indonesia saat ini nyata peningkatannya. Di Bantul, yang kita targetkan 18.000 ekor bunting, tapi kenyataannya malah 24 ribu yang bunting. Ini artinya petani kita dan Bupati, bergairah untuk meningkatkan populasi bahkan juga daerah lainnya,” Ujar Dirjen PKH.

I Ketut Diarminta mengungkapkan, seandainya tidak ada UPSUS Siwab yang gratis ini, belum tentu ada peningkatan populasi sapi. Dirinya juga mengatakan terkait impor daging kerbau yang masih menjadi polemik dilapangan karena impor dari negara yang belum bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).  Dalam mengambil keputusan impor, regulasi teknisnya sudah jelas. Impor dagimg apapun harus aman dari penyakit. “Menurut analisa ahli bahwa ketika impor daging, sepanjang tanpa tulang, dipotong tidak menggunakna gergajji, dibekukan dibawah PH 6, diangkut -18 derajat, itu aman. Karena itu penelitian badan kesehatan dunia, dan komentar ahli,” ucapnya. 

“Tapi saya tidak mau impor sapi hidup dari negara yang masih belum bebas PMK, karena virus PMK sewaktu-waktu bisa muncul melalui bolok (tenggorokan) sapi. Sebenarnya penyakit PMK bisa dikendalikan, karena sistem pengendalian penyakit saat ini teknolognya sudah semakin maju dan berubah dengan cepat. Apakah negara yang tertular itu, sapinya habis gara-gara penyakit PMK?. Buktinya tidak habis. Di Brazil populasinya 128 juta, di India sapinya juga tidak habis. Berarti PMK bisa dikendalikan. Apakah Indonesia yang tidak ada PMK populasi sapinya berkembang dengan cepat?.masih kita berfikir secara positif dan jernih. SY