Kementan Kenalkan Kedelai Dega ke Petani Muda Gunungkidul

udin abay | Jum'at, 22 November 2019 , 19:08:00 WIB

Swadayaonline.com - Seakan ingin mengulang sejarah kejayaan leluhurnya, wajah peserta Bimbingan Teknis Petani Milenial menuju Agroindustri Kedelai di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta terlihat sangat bersemangat mendengar pemaparan dari para narasumber saat bimbingan teknis agroindustri kedelai, Jumat (22/11). 

Salah satu bisnis yang sangat potensial untuk dilakukan oleh petani di Gunung Kidul yaitu bisnis pengadaan benih kedelai. Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr. Haris Syahbuddin mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung upaya petani Gunung Kidul untuk kembali menjadi sentra benih kedelai nasional, “kami siap memberikan beberapa rekomendasi varietas benih yang berproduktivitas tinggi, namun dapat juga diserap oleh kalangan industri atau dikenal dengan istilah double track kedelai.” tegasnya. 

Tidak hanya memberikan pelatihan, Puslitbangtan juga memberikan bantuan benih kedelai Dega sebanyak 4 ton kepada petani kedelai di Gunungkidul. Dega adalah singkatan dari kedelai genjah. Varietas ini memiliki keunggulan siap dipanen saat 75 hari setelah tanam, dimana biasanya butuh waktu hingga 90 hari.

Sementara, menjawab kendala yang dihadapi petani kedelai di Gunungkidul, Staf Ahli Menteri Ir. Banun Harpini, M.Si, mengabarkan bahwa Kementan saat ini sedang berusaha untuk menaikan harga pokok pembelian kedelai dengan mengubah aturan harga kepada Kementerian Keuangan. “Selama manusia membutuhkan makan, profesi petani adalah profesi paling mulia di dunia” ujar Banun. Melihat nilai impor kedelai Indonesia sebesar 40 triliun, peluang pengembangan bisnis kedelai di Indonesia masih sangat terbuka lebar.

Sebelumnya, Kepala BPTP D.I. Yogyakarta dan Kabid Dispertan Gunung Kidul mengingatkan para peserta, bagaimana hebatnya Kabupaten Gunung Kidul dahulu kala, ketika menjadi sentra produksi kedelai di Indonesia dengan luas lahan tanam mencapai 22.000 ha dan kini hanya tersisa 6.000 ha. “Penyumbang terbesar alih komoditas dari kedelai menjadi jagung dan kacang tanah, seringkali dikarenakan harga jual kedelai terlalu rendah” ujar Kabid Dispertan Kabupaten Gunung Kidul. SY/HMSL