Ikuti Sekolah Lapang, Petani Walennae Kabupaten Wajo Kini Lebih Sejahtera

udin abay | Sabtu, 11 Januari 2020 , 08:19:00 WIB

Swadayaonline.com - Kegiatan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) yang dilakukan Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) telah dilaksanakan di 16 Provinsi dan 74 kabupaten dengan luas total area pertanian 875.249 ha atau meliputi 778 daerah irigasi dan jaringan irigasi yang direhabilitasi seluas 330.037 hektar.

Program IPDMIP telah berhasil meyakinkan petani dalam hal penerapan teknologi yang direkomendasikan, seperti misalnya teknik bertanam dengan metode jajar legowo yang disempurnakan dengan penggunaan benih berkualitas, pestisida hayati, penerapan teknik pemupukan ramah lingkungan, pemupukan berimbang, serta teknik irigasi berselang dan perataan lahan. Teknologi yang diterapkan tersebut telah disaksikan terbukti dalam meningkatkan produktivitas usahatani padi.

Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Andi Ira Setiawati mengatakan petani telah menerima manfaat dari kegitan IPDMIP. Menurutnya, memasuki tahun 2019, telah dilakukan kegiatan sekolah lapang sebanyak 38 kelas di 2 musim tanam, sharing antar petani, pengadaan buku petani, serta baju peserta. Sebagai wujud keseriusan petani dalam menjalankan program IPDMIP, pemerintah Kabupaten Wajo telah memberikan penghargaan bagi petani dan penyuluh yang berprestasi. 

"Melalui program ini, para penyuluh bisa meningkatkan kapasitasnya baik sebagai narasumber saat memberikan pelatihan maupun dalam melakukan pendampingan dilapangan. Program ini sesungguhnya sesuai dengan misi Bupati yaitu menciptakan kewirausahaa dan menciptakan petani milenial, mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan peningkatan tersebut, kini petani bangga dengan profesinya", ujar Andi Ira Setiawati.

Rosdiana (47) tahun, petani asal Kelurahan Wallennae, Kabupaten Wajo mengatakan, dahulu produksi padinya hanya 4 ton/hektar, namun setelah mengikuti sekolah lapang dan mendapatlan pengetahuan mengenai cara olah tanam, budidaya sampai pascapanen dari program IPDMIP, produksinya meningkat menjadi 7 ton/hektar. Petani milenial, Karnaini (27) mengungkapkan, banyak pengetahuan yang cara bertani dan budidaya yang baik melalui program IPDMIP seperti cara pemupukan yang berimbang, cara membuat pupuk, cara mengendalikan hama tikus, cara memilih benih yang bagus, sehingga kini produksinya kini meningkat. Sementara itu petani muda, Luki (29) mengatakan berkat benih padi bersertifikat yang diberikan, produksinya meningkat tajam bahkan penghasilan keluarganya juga ikut bertambah 40 sampai 50 persen. "Setelah mengikuti anjuran cara tanam yang baik melalui sekolah lapang dan penyuluhan, produksinya kini menjadi 80 karung dalam 6 are, yang awalnya hanya mendapatkan 20 karung", ujarnya.

Salahsatu Staf Sekolah Lapang (SL) IPDMIP daerah irigasi Lompotowesse, Kelurahan Wallanae, Andi Luthfiah mengatakan bahwa petani sawah/padi ini baru mulai sekitar 3 tahun setelah dilakukan cetak sawah pada tahun 2016. Dirinya mengaku senang memberikan pengalaman dan pengetahuan cara bertani yang baik melalui sekolah lapang yang dilakukannya. "Tantangan terbesar adalah bagaimana merubah pola pikir petani agar bisa menerapkan pertanian yang baik dan benar melalui inovasi teknologi. Namun saya senang, karena apa yang diajarkan dapat diterapkan oleh petani, sehingga produksinya kini meningkat. Bahkan petani yang dahulunya membeli beras di pasar karena produksinya rendah, kini mereka sudah mampu memenuhi kebutuhan beras dari produksinya sendiri bahkan berlebihan bahkan bisa menjualnya. Koni mereka sudah banyak yang bisa menabung dan membeli motor serta menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi", ujarnya. SY