Kementan Targetkan Percepatan Penyebaran Padi Biofortifikasi Tahun 2020 Lebih dari 10.000

udin abay | Jum'at, 31 Januari 2020 , 19:50:00 WIB

Swadayaonline.com - Sebagai upaya menurunkan angka prevalensi kekurangan gizi dan meningkatkan penyediaan sumber mineral penting khususnya zinc (Zn) pada beras, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, telah menghasilkan varietas unggul baru (VUB) padi Inpari IR Nutri Zinc. 

Inovasi ini merupakan terobosan Badan Litbang Pertanian dalam penanggulangan kekurangan zinc yang mengakibatkan kekerdilan (stunting) melalui program biofortifikasi, yaitu perakitan varietas yang memiliki kandungan zinc tinggi.

Tidak dipungkiri bahwa berbagai terobosan dalam penanggulangan kekurangan gizi pada beras telah dilakukan baik dengan cara suplementasi maupun fortifikasi. Namun pendekatan pemuliaan atau biofortifikasi ini dinilai lebih mudah, ekonomis, dan berkelanjutan untuk mengatasi kekurangan zinc.

Yudhistira Nugraha selaku Kepala Bidang Program dan Evaluasi dalam sambutan pembukaannya mewakili Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mengatakan bahwa penyebaran benih Inpari IR Nutri Zinc telah dilakukan satu tahun terakhir. Beliau menegaskan bahwa biofortifikasi masuk dalam program prioritas yang ditetapkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasionan (Bappenas) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) RPJMN 2020-2024.

“Upaya percepatan penyebaran telah dilakukan sejak pelepasan varietas Inpari IR Nutri Zinc pada tahun 2019 hingga saat ini. Pada tahun 2020, biofortifikasi masuk di dalam program prioritas RPJMN 2020-2024 yang ditetapkan Bappenas”, kata Yudistira saat sambutan pembukaan Workshop Pengembangan Varietas Biofortifikasi Padi Inpari IR Nutri Zinc di Auditorium Sadikin Somaatmadja, BB Padi, Sukamandi, Subang, Kamis (30/1/2020).

Noor Avianto, Kepala Subdit Peternakan Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, yang hadir sebagai nara sumber pada acara workshop tersebut mengatakan, pihaknya mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) menerapkan biofortifikasi  di sektor pertanian atau pangan untuk mengatasi stunting dan sejalan dengan program yang ditetapkan Bappenas. Hal tersebut disampaikan oleh Noor menyampaikan keterangan hal ini dihadapan Direktur Serealia Dirjen Tanaman Pangan, Perwakilan PT Sang Hyang Sri, Perwakilan Pertani, peneliti, dan perwakilan dari dinas 9 provinsi serta BPTP serta 30 peserta yang hadir.

Noor menegaskan bahwa Bappenas telah menetapkan tujuh prioritas nasional agenda pembangunan dan salah satu butirnya adalah memperkuat ketahanan ekonomi. Pada butir tersebut ada delapan prioritas yang perlu ditekankan di dalam penguatan ekonomi, yaitu: 1. penguatan energi khususnya energi terbarukan, 2. peningkatan kualitas ddan ketahanan air, 3. peningkatan ketersediaan akses dan kualitas konsumsi. Program biofortifikasi masuk dalam prioritas yang ketiga. 

Sementara itu Direktur Serealia Bambang Sugiharto dalam paparannya menyampaikan beberapa hal terkait target penyebaran benih Inpari IR Nutri Zinc yaitu: target ekspor beras unggulan, pelaksanaan program di wilayah stunting, dan rencana alokasi bantuan.

“Kami targetkan penyebaran Inpari IR Nutri Zinc melebihi dari RPJMN yaitu 200 ribu hektar (ha) ditahun 2024, dan pada tahun 2024  tanaman padi lebih dari 20% menggunakan varietas Inpari IR Nutri Zinc. Selama ini Ditjen Tanaman Pangan memiliki program bantuan benih totalnya hanya 2,6 juta ha, dari 2,6 juta ha itu, biofortifikasi hanya 10 ribu hektar sedangkan yang lainnya padi biasa. Kedepan kami akan coba geser lebih banyak lagi, kalau tahun ini respon masyarakat bagus kami bisa merubah dari 10 ribu ha menjadi 50 ribu ha. Kita evaluasi bersama dalam 4 bulan ini kalau respon masyarakat, respon dinas bagus kami tinggal merubah masuk biofortifikasi”, janji Direktur Serealia.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa Ia akan fokus pada program biofortifikasi ini, tujuannya agar Indonesia bisa ekspor beras dan tidak kalah dengan beras negara lain.  
“Beras kualitas bagus kita ekspor dan berani bersaing dengan beras Thailand. Kita harus punya sesuatu keunggulan, beras biofortifikasi bisa kita dorong program unggulan beras Indonesia”, jelasnya. 

Bambang ingin segera memperluas kegiatan terpadu dengan pihak-pihak terkait, khususnya pelaksanaan program-program di wilayah stunting. Harapannya kegiatan terpadu ini bisa langsung menjadi skala nasional. Ia mengajak segera mulai bekerja agar ketersediaan benihnya bisa segera disiapkan, dan produksi bersama stakeholder yang lain. 

Sementara itu, peneliti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Untung Susanto selaku narasumber pada workshop tersebut memaparkan varietas Inpari IR Nutri Zinc dengan  keunggulan-keunggulanya, antara lain rata-rata kandungan Zn 29,54 ppm (sekitar 23% lebih tinggi daripada Ciherang), potensi kandungan Zn 34,51 ppm, rata rata hasil: 6,21 t/ha  (setara Ciherang), potensi hasil: 9,98 t/ha, umur 115 hari setelah semai, tekstur nasi pulen, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan hawar daun bakteri strain III, agak tahan tungro isolat Garut dan Purwakarta, serta tahan blas strain 033, 073, dan 133.  Dengan keunggulan tersebut, diharapkan varietas ini memiliki daya adaptasi luas dan dapat diterima oleh konsumen padi di Indonesia.

Menurut Untung Susanto, produksi Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok tengah diinisiasi oleh BB Padi agar benih Inpari IR Nutri Zinc telah tersedia bagi petani di berbagai daerah dengan jumlah yang cukup.  

Diharapkan varietas ini dapat tersebar ke seluruh Indonesia karena kejadian stunting dan kekurangan asupan Zinc terjadi merata di semua pulau di Indonesia.  Produksi benih sumber terus dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut.  Diharapkan pada waktu yang akan datang varietas yang dilepas tetap dilengkapi dengan karakter tinggi nutrisi dan dapat tersebar di seluruh areal padi di Indonesia, sehingga memberikan dampak nyata bagi peningkatan kualitas kesehatan penduduk Indonesia di masa depan. SY/HMSL