Padi Lahan Rawa Terbukti Hasilkan Lebih dari 10 Ton/Hektar

udin abay | Jum'at, 07 Februari 2020 , 13:43:00 WIB

Swadayaonline.com - Dari pagi yang cerah hingga siang yang terik terlihat banyak kapal yang keluar masuk sungai dari arah Kecamatan Muara Telang ke Palembang membawa panenan padi yang saat ini mulai memasuki panen raya. Tampak senyum cerah para petani yang tengah menyaksikan tanaman padinya dipotong oleh combine harvester. Akhirnya setelah melewati kendala ketersediaan air yang berubah kualitasnya saat kemarau lalu, musim hujan yang mundur dari pola hujan tahunan, ternyata tanaman dapat bertahan dan memberikan harapan baru bagi petani di kecamatan setempat. 

Ya hari itu (Rabu, 5/2) di kawasan Program SERASI Kementerian Pertanian di Lahan Rawa juga memasuki panen raya di Desa Telang Rejo, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Inovasi pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah diadopsi oleh petani setempat yakni dengan budidaya legowo/tabela menggunakan alsintan, menanam padi varietas unggul baru (VUB)  Inpari 32, pengelolaan hara yang lebih berimbang, menanam dan memanen dengan alsintan, menata kelola air menggunakan pompa-pompa dengan kapasitas besar untuk mengatur air keluar dan masuk. 

Hasil wawancara dengan petani Rasiman yang merupakan petani yang ikut dalam program SERASI, menginformasikan bahwa produksi padi pada lahannya mencapai 8,6 t GKP/ha yang sebelumnya memperoleh hasil dibawah 6,5 t/ha. Petani lain memperoleh produksi  terendah 6,5-7 t GKP/ha karena faktor ketelatenan petani dalam mengelola lahannya. Semangat bertani mereka saat ini meningkat sehingga direncanakan 2 minggu kemudian lahan akan diolah menggunakan traktor pada musim tanam MK I (walik jerami) untuk memenuhi target IP-200. 

Di dalam area demfarm dilakukan percobaan Superimphose untuk perbaikan paket teknologi demfarm musim tanam selanjutnya yang dilaksanakan oleh Balitbangtan (Balittanah – BPTP Sumatera Selatan) dengan menerapkan teknologi pengelolaan kesuburan tanah lahan rawa meliputi teknologi ameliorasi khususnya dalam memperbaiki kemasaman tanah dan penanggulangan unsur-unsur yang bersifat racun serta teknologi pemupukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. 

Inovasi paket budidaya yang diterapkan yaitu penggunaan NPK berimbang, fosfat alam, pupuk hayati sebagai seed treatment, serta amelioran berkualitas seperti Nitromag (Dolomit + Zeolit + Nitrogen), dan campuran abu sekam + pupuk kandang. Sebagai indikator digunakan padi VUB Inpari 22  dan diperoleh hasil ubinan pada kisaran sebesar 10 – 12,5 t GKP.  Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan padi menjadi lebih sehat dan semua bulir padi terisi dengan sempurna. Petani kooperator Maryono, menyatakan sangat senang dengan naiknya produksi panen di lahannya ini. 

Tim peneliti yang mengawal kegiatan demfarm diantaranya adalah Dr. I Gusti Made Subiksa dan Dr. I Wayan Suastika turut merasakan kegembiraan yang dirasakan oleh petani. Petani di desa ini sangat kompak dan mudah tertarik pada inovasi tekonologi pertanian, ungkap Subiksa. Kelelahanpun tidak terasa bila dapat mengawal para petani untuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi lagi dan berkelanjutan.

Pada kesempatan bertemu dengan beberapa petani yang sedang panen, Kepala Balai Penelitian Tanah, Dr. Ladiyani Retno Widowati yang mewakili Balitbangtan menghimbau kepada petani di kecamatan  ini khususnya, dan petani di Indonesia pada umumnya untuk memanfaatkan berbagai inovasi teknologi pertanian dari Balitbangtan yang telah terbukti dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian. Semua inovasi tersebut dapat diperoleh informasinya dari website Balai Penelitian Tanah ataupun Balitbangtan.  Kalau bukan kita yang menggunakan, siapa lagi. SY/HMSL