Agar Lulusan Mau Terjun ke Pertanian, Buat Mahasiswa Dibutuhkan DUDI dan Masyarakat

udin abay | Kamis, 27 Februari 2020 , 11:49:00 WIB

Swadayaonline.com - Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian yang tangguh, mandiri dan berdaya saing, merupakan pilar strategis pembangunan pertanian. "Untuk menciptakan semua itu, perlu adanya peningkatan kapasitas SDM yang memiliki kemampuan baik secara akademik maupun teknikal agar dapat menggerakkan seluruh sektor pertanian," ujar Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan Hidup, Pending Dadih Permana pada acara diskusi Forum Nasional Politeknik Pertanian di Hotel Lombok Raya, Mataram, Nusa Tenggara Barat. (27/2/2020)

Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), merupakan salahsatu institusi pendidikan vokasi yang dimiliki Kementerian Pertanian yang bertujuan menyiapkan SDM yang mumpuni untuk mengawal sektor pertanian. "Kurikulum Polbangtan lebih ke praktikal dari pada klasikal yang langsung berinteraksi dengan industri, sehingga membutuhkan perhatian agar dosen pendidik mampu menyiapkan mahasiswa yang lulusannya mampu terjun ke dunia nyata, dapat berdaya saing, dan ini tantangan berat", tambahnya.

"Pendidik harus berani dan mengejar kesulitan yang ada dengan cara meningkatan kapasitas dan kualifikasi sehingga mampu memberikan solusi terbaik. Minat generasi muda terjun ke pertanian sudah dalam "lampu kuning" bahkan mendekati "lampu merah". Data sensus pertanian 2013, data rumah tangga pertani berkurang 5,4 juta. Jadi rumah tangga yang sudah berkecimpung di pertanian hilang. Ini tugas kita sebagai lembaga pertanian, agar pelaku pertanian yang handal terus tetap ada," tegas Dadih Permana.

Penelitian bagi lembaga pendidikan harus terus dikembangkan, baik institusi pemerintah dan swasta bersama-sama dengan membangun visi yang sama yaitu daya saing. Sekarang ini menurut Dadih Permana jejaring yang dilakukan semakin baik, baik didalam maupun diluar negeri, walaupun masih tebatas. Politeknik seharusnya lebih dekat dengan dunia industri dan dunia industri (DUDI) baik untuk kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu mendekatkan hasil riset dengan kehidupan dunia nyata. "Lulusan pertanian yang terjun di dunia nyata pertanian, masih sedikit. Maka perlu adanya penguatan dan perbaikan dari kurikulum dan riset yang bisa diminati oleh masyarakat dan industri," tambahnya. 

Menurutnya, dalam meningkatkan kapasitas, kualitas dan kuantitas pembangunan pertanian, kita harus selalu menciptakan tantangan baru, jangan statis. Tugas kita tidak hanya proses edukasi dalam kelembagaan pendidikan, tapi juga masyarakat, sehingga lulusan politeknik merasa dibutuhkan kehadirannya dan benar-benar tertarik terjun di dunia pertanian, bisa mengawal proses usaha dan agroindustri. "Dua sisi ini harus digarap dengan baik. Kalau ini dilakukan baik, maka membagun jejaring mendekatkan industri tidak sulit. Yang terpenting, kurikulum harus susuai dengan SKKNI yang sudah ada, agar lulusan bisa terjun ke dunia nyata. Jadi forum nasional politeknik pertanian ini sebagai wahana membangun jejaring kerja. Tidak hanya menjadi forum formalitas, tapi menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam menyediakan SDM yang berpendidikan dan memiliki ilmu yang mumpuni untuk bisa mengawal proses produksi dan industri sektor agro di Indonesia," kata Dadih Permana. SY