Tingkatkan Kompetensi Petani, BBPP Ketindan Beri Pelatihan Pengolahan Ubi Kayu dan Ubi Jalar

udin abay | Rabu, 18 Maret 2020 , 09:01:00 WIB

Swadayaonline.com - Langkah besar telah dilakukan di Indonesia terkait dengan ketahanan pangan dan kekurangan gizi sebagai manifestasi kemiskinan dan kekurangan pangan. Swasembada pangan telah diprogram untuk komoditas strategis dan berhasil dicapai dalam dua tahun terakhir, untuk beras dan jagung. Bagian tersulit dari upaya ini tidak hanya pada pencapaian, tetapi lebih pada bagaimana mempertahankan keberlanjutannya.

Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan kemampuan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dari hari ke hari. Bagi sekitar 55,6 persen penduduk Indonesia yang bermukim di perdesaan, sebagian besar kebutuhan pangannya dipenuhi dari produksi setempat. 

Pada saat  jumlah penduduk meningkat dengan sumber daya alam yang terbatas, ketahanan pangan diupayakan dengan jalan mengoptimalkan kemampuan produksi pangan alternatif, misalnya dengan memanfaatkan umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, talas dan lain-lainnya sebagai sumber karbohidrat dalam pola konsumsi makanan sehari-harinya.

Oleh sebab itu upaya untuk menunjang peningkatan produktivitas dan kualitas produk umbi-umbian akan sangat membantu mengatasi masalah pangan. Umbi-umbian mempunyai banyak keunggulan, yaitu,: mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai sumber tenaga, daun ubi kayu dan ubi jalar kaya akan vitamin A dan sumber protein penting, menghasilkan energi yang lebih banyak per hektar dibandingkan beras dan gandum, dapat tumbuh di daerah marjinal di mana tanaman lain tidak bisa tumbuh, sebagai sumber pendapatan petani karena bisa dijual sewaktu-waktu, dan dapat disimpan dalam bentuk tepung dan pati. Sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat pengganti beras, bahan pangan di atas dapat disajikan dalam menu sehari-hari, asalkan diperkaya dengan pangan sumber protein yang tinggi.Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan umbi-umbian adalah produk-produknya yang hingga saat ini cenderung konvensional, dengan kemampuan dan nilai gizi yang kurang menarik. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai sumber karbohidrat substitusi terhadap beras. 

Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk umbi-umbian ini agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi, sehingga menarik untuk disajikan, enak dan ekonomis untuk dikonsumsi.  Selain itu harga jualnya menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan dijual dalam bentuk umbi mentah sehingga meningkatkan pendapatan petani.

Dalam upaya untuk meningkatkan  kompetensi Petani dalam pengolahan umbi-umbian, maka Balai Besar Pelatihan Pertanin (BBPP) Ketindan melaksanakan Pelatihan Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu. Dalam rangka mengoptimalkan efektifitas dan efisiensi  pelatihan tersebut,  maka diperlukan prakek lapangan, yang dilaksanakan di  P4S Anisa Jaya Blitar dan UD Pengolahan Hasil Keripik Ubi Kayu Purwosari Pasuruan,  yang sudah terbentuk dan menjalankan kegiatan hulu sampai hilir. Prakek lapang merupakan bagian dari proses pembelajaran, yaitu menitikberatkan pada memperkuat metodologi dan teknologi dalam pengolahan ubi kayu dan ubi jalar mulai bagaimana bahan baku diterima, proses produksinya hingga pemasaran. Praktek lapang ini diikuti oleh 30 orang peserta yang berasal dari 2 kabupaten Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. 

Kegiatan praktek lapangan ini sangat efektif bagi peserta. Ubi kayu dan ubi jalar yang selama ini adalah komoditas marjinal, dengan sentuhan teknologi pengolahan meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. SY/LNA/YNI