Siasati Harga Anjlok Petani Cabai Lakukan Olahan Sebagai Nilai Tambah

udin abay | Jum'at, 15 Mei 2020 , 23:09:00 WIB

Swadayaonline.com  Salah satu produksi pertanian yang juga turut terimbas akibat pandemi Covid-19 adalah cabai. Seperti tengah dialami petani cabai di Desa Pingkuk Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan yang melaksanakan panen raya, dengan produksi rata-rata 7,1 ton/ha. Tingginya biaya produksi berbanding terbalik dengan harga cabai dari petani dengan kisaran antara Rp.3.000 – Rp. 4.000 per kg. Berdasarkan analisa salah satu petani kerugian mereka bisa mencapai Rp. 55.745.000,-.per ha. 

Menurut Kadar, petani sekaligus pedagang di Desa Pingkuk, biasanya menjelang lebaran harga cabai dari petani bisa mencapai Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per kg, akan tetapi menjelang lebaran tahun 2020 harapan petani cabai pupus akibat pandemi convid-19. 

Sebagai pejuang pangan petani tidak pupus semangat, pahit getir menanam cabai telah dirasakan, senyuman tetap mereka berikan ditengah kehancuran harapan. Dalam kondisi seperti ini, petani cabai melakukan pengolahan cabai dengan dikeringkan. Tujuan pengeringan ini untuk mengurangi kadar air cabai hingga batas tertentu dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Pengolahan cabai bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah terutama saat panen raya atau harga anjlok, memperpanjang daya simpan, serta mempermudah dalam penyimpanan, pengemasan dan transportasi. 

Pertanian menjadi salah satu sektor yang sangat vital dan dituntut untuk tetap produktif di tengah pandemi Covid-19. Seperti yang disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL).

"Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, pertanian jangan berhenti, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah soal pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan," kata Mentan SYL.

Sejalan dengan seruan Menteri Pertanian, secara terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi juga menganjurkan agar petani senantiasa membuat secara mandiri input produksinya. 
“Masalah pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya,” ujar Dedi.

Menurut, Trisni Setiyaningrum, penyuluh pertanian yang mendampingi petani di Desa Pingkuk Kecamatan Bendo,  sesuai arahan dari Kepala BPPSDMP, petani telah bergerak pada sektor off farm berupa olahan cabai untuk memberi nilai tambah disaat harga cabai jatuh. 
Cabai yang telah dipanen lalu dikeringkan dengan dijemur kurang lebih 1-2 hari pada paparan sinar matahari yang bersinar terus. Cabai yang telah kering, kemudian dimasukkan ke karung dan dilakukan penyimpanan untuk dijual pada saat harga cabai mulai membaik. 

Dengan cara melakukan pengolahan cabai, petani di Desa Pingkuk Kecamatan Bendo kabupaten Magetan tidak akan merugi terlalu besar. Demi ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia mereka tetap semangat menanam cabai meski kadang pasar tidak berpihak kepada mereka. SY/TRSN/YNI