Swadayaonline.com - Balai Penyuluhan Pertanian (BPP Selorejo) merupakan satu dari sekian BPP yang terdapat di Kabupaten Blitar, tepatnya di bagian timur dan berbatasan langsung dengan kabupaten Malang. BPP Selorejo membawai 10 desa wilayah binaan dengan komoditas unggulan tanaman pangan dan perkebunan. Salah satu  primadona di wilayah Selorejo saat ini adalah komoditas kopi. 

Luasan kopi di wilayah Kecamatan Selorejo mencapai 400 ha dan tersebar di 5 desa dengan ketinggian rata rata di atas  500 mdpl. Desa terluas lahan kopinya adalah Desa Sidomulyo. Desa ini tiap tahun memiliki agenda panen raya kopi yang dilaksanakan secara bersama dan diawali dengan upacara adat setempat yang dimaksudkan agar panen kopi bisa berjalan dengan lancar dan hasilnya bisa melimpah.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul, pemerintah harus siap menjadi  partner para eksportir dalam pendekatan- pendekatan di hulu untuk melakukan pengembangan produk–produk khusus komoditas pertanian kemudian bagaimana membudidayakannya atau menjaganya sampai dengan cara pengolahan.

“Perkebunan kita punya prospek yang luar biasa apalagi kita negara tropis yang memiliki komoditas spesifik. Kalo begitu,  itu kita benahi dari  katakanlah dipenanamannya.  Tentu saja tidak hanya dengan tangan pemerintah tapi bersama,”tegasnya.

Pernyataan Mentan SYL, dipertegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi. 

“Untuk mendukung program strategis Kementerian Pertanian, para petani harus terus di dorong agar dapat melakukan hilirisasi kegiatan usaha taninya. Hal itu bisa dilakukan baik secara on-farm maupun off-farm, terutama pengelolaan pasca panen. Sehingga nilainya semakin tinggi,” tutur Dedi. 

Keunikan dari kopi Selorejo adalah nama dari hasil kopinya yang di komersilkan dengan sebutan kopi Ploncing. Jenis kopi yang ditanam masyarakat sekitaran Selorejo adalah jenis kopi  Robusta. Kopi robusta memiliki karakter yang cocok saat ditanam dilahan selorejo tanaman kopi robusta relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, antara lain karat daun (HV), lebih cepat panen dengan produktivitas juga lebih tinggi (ose kering) mencapai 900 –2000 kg/ ha/tahun.

Kopi produksi ploncing ini sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Proses pasca panen dan pengolahan kopi ploncing ini dibagi menjadi dua cara yaitu cara Natural dan cara semi wash. Untuk cara natural proses panen dilakukan secara campur dari kopi merah dan kopi hijau sehingga kualitas dan mutu kopi menjadi kurang bagus, ini yang menjadi tantangan bagi penyuluh pertanian lapangan setempat, agar budaya panen kopi yang demikian dirubah sehingga didapatkan kopi dengan kualitas yang baik.Selanjutnya adalah cara petik Merah. 30 persen petani di Selorejo menerapkan cara petik merah. Dari petik merah ini kemudain diolah dengan metode berbeda  seperti petik campur dengan metode semi wash.

Metode semi wash ini mengadopsi cara perkebunan kopi milik pemerintah  di kecamatan sebelah yang ada di kabupaten Malang. Beberapa kelompok tani  melakukan cara semi wash ini telah memproduksi kopi bubuk secara mandiri dengan hasil kopi  berkualitas. Tentunya hal ini bisa meningkatkan pendapatan petani karena harga bisa lebih tinggi. Kopi bubuk ploncing yang di produksi oleh kelompok tani di selorejo mempunyai kelebihan antara lain, mempunyai tingkat keaasaman  rendah karena proses semi wash tersebut, dan aman di konsumsi oleh penikmat kopi yang mempunyai keluhan asam Lambung. Selain itu kopi yang dihasilkan oleh kelompok tani selorejo merupakan fresh kopi Karenadi roasting dengan jumlah  terbatas sehingga cita rasa kopi tetap terjaga. 

Tahun ini target dari pelaku pertanian khususnya tanaman kopi di Selorejo adalah meningkatkan budaya petik kopi campur menjadi petik kopi merah, teknik penjemuran dan pengolahan kopi yang lebih profesional. Hal dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tani dari budidaya kopi dan mempertahankan  ciri khas kopi ploncing Selorejo bagi para penikmat kopi di seluruh Indonesia. SY/KHRL/YNI