Guru Besar UNHAS: New Normal, Harapan Baru Masyarakat Tani Paska Pandemi

udin abay | Jum'at, 05 Juni 2020 , 21:44:00 WIB

Swadayaonline.com - Kebijakan New Normal ramai diperbincangkan di berbagai media sosial, bahkan tagar #NewNormal di twitter menjadi trending topik dalam 3 hari terakhir. Ada yang pro dan kontra, namun wajar. Bagi Rumah Tangga Produsen atau Petani, kebijakan ini tentu disambut gempita lantaran ada asa baru produk-produk pertanian mereka bisa kembali ke pasaran dan kesejahteraan kembali meningkat.

“Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) menurut SUTAS BPS 2018 kita didominasi oleh usaha Peternakan (13,5 juta), Padi (13,1 juta), Perkebunan (12 juta), Hortikultura (10 juta), dan Palawija (7 juta). Para petani ini adalah garda terdepan dalam penyediaan pangan di masa pandemi covid-19. Mereka tentu berharap New Normal ini akan mengembalikan gairah yang sempat menurun saat awal pandemi,” ujar *Imam Mujahidin Fahmid*, Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin (UNHAS) saat Seminar Online Bertemakan “Menuju New Normal: Tantangan dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani Masa Covid-19” yang digelar oleh Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar pada Jum’at (05/06/2020).

Apa yang dikatakan Imam sangat beralasan mengingat beberapa waktu lalu Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi menyampaikan bahwa petani tetap produksi pangan saat pandemi dan pada situasi new normal ini.

“11 komoditas pangan strategis mulai dari Beras, Cabai, Bawang hingga Gula Pasir dan Minyak Goreng kondisinya semuanya surplus, artinya kebutuhan tercukupi, produksi banyak. Tidak ada permasalahan di sisi produski, yang menjadi kendala saat pandemi adalah distribusi barang dari produsen dan konsumen sebagai implikasi dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun ini wajar dan Kementerian Pertanian telah melakukan intervensi dengan fasilitasi distribusi bahan pangan ke berbagai wilayah yang defisit” ungkap Agung saat memaparkan penyediaan dan kebutuhan pangan bulan April hingga Juni tempo hari.

Oleh karenannya, Imam berkeyakinan dengan New Normal ini akan menjadi peta jalan baru bagi masyarakat petani untuk kembali bersemangat menggarap lahan pertanian karena pasar sudah mulai terbuka lebar. Ada beberapa perubahan kecenderungan perilaku masyarakat tani yang akan mengalami pergeseran. Pertama, Penggunaan Internet untuk bisnis. Saat ini BPS mencatat ada 4,5 juta petani yang aktif sebagai pengguna internet, dengan adanya pandemi dan new normal ini maka penggunaan sosial media sebagai market place produk pertanian akan meningkat. Kedua, kreativitas atau inovasi sosial masyarakat tani meningkat karena secara tidak langsung diajari merespon masalah melalui entitas sosial. Ketiga, Peran Governance/Pengambil Kebijakan akan semakin adaptif sehingga ketangguhan sosial lebih kuat.

“Sekarang semua Kementerian/Lembaga mengalami refocusing anggaran, namun kita bisa lihat petani kita mampu bertahan dengan terus memproduksi pangan, artinya mereka mampu secara kolektif mengatasi dampak dari pandemi dengan caranya. Nah, oleh karenanya negara harus lebih mengulurkan tangannya kepada petani agar interaksi lebih kuat dan problem sosial masyarakat mudah diatasi,” lanjut Imam

Senada dengan hal tersebut, Bayu Krisna Murti, Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI) berpendapat bahwa nyatanya masyarakat petani saat pandemi ini tidak begitu terdampak, dibuktikan dengan produktivitasnya dalam menghasilkan bahan pangan, yang perlu diwaspadai adalah sektor off farmnya.

“Kalau on farm tidak terlalu besar risiko nya, yang terdampak besar adalah trading atau pasarnya. Jadi kalau pasarnya terdampak maka akan berimplikasi terhadap gairah memproduksi kan, maka ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar sisi distribusi barang tetap dikendalikan,” terang Mantan Wakil Menteri Pertanian Tahun 2010-2011 ini.

Terakhir, Rektor UNHAS, Dwia Aries Tina Palubuhu menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pertanian atas kinerjanya dalam menghadapi pandemi ini.

"Saya terus terang apresiasi kepada Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo karena luar biasanya bisa survive menghadapi covid-19 ini sehingga pangan tetap terjaga," tutup Dwia Aries

Acara Seminar yang dihadiri oleh Menteri Pertanian sebagai keynote speaker, diikuti juga oleh Rektor UNHAS Makassar, Dekan dan Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian UNHAS, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI), Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Sulawesi Selatan, serta 1.234 peserta dari berbagai kalangan akademisi, praktisi, birokrat, dan masyarakat umum di seluruh Indonesia melalui kanal zoom dan Youtube Channel. SY/HMSK