Tingkatkan Produksi : Gunakan Handling Pedet Dengan Baik

udin abay | Jum'at, 12 Juni 2020 , 14:01:00 WIB

Swadayaonline.com - Usaha Kementerian Pertanian untuk mencapai swasembada daging tidak pernah padam. Kebutuhan konsumsi daging sapi secara nasional saat ini mencapai 700.000 ton per tahun, sedangkan kemampuan produksi baru mencapai 400.00 ton per tahun. Terdapat defisit sebesar 300.000 ton, angka ini setara dengan 1.300.00 ekor sapi per tahun. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, Kementan terus berupaya menggenjot produksi daging dengan berbagai pendekatan program. 

Salah satu upaya yang sudah dilakukan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) adalah melalui program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan). Program yang dilaunching pada (20/2/2020) diharapkan mampu menutupi defisit produksi. Memang bukan perkara mudah mencapai target swasemda, namun melalui program itu, menteri yang biasa disapa SYL ini sangat yakin akan tercapai. “Negara kita negara kaya, negara kaya adalah pemberian Tuhan yang harus kita syukuri” ungkapnya penuh yakin ketika melaunching program tersebut.

Melalui program ‘Bertani On Cloud’, Pusat Pelatihan Pertanian bekerjasama dengan BBPP Batu berupaya turut hadir menyokong program Sikomandan, sehingga target produksi dapat di capai. Partisipasi nyata itu diwujudkan dalam bentuk pelatihan yang mengangkat tema ‘Penanganan Pedet Baru Lahir’ (11/06/2020). Pelatihan ini diikuti hampir 300 peserta dari berbagai pelosok negeri, yang notabene adalah para Penyuluh Pertanian.

Salah satu kunci tingginya produktivitas daging sapi adalah kesuksesan penanganan pedet sesaat setelah lahir, bahkan seharusnya sebelum lahir. “Idealnya berat minimal pedet baru lahir adalah 35 kg”, ungkap Arifin selaku pengajar pada pelatihan ini. Supaya pedet yang baru lahir dapat tertangani dengan baik, maka para peternak sebaiknya menyiapkan timbangan dan sarana lainya atau mengetahui ilmunya. Yang tidak kalah penting adalah asupan kolostrum bagi pedet. Lalu bagaimana jika indukan tidak dapat memenuhi? “peternak dapat membuatnya sendiri”, tambah Arifin sembari mencontohkan cara membuat kolostrum secara mandiri.

Penanganan pedet dengan barbagai ilmu dan sarana yang diajarkan Widyaiswara BBPP Batu adalah ciri-ciri kemoderenan dalam beternak. Memang untuk menjaga produktivitas dan kontinyuitas peternak maupun petani harus mau berubah. Tuntutan untuk memodernisasi produksi saat ini bukan lagi pada taraf harus, “bahkan wajib”, ungkap Dedi Nursyamsi selaku Kepala BPPSDMP ketika membuka pelatihan beberapa waktu lalu (09/06/2020). Bahkan jika melihat pelatihan sekarang, “ini bukan lagi sekedar teori, tapi juga ada praktik di lapang atau kandang”, tambahnya lagi. 

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian  mengapresiasi kegiatan Bertani on Cloud ini. Dengan Bertani on Cloud memperlihatka fakta bahwa pertanian Indonesia sedang menuju modern. “Bertani on cloud keren dan pengemasan acara dan metodologi penyampaian menarik, ini tidak sekedar teori tapi juga ada praktik di lapang”, tambahnya lagi. SY/OCKY