Sangkok Diversifikasi Pangan Lokal Khas Kepulauan Sapeken Ujung Timur Madura

udin abay | Kamis, 18 Juni 2020 , 22:46:00 WIB

Swadayaonline.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo  (SYL) seringkali mengatakan terutama dalam menghadapi wabah Covid19, bahwa pertanian tidak berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik. 

“Di mana sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional," ujar SYL.

Pandemi Covid-19 saat ini masih meruntuhkan seluruh aspek termasuk pariwisata, jasa, ekonomi dan lainnya.

Ditengah pemerintah yang mulai  memberlakukan New Normal, berbagai strategi dalam meningkatkan ketahanan pangan harus tetap semangat dilaksanakan agar tidak terjadi krisis pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak boleh terhenti, berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Pertanian untuk menjaga ketersediaan pangan. Dimulai dari perumusan kebijakan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga di tingkat kecamatan.

Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Sumenep, Jaw Timur, terus ditingkatkan, terutama bahan makanan pokok beras, sekalipun kondisi geografis yang menyebabkan distribusi bahan makanan pokok beras terhambat untuk beberapa wilayah kepulauan, dan juga dampak dari pandemi covid 19 ini. 

Berbagai macam upaya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Seperti halnya masyarakat yang ada di Kecamatan (pulau) Sapeken yang letaknya masih harus menyebrang laut dari Kabupaten Sumenep. Mayoritas masyarakat Desa Sakala, di Sapeken memiliki mata pencaharian nelayan dan petani, jika musim penghujan (cuaca tidak mendukung untuk berlayar) para nelayan turun kedarat untuk bercocok tanam jagung dan singkong yang menjadi komoditas utama dilahan tegal.

Lahan di Desa Sakala didominasi lahan non sawah yang meliputi pekarangan, tanah tegal dan hutan. Suatu anugerah bahwa lahan tegal di Desa Sakala sangat subur, produksi  jagung dan singkong sangat berlimpah.  

Asmawi Aliman Ketua Gapoktan Nurul Amin yang berlokasi di Desa Sakala Kecamatan Sapeken, selama ini masih mempertahankan  konsumsi yang berbahan pangan lokal. Asmawi bersama petani dan kelompok wanita tani membuat diversifikasi pangan lokal dari singkong sebagai bahan pangan pokok.  Singkong diolah menjadi makanan yang siap saji dan lebih tahan lama.  

Penduduk setempat menyebutnya sangko. “Bahan pangan ini bisa disimpan dalam waktu yang lama dan untuk mengkonsumsinya cukup dengan menambahkan air, karena itulah para nelayan membawanya sebagai bekal pada saat mereka berlayar,”ungkap Asmawi.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Sumenep melalui penyuluh pertanian berupaya terus mendorong dan mengawal petani untuk mempertahankan dan melestarikan keragaman pangan lokal sebagai salah diversifikasi pangan yang ada di wilayahnya, sebagai bentuk kemandirian pangan. Tentu saja hal ini juga memberi nilai tambah bagi petani dan utamanya mencegah terjadinya krisis pangan ditengah pandemic Covid dan persiapan musim kemarau,”pungkas Bambang Djasmono Koordinator penyuluh di Kecamatan Sapeken. 

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, juga menegaskan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama.

"Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," paparnya. SY/DWO/YNI