Atasi Anjloknya Harga Cabai, Penyuluh Ubah Cabai Menjadi Produk Olahan

udin abay | Senin, 29 Juni 2020 , 15:19:00 WIB

Swadayaonline.com - Terputusnya rantai pasok dari daerah sentra ke beberapa wilayah konsumen akibat pembatasan transportasi antar daerah dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berimbas bagi pelaku usaha komoditas hortikultura sehingga harga jual produk juga anjlok.

Komoditi yang cukup lama bertahan di titik terendah selama masa pandemi ini salah satunya adalah cabai. Selama beberapa pekan terakhir harga cabai tidak mampu melaju diatas Rp. 10 ribu per kilogram. Di beberapa wilayah bahkan sempat menembus titik terendah pada kisaran Rp 2 ribu saja per kilogramnya. Pada angka ini biasanya petani memilih untuk tidak memanen cabainya, karena biaya petik lebih mahal dibanding harga jual cabai.

Desa Bocek Kecamatan Karangploso merupakan salah satu daerah sentra cabai di Kabupaten Malang Jawa Timur, dimana dalam satu musim tanam bisa mencapai minimal 200 hektar lahan tertanami cabai rawit dan cabai merah. Namun sudah dua musim ini atau 2 tahun terakhir, petani cabai desa Bocek tidak bisa tersenyum akibat anjloknya harga cabai pada saat panen raya. “Bahkan simpanan petani berupa hewan ternak baik sapi atau kambing harus direlakan terjual untuk pengembalian modal usaha," ujar Ketua Kelompok Tani Tri Rejeki Desa Bocek, Suprianto.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh penyuluh kecamatan Karangploso, seperti menghubungkan dengan beberapa pelaku usaha dari luar daerah. Namun dengan adanya PSBB upaya tersebut tidak bisa lancar terlaksana. 

Keterpurukan petani cabai memacu semangat penyuluh untuk terus mencari terobosan upaya agar panenan bisa terserap. Koordinator penyuluh Kecamatan Karangploso, Chriesna berkoordinasi dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan untuk belajar membuat olahan cabai dibawah bimbingan Saptini Mukti Rahajeng sebagai Widyaiswara.

Dengan modal yang terbatas, Penyuluh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Karangploso berupaya membeli hasil petani dengan memberi sedikit selisih harga diatas harga pasar, untuk kemudian mengolah dengan cara mengeringkan. Dari cabai kering ini kemudian diolah lagi menjadi beberapa varian produk seperti abon cabai, serbuk cabai, dan minyak cabai. Beberapa produsen basreng bahkan lebih memilih membeli cabai kering utuh sebagai bumbu pelengkap produknya. 

Meski belum mampu menjadi upaya pemecahan masalah besar petani, tim penyuluh BPP Karangploso tetap berharap langkah kecil ini bisa membuat petani sedikit tersenyum dalam pedasnya problematika usaha tani cabai. 

Apa yang dilakukan oleh petani dan penyuluh kecamatan Karangploso merupakan upaya untuk tetap bertahan di anjloknya harga cabai sebagai salah satu imbas pandemi. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo, ditengah pandemi covid yang tak kunjung usai sektor pertanian harus terus berjalan. Diperlukan berbagai inovasi dan terobosan untuk tetap membuat sektor pertanian bertahan. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi menambahkan diperlukan terobosan dari para petani dan penyuluh untuk menambah nilai dari komoditas pertanian. Salah satunya melalui proses pengolahan dan pengemasan produk. SY/NL