"Bertani On Cloud" Meningkatkan Kompetensi Penyuluh dan Petani Dalam Satu Ruang dan Waktu

udin abay | Kamis, 02 Juli 2020 , 20:11:00 WIB

Swadayaonline.com - Merebaknya Covid 19 mampu meluluh lantahkan semua sektor, tidak terkecuali sektor pertanian yang berimbas pada ketahanan pangan nasional. Sistem distribusi, transportasi, dan semua produksi komoditas pertanian terganggu. Dahulu pesanan pangan untuk retoran dan hotel berjalan baik, kini hampir semua terhenti. Padahal, produksi pangan tetap berjalan, tapi permintaan menurun sampai terasa pada harga ditingkat petani.

“Kementerian Pertanian (Kementan) yang mempunyai tupoksi penyedia pangan, harus bangkit. Program ketahanan pangan nasonal terus disuport dengan melakukan peningkatan produktivitas, yaitu setelah panen langsung tanam sehingga tidak ada jeda produksi”, hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi kepada swadayaonline.com. (2/7/2020).

Program pangan lainnya menurut Dedi Nursyamsi yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi lahan (peninghkatan penambahan luas lahan pertanian), terutama pada lahan eksisting secara optimal. “Optimalisasi lahan yang terbengkalai yaitu dengan menanami lahan kosong dengan tanaman lokal baik di pekarangan rumah maupun menanam dengan sistim hidroponik bagi lahan di perkotaan. Selain itu juga melakukan penanaman disela-sela perkebunan atau tanam sisip dengan padi gogo, jagung, kedelai, umbi dan lainnya”, tambahnya.

Menurut Dedi Nursyamsi, ada tiga pilar peran BPPSDMP dalam strategi ketahanan pangan yaitu penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. Tiga pilar tersebut berperan bersama-sama dengan menggerakkan petani, masyarakat, penyuluh, dan mahasiswa pertanian. Pelatihan dengan e-learning “Bertani On Cloud” menurutnya, merupakan salahsatu pelatihan yang peminatnya sangat luar biasa karena materi yang diberikan sederhana dan mudah dimengerti serta mudah diaplikasikan dilapangan. Contohnya cara membuat brownis dari bahan pangan lokal seperti ubi. Selain itu pesertanya bukan hanya petani dan praktisi saja, tetapi Ibu rumah tangga, UMKM. “Dengan memanfaatkan dan berdayakan pangan lokal, maka kita bisa meninggalkan bahan baku dari impor”, ujarnya.

Dirinya menambahkan, dengan pelatihan e-learning dan “Bertani On Cloud” mampu mencover seluruh pelatihan kegiatan pertanian dari hulu sampai hilir, seperti bagaimana mendapatkan KUR, olah tanah, mengatasi OPT, tanam dan panen, mengelola hasil panen, dan pemasaran. “Pelatihan pertanian dahulu sasarannya meningkatkan kompetensi, kemampuan dan kapasitas petani milenial, petani, dan penyuluh. Tapi dengan pelatihan yang sekarang, semua bisa terlibat termasuk praktisi sehingga semua bisa meningkatkan produktivitas di lahannya masing-masing. Bila produktivitasnya meningkat, maka kesejahteraan petani, peningkatan ekspor sampai ketersediaan pangan nasional bisa tercapai”, tambahnya.

Dedi Nursyamsi mengungkapkan, Bertani On Cloude dilakukan melalui teknologi informasi seperti aplikasi zoom. “Mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus mengikuti perkembangan teknologi 4.0. Ditengah pandemi ini, pemanfaatan IT sangat diperlukan dan suatu keniscayaan karena lebih efisien, cepat, akurat, tidak butuh biaya banyak, dilakukan dalam satu waktu dan satu ruang yaitu IT. Perubahan pola pelatihan dari konvensional ke pola pemanfaatan IT, pasti ada yang keberatan. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan tergilas. Butuh waktu penyesuaian untuk sampai menuju teknologi 4.0”, ujarnya.

“Sebelum merebaknya covid 19, sebenarnya sudah ada pengembangan komoditas dengan sistem inovasi teknologi 4.0 yang kita lakukan, seperti smart green house atau smart irigation, sensor suhu kelembaban, sensor matahari. Begitu ada covid 19, penggunaan teknologi 4.0 lebih melesat. Pelatihan dengan pemanfaatan IT, juga mengarahkan ke pertanian modern. Ciri pertanian modern adalah dengan menggunakan produk bio science seperti penggunaan varietas yang potensi tinggi, menggunakan alsintan khas Indonesia, menggunakan IT, dan di materi pelatihan “Bertani On Cloud” ada semuanya”, tegas Dedi Nursyamsi. SY