Penyuluh Pertanian Menulis

udin abay | Kamis, 02 Juli 2020 , 23:14:00 WIB

Swadayaonline.com - Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide dan pikiran serta perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulisan. Dalam kajian ilmiah tentang menulis, ada beberapa pendapat tentang definisi menulis, misalnya menurut Wikipedia, definisi menulis adalah “suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara”. Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Purwadinata), mendefiniskan bahwa menulis adalah “melahirkan fikiran atau perasaan dengan tulisan”. Ada juga pendapat Hargrove dan Pottet dalam Abdurrahman (1998:239) mengatakan bahwa menulis adalah penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau mencatat. Dan masih banyak lagi pendapat para pakar tentang definisi menulis. 

Menurut Karen Baikie seorang clinical psychologist dari University of New South Wales dan hasil studi peneliti dari Universitas Texas, James Pennebaker, terungkap bahwa di antara manfaat menulis adalah bagian dari terapi kejiwaan. Dengan menulis peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental. Terlepas dari banyaknya pendapat atau pernyataan para ahli tentang menulis,  secara umum menulis adalah sebuah aktifitas yang bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, menggunakan alat tulis apa saja (secarik kertas, buku, komputer, laptop, ponsel), oleh siapa saja (dosen, guru, mahasiswa, pelajar, karyawan, petani, buruh, dll) bukan monopoli penulis, wartawan atau para pakar. Sehingga ada yang kemudian bermanfaat bagi orang lain seperti menulis artikel di media, menulis buku, menulis jurnal, menulis laporan dan sebagainya, tapi ada juga menulis yang tidak bermanfaat bahkan bersifat merusak seperti menulis yang menimbulkan keresahan pembaca seperti yang sifatnya hoax atau mencoret di dinding bangunan umum, halte, toilet, dan fasilitas umum lainnya dan tentunya yang terakhir ini tidak termasuk dalam kategori menulis.

PPL dan Dunia Penulisan

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), adalah salah satu profesi yang memberi peluang sangat besar bagi pelakunya untuk menjadi seorang penulis. Kementerian Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya menjelaskan bahwa menulis atau membuat karya tulis itu hukumnya “wajib” bagi semua penyuluh. Permentan ini memberikan peluang kepada para penyuluh untuk memperoleh angka kredit dengan jumlah yang sangat besar bagi penyuluh pertanian yang mau menulis atau menghasilkan karya tulis. Tentunya ini menjadi peluang yang sangat berharga bagi para penyuluh agar karirnya cepat “menanjak”.

Salah satu contoh kecil misalnya, dalam Permentan itu disebutkan bahwa seorang penyuluh pertanian yang mampu menghasilkan tulisan ilmiah di bidang pertanian dan disebarluaskan melalui media masa dalam bentuk naskah akan memperoleh angka kredit sampai 2 (dua). Itu sama artinya dengan melakukan penyuluhan secara konvensional (tatap muka) lebih dari 59 (lima puluh sembilan) kali (satu kali melakukan penyuluhan tatap muka hanya akan memperoleh angka kredit 0,034). 
Apalagi bagi mereka yang sudah mencapai jabatan penyuluh pertanian madya dengan pangkat Pembina (IV/a), sangat tidak dimungkinkan untuk naik ke jenjang pangkat yang lebih tinggi jika tidak pernah membuat karya tulis. Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/02/MENPAN/2/2008 Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Dan Angka Kreditnya, BAB V Rincian Kegiatan dan Unsur Yang Dinilai Dalam Memberikan Angka Kredit pasal 14 mengatakan Penyuluh Pertanian Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b sampai dengan Penyuluh Pertanian Utama pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e diwajibkan mengumpulkan paling kurang 12 (dua belas) angka kredit dari kegiatan penulisan karya tulis ilmiah.

Meskipun demikian besar motivasi / ‘iming-iming’ dengan angka kredit yang begitu besar, masih saja terlihat keengganan para penyuluh untuk menulis. Kementerian sebagai sebagai ‘induk semang’ bagi para penyuluh pertanian, sejatinya telah lama menyediakan wahana menulis bagi para penyuluh pertanian. Sebut saja Trbus, Tabloid Sinar Tani dan Swadaya yang sudah beberapa tahun hadir di negeri ini adalah sebuah relasi  media berbasis pertanian nasional yang efektif untuk ‘mewadahi’ karya tulis para penyuluh pertanian. Namun sampai dengan saat ini, penyuluh pertanian yang mau menulis di media ini masih dapat dihitung dengan jari. Begitu juga dengan media pertanian lainnya yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian seperti Majalah Ekstensia dan Media Online Cyber Extension yang membuka peluang seluas-luasnya bagi penulis untuk menyalurkan tulisannya, juga masih ‘sepi’ dari tulisan penyuluh.

Dari analisa penulis berdasarkan pengamatan terhadap aktifitas penyuluh, setidaknya ada 3 (tiga) penyebab keengganan penyuluh untuk menulis yaitu : pertama, penyuluh merasa tidak mampu atau kurang percaya diri untuk menulis, karena tidak atau belum pernah mencobanya. Kedua, banyak penyuluh yang belum sepenuhnya familiar dengan teknologi informasi, sehingga merasa kesulitan untuk mengakses media yang bisa menjadi wahana mengirimkan tulisannya. Ketiga, minimnya minat baca di kalangan penyuluh, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh referensi sewaktu akan mencoba menulis.

Adapun alasan kesibukan melaksanakan tugas sehingga tidak sempat untuk menulis, itu hanya alasan klise sebagai “pembenar” keengganan menulis saja, karena banyak pekerja lain yang punya kesibukan lebih dari para penyuluh, tetapi masih menyempatkan untuk menulis. Namun, yang terpenting dari semua hal di atas, bahwa seandainya saja para penyuluh mau menyimak apa yang pernah diungkapkan oleh Bahtiar Gayo, seorang wartawan senior Harian Waspada yang mengatakan bahwa “menulis itu seperti minum kopi, semakin dinikmati semakin membuat kecanduan”, tentu para penyuluh tidak hanya akan terbiasa menulis, tapi juga akan bisa merasakan nikmatnya menulis. SY/AA/YNI