Mengenal Kopi Luwak Robusta Lereng Raung

udin abay | Minggu, 05 Juli 2020 , 19:41:00 WIB

Swadayaonline.com - Desa Sumberwringin di Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur, memiliki potensi pengembangan tanaman kopi karena kondisi letak geografisnya dilereng Gunung Raung yang strategis, pada kisaran dataran menengah sampai dataran tinggi. Tanaman kopi sudah menjadi tanaman tahunan yang bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat di Desa Sumberwringin. 

Desa Sumberwringin sendiri merupakan salah satu jalur pendakian menuju Gunung Raung yang masih aktif. Dengan ketinggian 3344 m dpl, puncak kaldera yang cukup lebar kedalamannya sekitar 500 m  akibat letusan. Berdasarkan data dasar gunung api indonesa(2011), Gunung raung tercatat meletus pertama kali pada tahun 1586 dengan letusan  sangat dasyat. Dampak dari letusan inilah yang menjadi perubahan kondisi fisik dan struktur tanah yang sangat subur salah satunya bisa dirasakan oleh petani dan masyarakat di Desa Sumberwringin.
Elvita Triapriliana seorang Penyuluh Pertanian yang senantiasa bertemu dan mendapingi petani, membuatnya mengenal lebih banyak petani yang melakukan kegiatan usahataninya dengan berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan, salah satunya adalah petani kopi.

Didaerah binaannya hampir hampir 30% petaninya memiliki lahan kopi dengan varietas Robusta, sehingga kopi menjadi kearifan lokal tersendiri pati petani Desa Sumberwringin di lereng Gunung Raung.
Menurut Elvita, masyarakat banyak mengenal beragam jenis kopi baik dari varietas sampai pada jenis kopi menurut cara olahan pasca panennya. Salah satu jenis kopi yang sangat digemari dan bercitarasa exclusive adalah “Kopi Luwak”. Bagaimana dikatakan sebagai kopi luwak dan apa itu kopi luwak, Elvita menggali informasi dari para petani kopi yang sejak dahulu sudah sering mengolah kopi luwak menjadi kopi bubuk yang jika diseduh begitu nikmat cita rasanya. Kopi Luwak yang ditemukan di kebun petani dapat menandakan bahwa musim panen akan segera tiba, karena luwak hanya memakan biji kopi yang benar-benar masak.  

Menurut Jonathan Candra yang merupakan petani kopi sekaligus Owner Kopi Luwak di Desa Sumberwringin, kopi luwak didapatkan dari dari biji kopi yang dipilah dari kotoran luwak, binatang liar sejenis musang. Luwak adalah jenis binatang yang suka memakan buah kopi, pandai sekali memilih kopi yang terbaik dan benar-benar matang untuk dimakan. Mungkin karena insting dari seekor binatang pemakan buah yang sangat peka terhadap keberadaan makanannya. Selama memakan buah kopi tentunyan biji dari buah kopi tidak ikut tercerna atau masih utuh selama dalam pencernaan luwak, sehingga biji-biji kopi yang berada dalam saluran cerna luwak menyerap beberapa senyawa dan enzim yang ada didalam saluran cerna dan secara otomatis biji-biji kopi tersebut mengalami masa fermentasi alami didalam alat cerna luwak sampai pada masa waktunya luwak mengeluarkan kotorannya berupa biji kopi yang nantinya disebut dengan “Kopi Luwak”.

Para pakar kopi berpendapat jika kopi yang berasal dari kotoran luwak adalah kopi yang akan memiliki cita rasa enak. Ada dua alasan yang melandasi pendapat ini, yaitu buah kopi yang dimakan oleh luwak adalah buah kopi yang terbaik dari buah yang lainnya/ benar-benar matang, dan pencernaan luwak menjadi tempat fermentasi biji kopi yang sempurna sehingga menghasilkan rasa kopi yang khas.  Kopi Luwak mimiliki cita rasa yang lembut seperti cokelat dan tidak terlalu pahit.  Karena proses ketersediannya kopi luwak liar ini menjadi barang yang exsclusive dari segi cita rasa dan harganya. 

Maka tidak heran jika kopi luwak sangat diburu oleh penikmat kopi. Dan bagi petani kopi tentunya hal ini memberi nilai tambah yang menguntungkan. 
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengapresiasi penyuluh yang semangat mendorong dan mengawal petaninya untuk maju dan berinovasi ditengah wabah Covid 19 ini.  

"Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," paparnya. SY/ELVT/YNI