Mendulang Rupiah Melalui Brownis Ubi Jalar Kaya Antioksidan

udin abay | Senin, 06 Juli 2020 , 09:53:00 WIB

Swadayaonline.com - Dalam rangka mengantisipasi resiko terjadinya krisis pangan yang muncul akibat pandemi Covid-19 dan potensi terjadinya kekeringan pada tahun 2020 saat ini. Selain dilakukan program percepatan tanam Musim Tanam II (MT II), juga dilakukan pemantauan serta memastikan cadangan beras pada tingkat Provinsi, Kabupaten, Desa dan Masyarakat. Mensosialisasikan gerakan diversifikasi pangan lokal juga termasuk arahan yang sangat penting dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan nasional.

Terkait arahan diatas, maka Bertani on Cloud (BOC) volume 23 mengusung pangan lokal Ubi Jalar. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki prospek cerah karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan penghasil karbohidrat yang menjadi salah satu alternatif pengganti bahan makanan pokok. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Lawang, Malang, selaku UPT Kementerian Pertanian mengusung tema Pembuatan dan Peluang Bisnis Brownies Ubi Jalar Rumahan. 

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo  (SYL) seringkali mengatakan terutama dalam menghadapi wabah Covid19, bahwa pertanian tidak berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik. 
“Di mana sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional," ujar SYL

Kamis 2/072020, BOC disiarkan langsung melalui aplikasi Zoom, Live Streaming Facebook Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) serta Live Streaming Youtube Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan). Kegiatan ini dihadiri lebih dari 300 peserta secara virtual dan diawali dengan arahan dari Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya. Potensi ubi jalar di Indonesia produksinya rata-rata hingga mencapai 2 juta ton/tahun dan menduduki 10 besar produk ubi jalar di dunia. Potensi ini sangat cocok dalam program Kementan untuk melakukan diversifikasi pangan lokal sebagai alternatif makanan pokok.

Narasumber BOC kali ini adalah Widyaiswara BBPP Ketindan, Rivana Agustin yang mengampu bidang pengolahan hasil dan Laila Nuzuliyah pada bidang sosial ekonomi. Materi BOC  mengupas tuntas tentang manfaat ubi jalar yang kaya akanvitamin A, mineral dan antioksidan serta dapat menangkal radikal bebas. Dapat mencegah kanker dan serangan jantung karena kaya akan kandungan gizi antosianin pada ubi jalar ungu,dan kandungan betakaroten pada ubi jalar kuning maupun orange. Sehingga sangat berperan sebagai imunitas tubuh pada saat new normal sekarang ini.

Nilai tambah pada ubi jalar menghantarkan pada kegiatan ini untuk diangkat menjadi makanan alternatif olahan brownis. Dimana brownis sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, baik dari usia anak-anak hingga usia kakek/nenek serta berbagai kalangan.
Selain mengupas manfaat dan nilai tambah ubi jalar, kegiatan ini juga membahas peluang bisnis yang sangat menjanjikan, sehingga dapat diaplikasikan oleh seluruh masyarakat Indonesia karena teknologinya sederhana dan bahan yang digunakan merupakan kearifan lokal pangan Indonesia. Yang utama ialah, dapat meningkatkan perekonomian keluarga dalam masa pandemi Covid-19.

Sesi tanya jawab kali ini terasa semakin sarta makna karena diikuti oleh Ibu Kapsulatan, Ria Bustanul Arifin. Ria sangat tertarik dan ingin mendalami olahan ubi jalar untuk diaplikasikan dalam membuat brownies ubi jalar. Apalagi potensi brownis ubi jalar sangat tinggi sehingga masyarakat dapat mengaplikasikannya guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan meyehatkan pastinya.

Kegiatan ditutup oleh Kepala BBPP Ketindan Malang, Sumardi Noor. Dalam arahannya Sumardi menyampaikan, “Sektor Pertanian merupakan sektor terbesar dan strategis yang sangat berperan pada masa pandemi Covid-19. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengkampanyekan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal pada Hari Krida Pertanian pada tanggal 28 Juni 2020 dengan slogan indah dan bahagia dengan pangan lokal dalam rangka upaya mendorong ketersedian dan konsumsi pangan yang seragam, berimbang dan aman agar Ketahanan Pangan tetap kokoh dan tangguh.”

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, juga menegaskan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama.

"Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," paparnya. SY/RVN/YNI