Dua Varietas Ubi Kayu Balitbangtan Tingkatkan Dua kali Produktivitas

udin abay | Minggu, 12 Juli 2020 , 12:30:00 WIB

Swadayaonline.com - Ubi kayu atau yang lebih populer di kenal oleh masyarakat dengan nama sebutan singkong, bahkan ada juga dibeberapa daerah yang menyebutnya dengan nama ketela pohon. Komoditas  tanaman pangan yang kian hari makin digemari oleh masyarakat ini merupakan komoditas penting di Indonesia. Pasalnya banyak industri membutuhkan ubi kayu untuk dijadikan sebagai bahan bakunya.

Ubi kayu memiliki banyak keistimewaan sebagai penghasil pati dibandingkan tanaman penghasil pati lain. Oleh karenanya, selain untuk industri makanan, ubi kayu juga sangat dibutuhkan oleh industri non pangan sebagai bahan bakunya yaitu industri farmasi, tekstil dan industri lainnya. Sehingga tahun 2020, diperkirakan kebutuhan Indonesia terhadap tepung tapioka untuk industri mencapai 9-10 juta ton. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Dr. Ir Fadjry Djufry, M.Si mengatakan bahwa ubi kayu merupakan komoditas pangan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal tersebut disampaikan karena permintaan tepung tapioka di Indonesia cenderung meningkat karena peningkatan jumlah industri makanan yang menggunakan bahan baku tapioka.

“seiring dengan meningkatnya jumlah industri makanan, otomatis permintaan tapioka juga meningkat, belum lagi permintaan tapioka untuk industri semacam farmasi, tekstil dan lainnya. Oleh karenanya selain padi, jagung, dan kedelai, ke depan ubi kayu bisa menjadi komoditas strategis nasional” harapnya   

Lebih lanjut Fadjry juga menyampaikan bahwa banyak permasalahan yang menjadi penghambat perkembangan ubi kayu di Indonesia. Untuk mengatasinya tentu harus meningkatkan produktivitas ubi kayu yang saat ini di petani rata-ratanya hanya 20 t/ha.

“Selain lahannya yang semakin menyusut, umur panen serta penggunaan varietas yang produktivitasnya rendah pun masih digunakan oleh petani” ujar Fadjry. 

Berdasarkan Statistik Pertanian 2018, luas lahan panen ubi kayu hanya seluas 793 ribu hektar berkurang 1 juta hektar dari tahun 2014.

Kementerian Pertanian telah melepas dua varietas ubi kayu produktivitas tinggi yaitu varietas Vati 1 dan Vati 2. Varietas yang dilepas tahun 2018 ini hasil rakitan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Ubi kayu varietas Vati 1 memiliki potensi hasil 46,9 t/ha dengan rata-rata 37,5 t/ha. Umur panennya genjah, yaitu 7 bulan umbi sudah mencapai sekitar 4‒5 kg / tanaman. Selain itu, 
 varietas Vati 1 memiliki keistimewaan lainnya yaitu memiliki kadar bahan kering umbi 48,5%, kadar pati 21,9%, rendemen pati 26,7%, dan kadar gula total tertinggi 43,0%.

Berbeda dengan varietas Vati 1, varietas Vati 2 memiliki potensi hasil lebih tinggi yaitu 66,8 t/ha dengan rata-rata potensi hasilnya 42,5 t/ha. Namun varietas Vati 2 memiliki umur panjang dari varietas Vati 1 yaitu sekitar 9-10 bulan.SY/HMSL