Petani Pauh Duo Manfaatkan KUR untuk Mengembangan Usaha Pembibitan dan Penggemukan Ternak

udin abay | Jum'at, 17 Juli 2020 , 20:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Kecamatan Pauh Duo terkenal sebagai kecamatan sentra peternakan sapi potong baik itu pembibitan maupun penggemukan di Kabupaten Solok Selatan. Ternak sapi potong berjumlah 1.150 ekor, terdiri atas ternak betina 500 ekor dan jantan 650 ekor.

Sentral peternakan ini tersebar  di 3 Nagari, yaitu Nagari Luak Kapau, Nagari Pekonina Alam Pauh Duo dan Nagari Pauh Duo Nan Batigo. Usaha peternakan sapi ini dikelola oleh peternak yang tergabung dalam 15 kelompok tani, dengan jenis usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong.

Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian Dinas Pertanian kabupaten Solok Selatan, Vera mengatakan “Pembibitan sapi potong dimulai sejak tahun 2011,  diawali oleh beberapa orang peternak dan pada akhirnya menular hampir kepada seluruh masyarakat tani”.  Sekarang sapi induk sudah hampir mencapai 500 ekor, dengan jenis induk ras simental.

Guna menunjang keberhasilan usaha pembibitan sapi,  Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan menyediakan teknologi Insiminasi Buatan (IB) dan pendampingan melalui kegiatan penyuluhan. Tingkat keberhasilan IB cukup tinggi karena SDM peternakam sudah menguasai teknologi  tentang diteksi birahi maupun manajemen pemeliharaan sapi induk/pembibitan. 

Petani biasanya akan menjual anak sapi jantan, pada umur 5-6 bulan dengan harga berkisar Rp. 13 juta – Rp. 15 juta, sedangkan anak betina akan dijadikan calon induk.
Wardoyo, penyuluh pertanian pembina peternak Kecamatan Pauh Duo, mengatakan usaha penggemukan sapi potong sudah mulai sejak tahun 1991, dengan jenis sapi Peranakan Ongol (PO), tapi sekarang beralih pada sapi Ras Simental. 

“Setiap peternak rata-rata memelihara sapi 1 – 6 ekor/KK, yang tergabung dalam kelompok tani. Rata-rata pertumbuhan berat badan sapi yang digemukkan mencapai 1 - 1,3 kg per hari untuk ras Simental dan Limosin, kata Wardoyo. 

Menurutnya, secara umumnya sapi yang akan digemukkan dibeli peternak dari peternak sekitarnya, dengan harga Rp. 20 juta sampai Rp. 25 juta, dan lama pemeliharaan 6 sampai 12 bulan. Dari hasil penggemukan sapi ini peternak mampu mendapatkan laba rata-rata Rp. 1 juta – Rp. 1,5 juta per bulan

Sumber pakan ternak di Kecamatan Pauh Duo cukup melimpah dan pada umumnya peternak menanam rumput unggul seperti rumput king ras, rumput gajah, rumput odot dan gajah taiwan sedangkan untuk pakan tambahan peternak menggunakan dedak dan ampas tahu.
Kecamatan Pauh Duo merupakan penghasil padi dan jagung sehingga untuk pakan tambahan berupa dedak padi dan jagung tidak lah sulit, formulasi pakan yang diberikan adalah hijauan sebanyak 15 % dari berat badan dan pakan tambahan 1 % dari berat badan dengan pemberian pagi dan sore hari.

Wardoyo menambahkan untuk modal usaha, peternak di Kecamatan Pauh Duo sudah bermitra  dengan bank dan koperasi.  Bank Nagari sebagai bank yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat untuk bidang peternakan sudah menyalurkan sebanyak Rp 7.165.000.000 untuk 3 kelompoktani dan 86 orang nasabah.  Sedangkan Koperasi Agro Visi Nusantara menyalurkan sebanyak Rp 600.000.000 untuk 28 orang peternak.

Kegiatan ini sudah selaras  dengan apa yang selalu disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Mentan  menyerukan agar setiap kegiatan pertanian menggunakan Kredit Usaha Tani (KUR), karena program KUR menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan memfasilitasi pemebiayan berbunga rendah. 

Sebagaimana diketahui suku bunga KUR tahun 2020 sebasar 6 %/tahun dan tanpa agunan untuk pinjaman maksimal 50 juta. Sedangkan tahun 2019,  bunga KUR sebesar 7%.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengingatkan bahwa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) berperan penting sebagai penyedia informasi teknologi yang mendukung keberhasilan petani.

“BPP harus memberikan pendampingan secara terus menerus dan berkelanjutan melalui penyuluhan. Tanpa adanya bimbingan maka petani akan sulit untuk mencapai keberhasilan, mengakses permodalan, dan pemasaran dalam berusaha tani, “kata Dedi Nursyamsi.

Wardoyo menambahkan bahwa para peternak telah mengasuransikan sapi menggunakan jasa asuransi Jasindo dengan nilai Rp 40.000  untuk sapi induk (subsidi pemerintah Rp 160.000 per ekor) dan Rp 450.000 untuk sapi jantan (tanpa subsidi).  “Dengan adanya asuransi maka peternak merasa aman terhadap kematian dan kehilangan ternak mereka”. SY/WRDY