Raup Rupiah Dari Limbah Panen Jagung

udin abay | Senin, 20 Juli 2020 , 08:20:00 WIB

Swadayaonline.com - Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan telah melaunching program PERMISI, Perbincangan Manis Berisi, sebuah acara wokrshop yang dikemas mlalui bincang secara online, atraktif dan informatif. Program PERMISI ini merupakan re-branding dari acara Ngobras (Ngobrol Santai), yang digagas BBPP Ketindan sebelumnya, untuk menyampaikan informasi-informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang aplikatif dan terkini, terutama di bidang Pertanian dan juga keilmuan lain dibidang kehumasan dan teknologi informasi.  

PERMISI volume pertama mengusung tema pembuatan kertas berbasis limbah (sisa) panen jagung, yang sangat sesuai dengan kondisi terkini. Pemulihan perekonomian pasca Covid-19 harus digerakkan dari berbagai sektor, diantaranya dengan pemanfaatan limbah pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang telah terbukti tidak pernah berhenti di masa pandemic Covid19, karena turut bertanggung jawab atas ketersediaan pangan bagi 267 juta jiwa rakyat Indonesia. Peningkatan produksi dan percepatan tanam terus digaungkan, demi keamanan dan ketahanan pangan negara. Efek samping dari peningkatan produksi itu adalah ketersediaan sisa panen yang melimpah, termasuk diantaranya limbah produksi jagung. 

Jika selama ini pengolahan sisa panen jagung secara konvensional kebanyakan masih pada pembuatan pupuk dan pakan ternak, maka diupayakan diversifikasi olahan limbah panen untuk meningkatkan nilai guna dan ekonominya. Diversifikasi olahan limbah panen dapat mengurangi praktek pembakaran sisa panen, terutama yang dilakukan di lokasi tanam. Dengan begitu, menurunnya kualitas lahan dan pencemaran lingkungan dari praktek pengelolaan sisa panen yang kurang tepat dapat dihindari. 
 
Kertas menjadi salah satu produk yang dikembangkan, mengingat kebutuhan kertas masih terus meningkat meskipun teknologi-teknologi informasi pintar telah banyak diaplikasikan. Mengurangi penggunaan serat kayu yang berimbas pada penebangan hutan secara liar, menjadi salah satu target pemanfaatan serat non kayu berbasis sisa panen sebagai bahan baku kertas. Produksi kertas berbasis limbah panen jagung ini dharapkan dapat menjadi salah satu penggerak pemberdayaan masyarakat dan perekonomian perdesaan. Membangun wilayah perdesaan dengan konsep Circular Economy, sehingga masyarakat dapat berdaya bahan baku dalam meningkatkan taraf hidup secara berkelanjutan. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahawa Kementan terus meningkatkan kualitas SDM pertanian dan membuat sektor pertanian menjadi lebih menarik serta menguntungkan. “Pertanian kita harus mandiri dan modern sehingga keluarga petani semakin sejahtera. Di samping itu, pertanian harus bisa menarik minat generasi muda sebagai profesi yang menjanjikan,” tegas Mentan.

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, juga menegaskan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama. "Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," paparnya. SY/AJG/YNI