Cara Pengawetan Cabai Blok dan Meningkatkan Nilai Tambah

udin abay | Rabu, 12 Agustus 2020 , 11:01:00 WIB

Swadayaonline.com - “Bertani on Cloud kali ini adalah salah satu edisi yang paling interaktif yang saya ikuti”, ungkap salah seorang peserta, Riky Rizkyansyah, Penyuluh Pertanian di BPP Maniis Kabupaten Purwakarta. Dikatakannya materi setiap Bertani on Cloud menarik dan mudah diikuti, sebagai penyuluh bisa disebarluaskan kepada petani binaannya sebagai alternatif meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Bertani on Cloud volume 34 diikuti oleh 287 peserta yang bergabung live di zoom cloud meeting, dan ribuan viewers yang menyaksikan melalui live streaming youtube Puslatan Kementan dan facebook Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyajikan materi Alternatif Pengawetan Cabai (Cabai Blok). Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Bustanul Arifin Caya, Selasa (11/08/2020). “Cabai merupakan salah satu 11 komoditas prioritas pengembangan Kementerian Pertanian. Alternatif pengawetan cabai menjadi cabai blok merupakan salah satu hilirisasi yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas cabai. Dengan mengetahui keterampilan pengawetan cabai ini diharapkan mempermudah kita misalnya saat panen raya dan harga turun, dapat memperpanjang masa simpan dan menambah nilai tambah komoditas cabai”. “Semoga Bertani on Cloud selalu diminati dan dapat meningkatkan kompetensi seluruh masyarakat Indonesia”, harap Bustanul sesaat sebelum membuka pelatihan secara resmi.

Materi disampaikan oleh Widyaiswara BBPP Lembang Spesialisasi Pengolahan Hasil Pertanian. Tujuan pengolahan cabai blok: memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai tambah, menekan kehilangan (losses), dan sebagai bahan baku proses pengolahan berikutnya. Dijelaskan di awal kegiatan oleh Widyaiswara, Estu Hariani, tentang alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat cabai blok. “Alat-alat yang diperlukan mudah ditemui yaitu pisau, talenan, loyang, cetakan, baskom, sendok, spatula, blender, dan cabinet dryer/oven/sinar matahari dengan bahan utama cabai merah dan tepung tapioka”, jelas Estu. Dijelaskan cara pengolahannya mulai dari sortasi, pencucian, pembuangan bagian yang tidak diperlukan, pengeringan, pencampuran dengan tepung tapioka, pencetakan, dan pengeringan.

Selanjutnya dijelaskan tentang teknik pengemasan cabai blok, baik kemasan primer, sekunder, maupun tersier oleh Widyaiswara, Aris Hanafiah. Disampaikan pula analisa usahatani oleh Widyaiswara, Saptoningsih. “Hitungan secara umum RC ratio dengan asumsi 100 kg bahan baku cabai merah, dengan konversi rendemen 27% dapat menghasilkan 27 kilo cabai blok kering”, jelas Saptoningsih. Dengan harga bahan baku berupa cabai segar misalnya Rp 12.000 ditambah biaya lainnya, jika Cabai Blok dijual dengan harga Rp 75.000/kg maka diperoleh pendapatan Rp 2.025.000. Revenue per Cost Ratio (RC) 1,56. Artinya apabila harga cabai segar Rp 10.000 dan Cabai Blok dijual dengan harga Rp 15.600 maka keuntungan Rp 5.600 atau ada kenaikan nilai tambah 56%. “Dengan demikian menurut penelitian Kasma Iswari dan Srimaryati dari BPTP Sumatera Barat, olahan cabai berupa Cabai Blok dapat menjadi alternatif pengawetan dan peluang usaha untuk mengantisipasi saat panen raya cabai merah dan harga turun”, ungkap Saptoningsih.

Bertani on Cloud dapat menarik peserta untuk berdiskusi langsung dengan narasumber melalui room chat zoom, bertanya langsung melalui video conference dan live chat di youtube channel Puslatan Kementan dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Banyak pertanyaan dari peserta seputar alternatif bahan baku lainnya selain cabai merah seperti cabai rawit dan pertanyaan lainnya. Pelatihan ditutup secara resmi oleh Kepala BBPP Lembang, Kemal Mahfud. “Semoga penyajian materi dari kami kali ini bermanfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia sebagai alternatif pengawetan cabai untuk meningkatkan nilai tambah”.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, disetiap arahannya menyampaikan, “Kegiatan pertanian harus terus berjalan termasuk peningkatan kompetensi tentang pertanian harus terus berlangsung dan harus bisa memanfaatkan teknologi informasi di era revolusi industri 4.0”, jelas SYL. Sedangkan menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, “Bertani on Cloud merupakan metode pelatihan elearning yang interaktif, dimana saat pandemi covid-19 masih ada dan kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru sekarang ini”. “Bertani on Cloud merupakan salah satu kegiatan Kostratani melalui pembinaan terhadap petani, penyuluh, Duta Petani Milenial, Duta Petani Andalan, dan masyarakat secara umum, yang diselenggarakan 2 kali seminggu”, jelas Dedi.  SY/CHE