BPP Bugul Kidul Gerak Cepat Berikan Penyuluhan, Antisipasi Serangan Hama Penyakit Tanaman Padi

udin abay | Sabtu, 29 Agustus 2020 , 21:32:00 WIB

Swadayaonline.com - “Hama dan penyakit tanaman padi perlu segera dikenali agar dapat segera dikendalikan, dan tidak berpengaruh pada produtivitas tanaman. Jika tidak segera dilakukan pengendalian petani bisa mengalami kerugian besar atau kecil, sesuai dengan luas serangan hama dan penyakit.”

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menegaskan kepada seluruh insan pertanian bahwa di tengah pandemi Covid-19, petani dan penyuluh harus tetap bersinergi menyediakan kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi krisis pangan. SYL juga meminta kepada petani gerak cepat dan tidak membiarkan tanaman padinya terserang hama penyakit yang meluas dan berlarut-larut. Ia juga mengajak petani untuk mengikuti asuransi usaha pertanian untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh petani

“Walau masih pandemic Covid-19 don’t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur,” kata Mentan Syahrul.

Sunarti, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bugul Kidul, Kota Pasuruan bersama penyuluh pertanian se- Kecamatan Bugul Kidul melakukan penyuluhan kepada para petani di 6 Kelurahan wilayah binaan BPP Bugul Kidul tentang cara pengamatan dan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi sesuai prinsip 6 Tepat. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi serangan hama dan penyakit tanaman yang bisa menggagalkan panen petani sekaligus sangat merugikan petani.

“Walaupun kondisi saat ini pandemic Covid 19, kami tetap berusaha memberikan penyuluhan dengan menerapkan protokol Kesehatan. Jadi sebelum petani melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padinya, sebaiknya petani melakukan pengamatan terlebih dahulu, sehingga petani bisa mengidentifikasi hama dan penyakit yg ada di lahan pertaniannya dengan cara turun ke lahan dan mengamati di beberapa tanamannya apakah ada hama yg bersarang disana, berapa jumlahnya dan seberapa luas yang sudah terserang, dengan identifikasi tersebut maka petani dapat menentukan tindakan selanjutnya, yaitu perlu atau tidaknya suatu kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan,” tutur Sunarti.

Menurut salah satu penyuluh pertanian BPP Bugul Kidul, Erwin Kurniawan,  sebaiknya petani "lebih baik mencegah daripada mengobati". Artinya penggunaan pestisida yang kurang tepat dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti yang terjadi akhir-akhir ini, hama yang menyerang tanaman sudah resisten. 

“Untuk itu kita perlu memperhatikan penggunaan pestisida secara 6 Tepat, yaitu yang Pertama Tepat Jenis, gunakanlah pestisida yang sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang akan di kendalikan, Kedua Tepat Sasaran, gunakanlah pestisida sesuai jenis tanaman dan cara perkembamgbiakan hama dan penyakit, Ketiga Tepat Dosis, gunakan dosis sesuai dengan rekomendasi yg sudah tertera dalam label kemasan, Keempat Tepat Cara, pergunakan cara aplikasi pestisida dan alat yang digunakan sesuai bentuk formulasi pestisida, Kelima Tepat Waktu, pengaplikasian pestisida pada waktu populasi hama dan penyakit telah mencapai ambang batas pengendalian serta cuaca yg mendukung, Keenam Tepat Mutu, gunakanlah pestisida yang berkwalitas baik, memiliki izin edar dan belum kadaluarsa,”kata Erwin.

“Dengan gerak cepat penyuluhan seperti cara pengamatan dan pengendalian hama dan penyakit  yang dilaksanakan penyuluh pertanian di wilayah binaan BPP Bugul Kidul, diharapkan para petani memahami, mengerti dan segera menindaklanjuti kegiatan ini supaya tidak terlambat dalam mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padinya, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu dan produktivitas meningkat,” lanjut Erwin.

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi, bahwa pertanian cukup rawan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman.

“Hama bisa merusak tanaman dan membuat petani gagal panen. Oleh karena itu petani dan penyuluh harus mengantisipasinya segera,” tukas Dedi Nursyamsi. SY/ERWN/YNI