Gerakan Diversifikasi Pangan Ala KWT Dewa Kembar Kota Makassar

udin abay | Senin, 31 Agustus 2020 , 22:16:00 WIB

Swadayaonline.com - Bayam brazil  (Althernanthera sissoo) adalah spesies tanaman sayuran dalam famili Amaranthaceae, yang berasal dari Brazil dan Amerika Selatan. Jenis bayam ini belum lazim dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga jarang dilirik untuk dijadikan sebagai sayuran dalam menu makanan sehari-hari.

Padahal, dari segi budidayanya bayam brazil ini sangat mudah tumbuh , mudah dibudidayakan dan banyak mengandung khasiat bagi kesehatan. Di Brazil sendiri cara mengkonsumsinya  secara mentah bersama tomat, bawang putih dan cuka. Bayam brazil ini banyak manfaatnya  karena  nutrisi dalam 100 gr mengandung   B-karoten (4-8 mg), Vitamin C (60-120 mg), Ferum (Fe) (4-9 mg),  Kalsium (300-450 mg), Asam folat dan serat (20-30%).

Bayam Brazil banyak dikembangkan  di kebun kelompok wanita tani (KWT) Dewa Kembar Kelurahan Tamalabba Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar karena sangat mudah tumbuh dan tidak memerlukan pemeliharaan yang  ekstra. Namun, karena bayam ini termasuk sayuran yang baru di kalangan masyarakat, jadi jarang dijadikan sebagai menu sayuran dalam keluarga.

Ketua KWT Dewa Kembar, Suharni, mengatakan, “Tanaman bayam brazilnya tumbuh dengan subur tanpa pemeliharaan yang ekstra, namun ibu-ibu kurang berminat memetik untuk dijadikan menu sayuran dalam keluarga dan pedagang sayur tidak berminat untuk membelinya karena konsumennya tidak terbiasa konsumsi”. 

Melihat kondisi ini, Suharni berinovasi mengolah bayam brazil ini menjadi keripik. Munculnya ide ini, mengingat penjelasan dari materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian pendamping kelurahan Tamalabba yakni Nurman, bersama koodinator penyuluh kecamatan Ujung Tanah Andi Kahfiani, tentang olahan pangan khususnya kripik bayam pada kegiatan  penyuluhan. 
“Dari materi penyuluhan yang pernah kami dapatkan, membuka pikiran kami untuk mencoba mengolah bayam brazil ini menjadi kripik. Karena nilai gizinya yang cukup tinggi dan bisa menambah imunitas tubuh dalam masa pendemi covid-19 ini,” tutur Suharni, Ketua KWT Dewa Kembar.  

Produksi kripik semakin meningkat sejalan dengan permintaan konsumen. “Awal pembuatan kripiknya hanya menggunakan 1–2 kg bayam brazil, Alhamdulillah sekarang sudah mencapai 50 kg bayam brazil yang diolah menjadi kripik dalam 1 kali pengolahan. Kripik bayam brazil dikemas  dengan harga Rp.15.000 dengan berat 75 gram. Hal ini menambah pendapatan ibu-ibu anggota kelompok wanita tani,” lanjut Suharni. 

Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo  (SYL) yang  mengatakan bahwa dalam menghadapi wabah Covid-19, pertanian tidak berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik. “Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional," ujar SYL

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama. “Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen,” tegas Dedi.

Bahkan  Menteri Pertanian mengkampanyekan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal pada Hari Krida Pertanian pada 28 Juni 2020. Slogannya, indah dan bahagia dengan pangan lokal dalam rangka upaya mendorong ketersedian dan konsumsi pangan yang seragam, berimbang dan aman agar ketahanan pangan tetap kokoh dan tangguh. SY/AND/YNI