Berkat PWMP, Petani Milenial Raih Omzet Rp 3 Miliar dari Penggemukan Domba

udin abay | Senin, 14 September 2020 , 20:56:00 WIB

Swadayaonline com - Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) yang dimotori Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, mampu menghadirkan generasi milenial bergerak di sektor penggemukan domba beromzet Rp 3 miliar yang kini menjadi Petani Milenial.

PWMP adalah upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong hadirnya generasi milenial di sektor pertanian. Generasi milenial diharapkan bisa menghadirkan inovasi, juga menjadi penggerak, pengagas, dan pencipta gagasan besar di berbagai dimensi ruang dan waktu kehidupan tak terkecuali sektor pertanian.  

Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) berharap generasi milenial mampu melihat peluang.

“Generasi milenial harus menghadapi tantangan zaman dengan  mengambil peran penting dalam pembangunan pertanian hingga akhirnya berdampak pada kehidupan,  masyarakat dan serta kemajuan daerahnya,” tutur Mentan SYL, Senin (14/9).

Mentan SYL juga mengungkapkan bahwa PWMP menjadi program andalan Kementan dalam rangka regenerasi petani. 

“Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini. Melalui program ini diharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan start up di bidang pertanian.  Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil, di mana kaum milenial saat ini mulai sadar bahwa pertanian adalah tambang emas tanpa batas jangka panjang. Ke depan, generasi muda pertanian bukanlah pekerja bidang pertanian, tetapi menjadi pelaku usaha pertanian,” paparnya. 

Sementara Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan, penumbuhan wirausahawan muda pertanian menjadi salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan minat generasi milenial akan dunia pertanian. 

“Melalui PWMP, kita tumbuhkan minat berwirausaha, khususnya di kalangan pemuda perlu dilakukan pembinaan mental wirausaha, membuka kesempatan wirausaha seluas-luasnya, dan mempermudah akses mereka terhadap permodalan. Dalam pelaksanaannya, untuk menentukan penerima manfaat PWMP, Kementan bekerjasama dengan banyak pihak, termasuk Perguruan Tinggi Mitra, yang salah satunya adalah Institut Pertanian Bogor (IPB),” jelas Dedi.  

Harapan Kementan ini dijawab Richard  Fahrur Rozi, beserta kedua rekannya Ahmad Rizal Fahmi dan Ardiansyah. Ketiga  alumni IPB ini  telah membuktikan ampuhnya program PWMP. 

Berawal dari menerima manfaat  PWMP pada tahun 2017, ketiga milenial ini fokus untuk menggeluti  usaha penggemukan domba bertajuk Kandangku. Penggemukan domba atau kambing  menjadi peluang usaha baru yang menjanjikan keuntungan menggiurkan. Hal ini terjadi  karena penggemukan hewan ternak baik kambing, domba atau sapi  dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat. Inilah yang menjadi peluang bagi ketiga petani milenial ini untuk membuka usaha  peternakan domba yang berlokasi lingkungan Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak.

Richard menjelaskan bila dibandingkan dengan pembibitan dan pembesaran, penggemukan memang pilihan yang tepat, karena modal yang dikeluarkan relatif lebih kecil dan waktunya pun relatif lebih singkat. Penggemukan biasanya dilakukan selama 2 – 3 bulan saja, bahkan bila untuk kebutuhan akikah hanya membutuhkan waktu 1-3 minggu saja. 

Berbeda dengan pembibitan. Untuk menghasilkan domba dengan harga jual yang pantas, setidaknya butuh waktu hampir 1 tahunan. 

“Hasilnya memang lebih banyak, tapi harus sedikit lebih sabar dan memiliki modal yang cukup besar” jelasnya.

Richard menceritakan alur penggemukan dimulai dari penerimaan domba dari petani atau peternak, ia dan rekannya melakukan melakukan treatment penggemukan  maksimal 3 bulan. 

“Kami menggunakan sistem kandang panggung, pemeliharaan intensif secara koloni. Untuk menjaga kualitas domba, kami menerapkan pemberian pakan formulasi serta melalukan proses silase. Tak lupa kami juga berupaya menjaga kesehatan domba dengan memisahkan domba yang sakit di kandang berbeda. Kebersihan kandang pun tak luput menjadi perhatian kami,” tambahnya.  

Tak ada usaha tanpa keuntungan dan tambahan. Richard menceritakan dari seekor domba ia dapat memperoleh keuntungan 10-20% per ekornya. Dan bila lebaran haji tiba keuntungannya yang diperoleh kisaran Rp 500.000 hingga lebih dari Rp 1.000.000 per ekor. 

“Sejak memulai usaha pada tahun 2017, penghasilan tertinggi kami di tahun 2019 dengan omset 3 milliar  per tahun. Tahun ini kami mengalami penurunan omzet karena pandemi covid yang melanda. Adanya pembatasan aktivitas membuat banyak masyarakat yang mengurungkan niatya untuk menyelenggarakan akikah. Namun, dengan adanya era kebiasaan baru mulai banyak masyarakat yang tetap menyelenggarakan akikah. Tapi kami tidak menyerah, kendala ini bukan hanya kami yang mengalami, covid melumpuhkan berbagai sektor termasuk peternakan. Kami yakin, usaha kami akan berangsur pulih kembali,” ungkap Richard optimis. 

Untuk pemasaran, sebagai generasi milenial, Richard dan rekannya memanfaatkan sosial media  selain melalui penjualan langsung. Selain lembaga akikah, Kandangku juga mensupply katering di wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain mendapatkan keuntungan secara ekonomi, Kandangku pun memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan memberikan peluang penyediaan rumput pakan hingga kotoran domba yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. SY/NL