Benih Bermutu Tingkatkan Produktivitas Kentang

udin abay | Kamis, 22 Oktober 2020 , 09:18:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengkampanyekan dan mengembangkan berbagai pangan lokal alternatif sebagai pengganti beras, diantaranya kentang, singkong, jagung, pisang, talas, dan sagu. Kentang merupakan suatu komoditi hortikultura yang sangat strategis di dalam penyediaan bahan pangan.

Kentang merupakan salah satu alternatif pangan yang cukup prospektif untuk dikembangkan ke depan. Permasalahan penting dalam budidaya kentang adalah perbenihan dan penanganan hama penyakit.

Untuk membahas permasalahan tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) menggelar Webinar Teknologi Pertanian bertema “Tanam kentang dengan benih unggul” pada Rabu (21/10/2020).

Kepala Balitsa Muhammad Thamrin mengatakan sejak berdiri pada 1940, Balitsa telah memulai melakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan budidaya maupun perbanyakan benih kentang. “Karena itu produksi kentang berkualitas sangat perlu kita dorong ketersediaannya karena sampai hari ini benih kentang bermutu melalui proses sertifikasi benih masih kurang atau belum maksimal,” terangnya.

Saat ini, lanjutnya, petani sudah menyadari pentingnya penggunaan benih kentang bermutu untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Namun, ketersediaan benih kentang unggul pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang tepat masih sangat minim.

“Mutu benih kentang bersertifikat terjamin mutunya karena ada standardisasi yang telah ditetapkan pemerintah. Karena itu, benih berkualitas dengan standardisasi yang telah disepakati bersama dan telah dilalui setiap tahapan produksi benih itu, harus menjadi acuan bagi kita semua khususnya para pelaku di bidang pertanian tanaman kentang,” terang Thamrin.

Ke depan, pihaknya akan mengajak para pelaku usaha, stakeholder, dan penangkar benih untuk memberikan perhatian serius bagaimana meningkatkan mutu benih kentang.

Pada Webinar tersebut, Peneliti Balitsa, Juniarti P. Sahat memaparkan informasi mengenai teknologi benih kentang berutu yang telah dihasilkan oleh Balitsa melalui Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS). Teknologi yang digunakan diantaranya produksi benih sumber kelas benih penjenis (plantlet) menggunakan kultur jaringan, produksi benih dasar (G0) secara konvensional, serta produksi benih dengan teknik aeroponik dan stek berakar.

“Benih bermutu merupakan  benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan yang sesuai standar mutu atau persyaratan teknis minimal,” terangnya.

Balitsa menyediakan benih sumber dalam bentuk panlet atau benih dasar (G0) ini untuk digunakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dinas pertanian, lembaga pendidikan, perguruan tinggi, instansi pemerintah, perusahaan benih, penangkar benih, maupun kelompok tani.

Balitsa juga telah melepas kurang lebih ada 33 varietas unggul baru (VUB) kentang baik untuk penggunaan sayur maupun prosesing. VUB kentang untuk sayur antara lain Amudra, Kastanum, Sangkurian, Olimpus, Merbabu, Cipanas, Granola L, Dayang sumbi, Segunung, Andina, dan lain-lain. Varietas untuk penggunaan prosesing diantaranya Medians, Spudy Agrihorti, dan Ventury Agrihorti untuk pembuatan keripik kentang. Serta varietas Papita Agrihorti dan Golder Agrihorti yang cocok untuk pembuatan french fries.

Sementara itu, Peneliti Balitsa, Tonny K. Moekasan memaparkan strategi pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman kentang. Pengendalian OPT atau hama dan penyakit berdasarkan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat dilakukan secara preventif (sebelum ada sarangan) dan kuratif (setelah ada serangan).

Pengendalian OPT secara preventif dapat dilakukan melalui modifikasi lingkungan, perlakuan benih, perlakuan tanah, pemasangan perangkap, dan penyemprotan fungisida. Pengendalian OPT secara kuratif dapat dilakukan jika populasi hama atau intensitas serangannya telah mencapai nilai ambang pengendalian.

“Ambang pengendalian ialah tingkat populasi hama atau intensitas serangannya yang jika tidak dikendalikan akan menimbulkan kerugian,” terangnya.

Webinar tersebut juga menghadirkan petani yang berbagi pengalaman dalam budidaya kentang yaitu Bunyan Ismail dan Asep Chandra Hayat, serta Badai Shagara, pelaku usaha pengolahan kentang. SY/HMSL