Potensi Sumenep Kembangkan Beras Merah dan Hitam

udin abay | Kamis, 17 Desember 2020 , 17:25:00 WIB

Swadayaonline.com - Beras merah umumnya merupakan beras tumbuk (pecah kulit) yang dipisahkan bagian sekamnya saja. Proses ini hanya sedikit merusak kandungan gizi beras. Sedangkan beras putih umumnya merupakan beras giling atau poles, yang bersih dari kulit ari dan lembaga. Beras merah mengandung gen yang memproduksi antosianin. Antosianin yang dihasilkan merupakan sumber warna merah yang terdapat pada kondisi fisik beras. Senyawa yang terdapat pada lapisan warna merah beras bermanfaat sebagai antioksidan, anti kanker, anti glikemik tinggi.

Beras merah mempunyai rasa sadikit seperti kacang dan lebih kenyal daripada beras putih. Beras merah dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi beras pecah kulit, kulit arinya masih melekat pada endosperm. Kulit ari beras merah ini kaya akan minyak alami, lemak essensial, dan serat (Santika, 2010). Beras hitam sebetulnya varietas dari beras merah dan memiliki manfaat gizi yang lebih tinggi dibanding dengan beras merah.

Varietas beras ini kaya akan serat dan mengandung antioksidan, fitonutrien, phytochemical, vitamin E, protein, zat besi, dan nutrisi lainnya. Hal ini diyakini bermanfaat untuk hati, ginjal dan lambung. Tak hanya itu, indeks glikemik dari beras hitam juga lebih rendah dari beras merah, yakni 42.3. Tak hanya itu saja, kandungan anthocyanin dalam beras hitam juga akan membantu mencegah risiko kanker.

Beras hitam adalah makanan yang rendah gula yang sangat dianjurkan bagi pasien penyakit jantung, diabetes dan tekanan darah tinggi. Di Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep, Kepulauan Madura, khususnya di Kelompok Tani (Poktan) Budi Setia Desa Gapura Barat, mencoba mengembangkan padi beras merah dan beras hitam yang memiliki prospek menjanjikan. Dimulai pada tahun 2019 MT I dengan menanam 2 kg padi beras merah dan beras hitam dengan luasan 0,0625 Ha. Benih tersebut didapat pada saat Asmoni, Ketua Poktan Budi Setia tengah mengikuti pelatihan dan study banding ke salah satu sentra pertanian organic di Kabupaten Kediri. Asmoni lalu mencoba menanam beras merah dan beras hitam.

“Pada saat proses penggilingan gabah menjadi beras, ternyata berbeda dengan proses penggilingan gabah pada umumnya. Saya sempat mengalami kendala dalam budidaya beras merah dan hitam ini, tapi ini adalah pengalaman dan bisa dijadikan suatu pembelajaran dalam usaha pengembangan beras merah dan hitam sehingga kendala tersebut bisa saya dilewati. Saya yakin Sumenep mempunyai potensi besar dalam pengembangan budidaya beras merah dan hitam,” tutur Asmoni.

Dari percobaan awal menanam padi beras merah dan beras hitam, Asmoni memperoleh 240 kg gabah, dengan harga jual Rp. 15.000/kg. Dengan memanfaatkan media social, Asmoni memasarkan beras merah dan hitam dan bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Gapura. “Melihat prospek yang menjanjikan serta permintaan yang banyak dan bisa menjadi usaha untuk peningkatan kesejahteraan petani, maka pada musim tanam 2020/2021 MH I, Poktan Budi Setia akan mencoba menanam kembali padi beras merah dan beras hitam. Dengan harapan bisa membawa perubahan usaha taninya terutama pada peningkatan kesejahteraan petani. Kedepan BPP Kostratani Kecamatan Gapura terus berupaya dalam mengawal pengembangan padi beras merah dan beras hitam secara swadaya dan mandiri kelompok tani, “tukas Achmad Syarif penyuluh yang mendampingi Poktan Budi Setia.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pertanian saat ini adalah mencukupi pangan bagi seluruh rakyat indonesia. “Kita harus memastikan ketersediaan pangan di seluruh tanah air. Untuk itu, saya mengajak seluruh penyuluh dan petani untuk tetap sehat di situasi pandemi covid-19. Bisa mendampingi petani untuk genjot produksi, sama-sama turun ke lapangan, sama-sama tanam, olah tanah, panen, mengolah hasil panen, mendistribusikan hasil panen, sehingga petani mendapat penghasilan yang layak,” tutur SYL.

Sementara itu secara terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengapresiasi BPP yang telah melaksanakan dan mendukung program Kostratani. “Kostratani sebagai pusat data dan informasi, juga pusat gerakan pembangunan pertanian. Kostratani juga menjadi pusat pembelajaran, konsultasi agribisnis, dan pusat pengembangan jejaring kemitraan,” tegas Dedi Nursyamsi. SY/SYRF/YNI