Gula Aren Cibaliung Siap Bersaing Di Pasaran

udin abay | Senin, 18 Januari 2021 , 21:16:00 WIB

Swadayaonline.com - Berdasarkan data statistik dari Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang pada tahun 2019, luas lahan aren di Kecamatan Cibaliung sekitar 11,10 Ha. Aren atau dalam bahasa sunda disebut “kawung”, hampir dari seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai jual.

Berbagai macam produk yang berasal dari pohon aren diantaranya adalah : mayang dari tongkol yang menghasilkan nira untuk diolah menjadi gula aren, buah kawung untuk diolah menjadi kolang kaling, empelur batang aren untuk diolah menjadi tepung (aci kawung), daun kawung untuk lapisan tembakau (rokok), lidi kawung untuk sapu, ijuk untuk sapu, kuas, atap dan lain-lain. Namun, tanaman aren ini dikenal dan di manfaatkan oleh masyarakat kampung Sabrang Desa Cibaliung hanya sebagai penghasil nira untuk pembuatan gula aren.

Menurut Sunarya Ketua Gapoktan Mulya Karya Desa Cibaliung hamparan pohon aren yang ada di blok Kampung Sabrang tumbuh dengan subur tanpa di budidayakan oleh petani tetapi tumbuh secara alami dengan bantuan luwak/musang.

“Setiap pagi dan sore hari para petani pengrajin gula aren berangkat menuju kebun aren yang terletak sekitar 100-500 m dari rumahnya, sebelum berangkat untuk menyadap, biasanya mereka mempersiapkan bumbung/lodong yang terbuat dari bambu yang panjangnya 1-1,5 m, lodong di cuci bersih kemudian di sterilisasi dengan cara di puput dengan asap panas sampai kering, selanjutnya menggunakan laru dari akar kawao sebagai bahan pengawet alami untuk mencegah agar nira tidak cepat rusak” imbuhnya.

“Kualitas gula aren sangat dipengaruhi oleh kualitas air nira, penggunaan laru, proses pemanasan, proses pencetakan dan pengemasan. Air niranya sangat mempengaruhi kualitas gula aren, oleh karena itu penggunaan pengawet alami dari akar kawao serta umur dari pohon aren yang di sadap harus diperhatikan, proses pemanasan pada saat pemasakan juga berpengaruh terhadap karomelisasi gula aren, proses pencetakan gula pada batok kelapa jika masih terlalu panas maka gula akan menjadi kurang padat dibagian tengahnya, serta proses pengemasan dengan menggunakan daun salak harus diperhatikan. Jika menggunakan daun salak segar maka gula akan mudah meleleh, oleh karena itu daun salak yang akan digunakan harus dikeringkan dulu dibawah sinar matahari” tutur Anah Mulyanah, Penyuluh Pertanian Kecamatan Cibaliung.

Sarni ketua KWT Lestari Indah Desa Cibaliung menjelaskan bahwa gula cetak yang di hasilkan oleh para pengrajin gula aren yang tergabung dalam Gapoktan Mulya Karya, di tampung oleh KWT Lestari Indah untuk dipromosikan melalui pameran-pameran, dan dipasarkan ke berbagai pangsa pasar didearah Pandeglang dan Serang.

Anah Mulyanah juga menambahkan, “Produk unggulan yang di kelola oleh gapoktan Mulya Karya dan KWT Lestari Indah di kampung gula aren ini adalah gula aren cetak, di dipasarkan menjadi oleh-oleh khas Cibaliung yang di kemas menggunakan daun salak merupakan kearifan lokal yang tidak bisa di ubah,”ujarnya.

Bidang perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten sangat mendukung kegiatan pengolahan gula aren organik di Desa Cibaliung tersebut, dengan membantu memfasilitasi penyediaan bibit aren unggul, memfasilitasi program Desa Organik berbasis komoditi perkebunan dan membuat film pendek “Gula Aren Cibaliung” yang di ekspose melalui youtube, facebook, instagram serta dalam bentuk CD (Compact Disc) untuk promosi gula aren organik.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang mengatakan bahwa dalam menghadapi wabah Covid-19, pertanian tidak berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik. “Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional," ujar SYL

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pangan adalah masalah yang sangat utama. “Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya. Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen,” tegas Dedi. SY/ANA/YNI