Keren, Duta Petani Andalan Asal Lembata Raih Omzet 2 M dari Kemiri dan Mete

udin abay | Minggu, 07 Februari 2021 , 21:34:00 WIB

Swadayaonline.com - Siapa bilang sektor pertanian tidak menjanjikan? Sektor pertanian itu menjanjikan secara ekonomi dan profesi pertanian sangat membanggakan sama seperti profesi lainnya. Adalah Muhammad Ali Leuhoe, seorang pengusaha kemiri dan Mete sukses asal  Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dengan tegas menyatakan bahwa ia bangga menjadi petani sekaligus wirausaha muda di sektor pertanian.

Pria kelahiran Juni 1981 itu mengawali karirnya sebagai tenaga bantu penyuluh pertanian di Dinas Pertanian Kabupaten Lembata pada 2009. Kini, ia telah mampu  memasarkan kemiri hasil produksinya hingga ke Pulau Jawa.

Perjalanannya menjadi penguasaha di bidang pertanian tidaklah instan. Saat menjadi penyuluh, ia bekerja keras membina petani di wilayah binaan yang membudidayakan kacang tanah. Berkat kerja keras dan kerjasama, produksi kacang tanah meningkat hingga dipasarkan ke Sulawesi Selatan.  Di masa-masa menjadi penyuluh itulah ia melihat prospek usaha di bidang pertanian, khususnya di Kabupaten Lembata.

Muhammad Ali tergerak mencari komoditas potensial di Kabupaten Lembata yang belum banyak dimanfaatkan. Akhirnya pada 2016 ia memutuskan berhenti menjadi penyuluh pertanian dan menjadi petani di bidang pengolahan kemiri serta jambu mete

Bukan milenial tangguh bila tak gentar menghadapi tantangan, di awal usaha ia mendapati kemiri dari petani di Lembata masih dihargai rendah karena kualitasnya yang rendah pula. Daging buah yang pecah saat pengupasan kemiri menjadi penyebabnya. Padahal permintaan pasar akan buah kemiri sangatlah tinggi. Ia pun berinisiatif membeli mesin pemecah cangkang kemiri dari Medan dan menggunakan metode pendinginan sehingga mempermudah pengupasan buah kemiri. 

Dari bermodalkan 3 unit mesin pendingin dan 3 tenaga kerja, kini ia menggunakan 30 unit mesin pendingin dan mempekerjakan 30 orang. Dari usaha pengolahan kemiri, ia kemudian melebarkan sayap dengan usaha jambu mete, membuka toko kelontong dan usaha ekspedisi.

Ia menyatakan, hingga kini masih ada masalah yang ia hadapi yakni ketiadaan mesin pengupas kulit kacang mete. Hal itu menyebabkan kacang mete dijual dengan kulit dan dihargai lebih rendah.

Kesuksesan Muhamad tak lepas dari keberadaan  SMK-PP Negeri Kupang yang terus mendampingi dan memotivasi dirinya dalam mengembangkan usaha. Muhammad Ali mengatakan omzet usaha kemiri-nya bisa mencapai Rp 700 juta per bulan. Sementara usaha distribusi jambu mete menghasilkan omzet Rp 1,3 milyar per tahun. 

Keberhasilan inilah yang melandasi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menetapkan Muhammad Ali Leuhoe menjadi salah seorang Duta Petani Andalan (DPA) dari 67 Duta Petani Milenial (DPM)/DPA Kementerian Pertanian (Kementan).

Pada saat pengukuhahan DPM/DPA pada tahun 2020 lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo  menaruh harapan besar pada 67 DPM/DPA.

Syahrul  mengatakan bahwa Pertanian yang dibutuhkan sekarang adalah Pertanian cepat, efektif serta transparan. “Bicara pertanian itu sekarang selain bicara lapangan, tetapi juga memasukkan teknologi dan action program.  Hal ini dihubungkan melalui dunia digital dan hanya anak milenial yang bisa menghubungkannya", ujarnya.


Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi selaku Dewan Pembina DPM/DPA menambahkan bahwa  keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha Pertanian. Mereka pun diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang Pertanian. (NL)