Monitoring Kelembaban Tanah Lebih Cepat dan Mudah Dengan Internet Of Things

udin abay | Rabu, 24 Februari 2021 , 14:43:00 WIB

Swadayaonline.com - Internet of Things (IoT) adalah suatu konsep dimana objek tertentu mempunyai kemampuan untuk menransfer data lewat jaringan tanpa memerlukan adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer. Pada Bertani on Cloud (BOC) Volume 81, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang berkesempatan mengenalkan pengaplikasian IoT untuk mengukur kelembaban tanah. 

BOC diselenggarakan melalui Zoom Virtual Meet Puslatan dan live streaming Youtube: Puslatan Kementan, Selasa (23/02/2021) pukul 08.00 WIB. Pembukaan disampaikan oleh Kepala BBPP Lembang, Kemal Mahfud. "Semoga materi ini dapat bermanfaat dan diterapkan untuk membantu Bapak/Ibu petani," harap Kemal. Peserta BOC sebanyak 208 orang yang terdiri dari petani dan penyuluh.  

IoT merupakan teknologi terbaru yang dapat disebut sebagai RFID (Radio Frekuensi Identification) atau metode komunikasi. IoT dapat diterapkan di berbagai bidang, antara lain: lingkungan, energi, otomatisasi rumah, kesehatan dan kedokteran, transportasi, manufaktur, hingga pertanian. Salah satu pengaplikasian dalam pertanian yakni untuk mendeteksi kelembaban tanah. Agar materi lebih dapat dipahami, Widyaiswara BBPP Lembang memulai dengan perkenalan dasar seputar IoT. “IoT memiliki kemampuan melakukan pemrograman tanpa harus dikendalikan oleh manusia. Untuk mengukur kelembaban tanah pada hari ini kita akan menggunakan Arduino Uno dibantu dengan aplikasi Arduino IDE untuk membaca datanya,” jelas Bayu, Widyaiswara BBPP Lembang. 

Setelah memahami konsep IoT, peserta diajak berkenalan dengan Arduino Uno yang merupakan salah satu bentuk dari mikrokontroler yakni komputer berukuran mikro dalam satu chip IC. Mikrokontroler terdiri dari processor, memori, dan antarmuka yang bisa diprogram. “Arduino merupakan platform prototyping opensource hardware yang mudah digunakan dalam membuat suatu projek berbasis pemrograman. Arduino Board mampu membaca inputan berupa sensor, tombol dan mengolah menjadi outputan. Kita dapat memrogram Arduino Board dengan memberikan set instruksi tertentu dengan menggunakan Arduino Programming Language, dan Software Arduino (IDE),” tambah Bayu.

Pada Arduino Uno, untuk mengukur kelembaban tanah terdapat beberapa komponen yang digunakan untuk merakit Arduino Uno, antara lain: probe sensor (sensor kelembaban tanah), sinyal mode, papan Arduino Uno, dua buah kabel jumper female, tiga buah kabel jumper male to female, satu buah kabel port USB, dan software IDE. Semua komponen tersebut dapat dengan mudah dibeli melalui toko elektrik maupun e-commerce. “Total pengeluaran untuk satu rangkaian alat kurang lebih 70 ribu rupiah, kita juga dapat membeli sesuai kebutuhan kita apakah ingin membeli terpisah atau sudah menjadi satu rangkaian. Komponen ini dapat dibeli di seluruh e-commerce,” jelas Shinta, Widyaiswara pemateri BOC kali ini. Shinta kemudian mejelaskan tutorial merakit Arduino Uno yang selengkapnya dapat diakses pada elearningpuslatan.com. 

Setelah alat sudah terangkai dan siap digunakan, pembahasan selanjutnya berkaitan dengan cara mendownload dan menginstall Arduino IDE, software pembaca data Arduino Uno. Pengguna dapat mengunduh melalui situs resmi www.arduino.cc secara gratis dan sangat kompatibel dengan berbagai sistem operasi komputer. Jika software sudah terinstall, Arduino Uno yang telah dirangkai siap digunakan dengan cara menghubungkan port USB ke laptop. Selanjutnya Arduino IDE akan menampilkan data kelembaban tanah yang terbaca oleh sensor. 

Melalui pengaplikasian Ardiuno Uno sebagai pembaca kelembaban tanah diharapkan dapat membantu petani maupun masyarakat yang memiliki tanaman di rumah untuk mengetahui informasi kelembaban tanah dengan lebih cepat dan mudah. “Jika sudah berhasil membuat Arduiono Uno untuk mengetahui kelembaban tanah, selanjutnya kita dapat mengombinasikan degan pompa air otomatis yang akan kita bahas pada BOC volume selanjutnya oleh BBPP Lembang,” jelas Bayu. BOC ditutup dengan sesi diskusi untuk menjawab pertanyaan para peserta dan penutup oleh perwakilan Puslatan. Di sela-sela materi, peserta disuguhi kuis berhadiah untuk meningkatkan semangat peserta. “Tampilan materi sangat menarik, apalagi website elearning puslatan yang sangat interaktif sehingga lebih mudah dan menyenangkan dalam proses pelatihan/pembelajaran,” ungkap Muhammad Irfan, pemenang kuis yang sudah mengikuti BOC dalam satu bulan terakhir.

Penggunaan teknologi dalam pertanian tengah menjadi fokus Kementerian Pertanian, salah satunya IoT. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menilai, sumber daya manusia pertanian Indonesia sebenarnya saat ini sudah sangat mumpuni dan siap bersaing dengan negara-negara lainnya. Menurut SYL, teknologi artificial intelligence bisa digunakan untuk mengelola sektor pertanian Indonesia. "Ke depan kita tidak boleh lagi melakukan pertanian dengan alat tradisional. Ke depan kita harus mengelola pertanian yang berbasis pada artificial intelligence, yang dikelola dengan sistem yang terstruktur," ujarnya.

Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian juga mengungkapkan bahwa "Pertanian sekarang tak lagi sama dengan pertanian di masa lalu. Di era digital seperti sekarang sektor pertanian juga beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Di situlah peran serta generasi milenial,". "Kita harus beralih dari pertanian tradisional ke pertanian era industri 4.0. Ciri-ciri dari era teknologi pertanian 4.0 adalah pemanfaatan Internet of Things (IoT), big data, remote sensing, robot construction, dan artificial intelligence," katanya. SY/DAR/YKO