BPP Ajung Giatkan Penggunaan Agens Hayati Atasi Ledakan OPT

udin abay | Kamis, 04 Maret 2021 , 18:32:00 WIB

Swadayaonline.com - Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hama dan penyakit tanaman padi merupakan salah satu penyebab utama yang dapat menurunkan produksi bahkan menyebabkan gagal panen. Pencegahan dan pengendalian penyebarannya mutlak dilakukan sejak dini agar tidak terjadi ledakan. 

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ajung di Kabupaten Jember, memiliki wilayah binaan di 3 kecamatan yaitu Ajung, Jenggawah dan Mumbulsari yang menerapkan pola tanam tanaman padi nyaris mendekati IP 300, merupakan wilayah endemis hama wereng coklat, walang sangit dan penggerek batang; disertai penyakit kresek (Xanthomonas oryzae), blas (Pyricularia oryzae) dan potong leher (Rhizoctonia oryzae). OPT utama tersebut menyerang pertanaman padi di musim penghujan, dimana kondisi kelembaban udara tinggi disertai angin makin mempercepat penyebarannya. 

Cara pengendalian yang dilakukan petani adalah menggunakan pestisida kimia, dengan segala kelebihan dan resiko yang menyertainya termasuk isu utama dapat meninggalkan residu yang merusak lingkungan hidup dan dampak buruk terhadap kesehatan dan ekositem sekitarnya. Pola perilaku petani yang berlebihan dalam meningkatkan dosis pemakaian pestisida kimia diluar takaran dan kebutuhan dengan ekspektasi OPT dapat terkendali dengan cepat justru menimbulkan masalah baru, yaitu munculnya resistensi OPT. Atas dasar itu perlu adanya alternatif cara pengendalian OPT yang lebih aman dan ramah lingkungan bagi kesehatan, tentunya dengan cara yang mudah dan harga terjangkau.

BPP Ajung, pada akhir November 2020 lalu melalui kegiatan Climate Smart Agriculture (CSA) program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) telah memberikan bimbingan teknis (bimtek) kepada petani yang berasal dari Kecamatan Ajung dan Jenggawah, menginisiasi inovasi pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida hayati/agens hayati. Agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya (Permenpan No. 411 Tahun 1995).

Awalnya BPP Ajung hanya memperkenalkan cara perbanyakan agens hayati Beauveria bassiana untuk mengatasi hama wereng coklat, walang sangit dan ngengat penggerek batang. Berdasarkan pengalaman bahwa petani membutuhkan bukti nyata yang kasat mata, pemilihan agens hayati jenis ini dikarenakan hama yang mati terinfeksi akan mengalami mumifikasi karena tubuhnya tertutup benang hifa jamur berwarna putih sehingga penyebab matinya hama akan tampak oleh petani. 

Dari hasil bimtek tersebut, beberapa petani mulai tertarik dan berinisiatif untuk membuat sendiri di wilayah masing-masing. Seperti Saifullah (44) dari Poktan Maju Mapan Desa Cangkring dan Joni Wahyu (48) dari Poktan Mandiri Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah. Bahkan selain Beauveria bassiana, mereka juga dibina untuk membuat perbanyakan bakteri Pseudomonas fluorescens dan Paenibacillus polymixa yang juga berfungsi sebagai agens hayati (Nasrun et al, 2005).

Kedua jenis bakteri ini merupakan mikroorganisme antagonis dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit kresek (Xanthomonas oryzae), blas (Pyricularia oryzae) dan potong leher (Rhizoctonia oryzae). Selain itu, kedua bakteri ini juga berperan sebagai pemacu pertumbuhan (Plant Growth Promoting Bacteria/PGPB) karena dapat menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman (Rahni, 2012), mengurai phosphat dan mengikat nitrogen (Sutariati et al, 2014) sehingga mengefektifkan penggunaan pupuk tanaman. 

Kedua petani ini mulai membuat perbanyakan agens hayati. dan hasilnya langsung diaplikasikan di pertanaman padi masing-masing. Hasil pengamatan menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dari lainnya dan dapat menekan perkembangan OPT tanaman padi secara nyata. Bahkan dengan pemakaian pestisida hayati ini kedua petani tersebut justru lebih terpacu dan bersemangat untuk bertanam menggunakan cara organik. 

“Lahan sawah saya yang biasanya endemis penyakit kresek saat musim penghujan seperti ini, ternyata dengan aplikasi agens hayati sejak awal masa pertanaman dapat mencegah munculnya penyakit tersebut dikala tanaman padi petani lain banyak yang terserang kresek,” ucap Pak Joni.

Hasil positif dan testimoni keberhasilan langsung dari dua petani pelopor tersebut membuat petani alumni peserta bimtek lainnya tergugah untuk ikut mencoba, sehingga total sejak 2 bulan dari berakhirnya bimtek telah ada 5 petani yang mulai bangkit dan giat dalam perbanyakan agens hayati. Oleh karena itu BPP Ajung selaku pendamping dan didukung pembinaan dari Laboratorium TPHPTPH Tanggul, Jember, mengarahkan petani binaan mereka untuk menjadi PPAH (Pusat Pelayanan Agens Hayati) agar dapat menularkan pengetahuan dan keterampilannya kepada petani lain, serta merubah sikap petani lainnya dalam berbudidaya tanaman padi yang sehat dan ramah lingkungan.

Langkah tepat BPP Ajung dan petani PPAH sejalan dengan program Ditjen Perlindungan Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Edy Purnawan menyambut baik pesatnya minat petani dalam pemanfaatan agens hayati sebagai solusi ramah lingkungan dalam pengendalian hama. “Banyak daerah yang telah kami coba melalui program perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati serta budidaya tanaman sehat untuk mengedukasi petani mengenai penerapan pengendalian hama terpadu (PPHT) dan terbukti bahwa panennya pun tidak kalah memuaskannya dengan budidaya yang masih menggunakan pestisida kimiawi. Pendekatan ramah lingkungan yang berkelanjutan inilah yang akan kami terus dorong untuk dilakukan lebih banyak lagi,” jelas Edy.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, “Produksi pangan harus terus berjalan terus tetapi hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani juga harus dilakukan karena mereka ujung tombak ketahanan pangan negara kita."

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh. “Petani harus turun ke lapangan, penyuluh harus turun ke lapangan dan mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tegas Dedi. SY/FJR/YNI